BAGIAN 8

3.8K 321 51
                                    

"Apa maksudmu?"

"Kau akan tau nanti. Tolong jangan tanya kenapa. Kau tak perlu mengkhawatirkan itu. Aku yang akan mengurusnya bersama Kakashi.Tapi untuk saat ini, aku mohon dekati Sasuke. Kau tidak perlu menceritakan masa lalu kalian ataupun tentang Hikaru dulu. Cukup sering bersamanya, aku yakin setidaknya itu dapat membantu pemulihan ingatannya. Hanya kau yang dapat melakukannya Hinata" Gaara bukanlah orang yang akan bicara panjang lebar, namun jika itu untuk orang yang disayanginya dia akan melakukannya.

"Kakashi?"

Ibu muda itu terpaku mendengar penjelasan pemuda dihadapannya. Dia masih tak mengerti dan entahlah. Yang pasti dia ingin tau apa maksud ucapan Gaara tentang sabotase yang menyebabkan ayah dan kakaknya meninggal. Dan Kakashi. Dia adalah tangan kanan ayahnya dulu dan yang sekarang mengurus semua usaha yang ditinggalkan Hiashi yang seharusnya menjadi tanggung jawabnya, namun justru Hinata kabur.

"Selama ini aku dan Kakashi mencarimu Hinata. Bagaimanapun kau adalah pewaris sah perusahaan Hyuuga"

Hinata hanya menundukkan kepalanya, namun jika dilihat lebih teliti maka kau akan tau jika bahunya bergetar.

Ya, Hinata tau dia adalah pewaris perusahaan peninggalan ayahnya. Tapi apa yang dia perbuat? Dia benar-benar pengecut.

Dia melarikan diri dari tanggung jawab hanya karena belum siap dan juga gunjingan tetangga yang tak penting.

"Hiks.. hiks..." Hinata tak bisa lagi menahan isakkannya. Kembali ibu satu anak itu menangis entah untuk yang keberapa kali.

Gaara sebenarnya cukup merasa tak tega dan bersalah saat mendengar wanita di hadapannya menangis. Tapi mau bagaimana lagi, dia harus melakukannya. Hinata harus tau semuanya. Harus.
....
....
....

Hinata masih termenung di sofa saat Ino mendekatinya. Sejak kepergian Gaara, dia masih memikirkan semuanya. Semua kenyataan tentang ayah dan kakaknya, juga tentang cintanya.

"Hina-chan" panggil Ino.

Ibu Hikaru itu masih tak bergeming. Dan tentu saja itu membuat Ino khawatir.

"Hinata!"

Barulah Hinata tersadar setelah Ino memanggilnya cukup keras disertai tepukan pada bahunya.

"Ah. Ada apa Ino-nee?" Sahut Hinata seadanya.

Ino tampak menghela nafas sejenak.

"Kau baik-baik saja?"  Ino jelas penasaran dengan pembicaraan Hinata dan pemuda bertato AI  tadi. Tapi dia tak akan menanyakan perihal itu kecuali Hinata sendiri yang mengatakan.

"Aku tidak apa-apa. Hanya sedikit lelah"

"Ya sudah, kau istirahatlah dulu" perintah Ino.

Hinata sebenarnya enggan, namun dia juga sadar jika dirinya butuh menenangkan pikirannya. Ibu muda itu beranjak dari duduknya dan berjalan menuju ruang istirahat setelah mengucap terima kasih pada Ino.

Melihat punggung rapuh Hinata, Ino merasa begitu sedih. Begitu banyak beban yang ditanggung wanita muda itu. Jika Ino ada diposisinya entah Ino akan sanggup atau tidak.

Klininggg...

Bunyi lonceng pintu mengalihkan perhatian Ino dari punggung Hinata yang telah menghilang dibalik pintu ruang istirahat.

Dan apa yang dilihatnya saat ini sungguh membuat hati Ino semakin sedih bercampur marah. Didekatinya pemuda yang baru saja memasuki tokonya.

"Mau apa lagi kau kemari, hah!?" 

Pemuda didepannya tak merespon bentakan Ino. Dia terlihat menelusuri toko bunga itu seakan mencari sesuatu. Atau seseorang?

Jengah karena merasa diabaikan, wanita pirang itu menarik lengan sang pemuda.

HATE AND LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang