Part 15

2.2K 148 0
                                    

****

~~***~~

Anak laki-laki tersebut menatap anak perempuan yang duduk di sampingnya, tersenyum dengan sangat manisnya. Membuat anak laki-laki tersebut semakin jatuh hati padanya, apa lagi semburat pink menghiasi ke dua pipi tembemnya.

Si Anak laki-laki meraih tangan anak perempuan tersebut, ikut tersenyum sambil menggenggamnya. Ia sangat bahagia setelah acara pesta seminggu lalu.

"Ah betapa menyebalkannya besok aku harus pergi. Harus kah aku batalkan saja? Aku tidak bisa jauh darimu. Bagaimana nanti jika ada laki-laki yang mencoba mendekatimu." sungutnya berdecak tidak suka.

Anak perempuan itu tertawa kecil, tawanya terdengar merdu, jadi itu masalahnya yang sejak tadi membuat anak laki-laki di sampingnnya itu cemberut.

"Aku akan menunggumu. Lagi pula kata Papa sekolah itu penting."

"Iya memang. Tapi ... kenapa Papa tidak mengizinkan kau ikut denganku saja, kita bisa sama-sama terus."

"Memang Papa tidak bilang alasannya?"

Menggeleng kecil kembali cemberut, "Papa bilang kita tidak boleh bersama sampai umur kita cukup. Aku tidak suka larangan itu, itu menjauhkanmu dariku."

Anak laki-laki itu menangkup wajah anak perempuan tersebut, memandanginya dengan penuh perasaan. Mengusap lembut pipinya yang merona, ia jadi terkekeh kecil.

"Aku tidak akan lama. Setelah kau cukup umur aku akan kembali , membawamu tinggal bersamaku. Berjanjilah kau akan tetap menungguku sampai aku kembali lagi untukmu!" pintanya.

Meski tidak begitu mengerti anak perempuan tersebut mengangguk, tersenyum manis.

Anak laki-laki tersebut membalas senyumannya, di detik berikutnya ia merasaka benda lembut menyentuh keningnnya. Kecupan lembut yang manis.

"Aku sangat mencintaimu Alicia."
.

~~~***~~

Alicia mengerjapkan matanya melihat kesekeliling, ah ini kamarnya sendiri sambil berusaha bangun ia mengingatnya. Hal yang terjadi sebelum ia jatuh pingsan.

Ia menghela nafas menatap jam yang menunjukkan sudah sore, sepertinya ia terlalu lama pingsan. Dan bermimpi cukup lama, sambil tersenyum kecut berdiri melangkah keluar kamar.

Tenggorokannya terasa kering ia butuh air dingin, dan kepalanya juga sudah berhenti sakit. Bahkan, tidak akan pernah sakit lagi. Harus senangkah ia? Atau sedih?.

Matanya melihat ke sekeliling dapur terlihat sepi, para pelayan yang memasak di dapur sepertinya sudah istirahat. Lagi-lagi ia menghembuskan napas membuka kulkas meraih sebotol susu dingin, meneguknya sampai tandas.

Menatap botol kosong yang sudah di tempat sampah, Tidak! Rasa hausnya tidak hilang, malah terasa menyesakkan. Ia benci mengingatnya.

Alicia meraih sebotol lagi meneguknya langsung dengan emosi, lalu botol selanjutnya lagi dan lagi, sampai persediaan susu tersebut kandas.

Begitu tangannya ingin mengambil lagi ia tidak mendapatkannya, "Apa kau juga menganggapku bodoh!" dengan kasar menutup pintu kulkas tersebut.

"Apa kau senang melihatku seperti ini! ... Kau senang membuatku seperti orang bodoh!!! Berengsekkkk!!!" teriak Alicia melempar gelas yang di meja ke dinding, meninggalkan pecahan yang berhamburan di lantai.

Tidak. Kulkas itu tidak salah, gelas itu juga, tapi hatinya yang salah. Ia tidak tau apa yang harus di lakukannya sekarang, tubuhnya bahkan sudah luruh bersandar pada kulkas. Menelungkupkan wajahnya meredam tangisnya.

💘 DESTINY OF MARRIAGE 💕Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang