4 waiting for you

1.7K 168 0
                                    

seoul-desember 2017

Oh ji eun menyukai rasa dingin dari angin dimusin dingin ini, menyeruak masuk dan menembus kulit dan terasa pada lapisan darahnya.

Ia membaringkan kepalanya pada sandaran kursi balkonnya, sekali lagi ia menutup matanya merasakan lebih dalam angin dingin yang menerba tubuhnya.

"Kau sepertinya suka dingin seperti ayahmu, kau membuat aku merindukan ayahmu, kapan dia akan kembali?" tangan ji eun mengelus perut nya yang masih rata, akh! Belum ada perubahan yang berarti

Sudah tepat 1 minggu kim jong dae meninggalkan dirinya sendiri dikorea,

Ternyata benar ji eun benci sendirian meski sedari dulu ia terbiasa sendiri tapi setidaknya saat malam oh sehun adiknya itu ada didalam rumahnya

"Hey masuk lah kau bisa masuk angin jika terus berada dibalkon"

Ji eun menoleh bae eun ha datang membawakan segelas susu ditangannya,

"Minum ini,. . " Eun ha menyodorkan gelas itu pada ji eun, ji eun seketika tertawa pelan melihat penampilan sahabatnya itu

Dengan baju tidur yang lusuh berwarna kuning warna yang sedikit norak menurut ji eun

Eun ha kembali masuk kedalam kamar setelah memberikan segelas susu pada ji eun, lalu mulai merapihkan beberapa tumpukan kertas dan leptop yang ada diatas kasur milik ji eun, ya! sudah 2 hari setelah jong dae pergi sahabatnya itu pulang kerumahnya,

"Apa kau akan terus mementingkan pekerjaanmu? Apa kau tidak mencoba mencari pendamping hidup" ji eun melangkah kan kakinya kedalam kamarnya menutup kaca besar yang menjadi akses pada balkon kecilnya. Ia menaruh gelas yang sudah tandas habis keatas nakas dekat jendela

Ji eun masih menunggu jawaban dari eun ha, tapi tidak ada reaksi apapun. Akh! Pembahasan ini memang sensitif

Kalimat ji eun sukses membuat kinerja tubuh eun ha terhenti, eun ha mendudukan badannya diatas ranjang dan menyilangkan tangannya

"Apa kau akan tetap menunggunya?" Lanjut ji eun lagi

"Dengar baik baik ji eun, aku sudah mengatakan ini berulang kali padamu" Eun ha terdiam memejamkan matanya sebentar, menetralisir jantungnya yang mulai tidak karuan.

"Bukan kah kodrat seorang wanita adalah menunggu? Maka selagi aku menunggu aku memperbaiki diriku"

"Sebut saja aku menunggunya, aku memang berharap dia yang akan membawa ku kedepan altar suci menghadap pendeta, mengikat janji suci didepan tuhan dan hidup selamanya bersama" eun ha menarik nafasnya, sesak didadanya masih ada

"Maka aku memperbaiki diriku, menata hidupku, agar aku pantas menjadi pendampingnya, dan jika bukan dia yang mengikrarkan janji itu tak apa aku tidak menyesal setidaknya. . . aku sudah memperbaiki diriku dan memantaskan diriku untuk seseorang dimasa depanku dan calon anak anakku"

"Kau memang selalu begitu" ji eun terdiam "berharap Tapi kau selalu membuat jalan ke dua agar kau tidak jatuh dalam harapanmu sendiri" ji eun tersenyum menatap sahabat kecilnya itu

Ji eun tau betul seluk beluk eun ha, ia tau bagaimana sifat dewasa eun ha itu terbentuk, eun ha sudah hidup sendiri dan mengurus ke dua adik kembarnya, ia memang masih mempunya ayah dan ibu tapi keduanya seperti tidak memperdulikan mereka, hanya karna status perceraian nya, mereka saling melempar untuk tanggung jawab, itu menjadi pacuan eun ha agar kelak anak anaknya tidak merasakan apa yang ia rasa

"Tidak ada salahnya berharap ji eun~a, kita membutuhkan harapan agar kita memiliki semangat, asalkan kau memberi takaran pada harapanmu itu, agar kau membentuk satu harapan lainnya agar ketika satu harapanmu tidak bisa kau dapatkan kau tidak terpuruk, hal yang paling berbahaya dari berharap adalah keterpurukan, banyak orang yang tidak bisa mengatasinya karna mereka terlalu menjunjung tinggi harapan itu, mereka tidak memberi takaran dan benteng pada hati mereka"

"Hyung" ExoWhere stories live. Discover now