1

95 13 3
                                    

"Kamulah satu-satunya yang ternyata mengerti aku. Maafkan aku selama ini yang sedikit melupakanmu." - Dewa 19, Kamulah Satu-Satunya
.
.
.
Dengan rasa marah yang setiap detiknya semakin parah, Nadee berjalan mendekati Wonwoo dengan langkah lebar-lebar. Pacarnya itu sedang duduk berduaan di bawah pohon rindang milik sekolah sambil berbincang-bincang akrab dengan seorang siswi kelas sepuluh! Oh-oh, haruskah Nadee memanggilnya sebagai mantan pacar saja mulai sekarang?

"Hoooo, ngapain nih, Kak Wonwoo? Katanya lagi latihan basket?" Nadee dengan kasarnya menyelip di antara kedua oknum yang kaget setengah mati gara-gara perlakuannya barusan. Ha, biarkan saja dua-duanya mati kalau perlu.

"N-Nadee?" Wonwoo buru-buru bangkit dari bangku dengan panik. Nadee mengangguk-angguk sok santai, "Iya, betul Nadee. Yang tadi dapet LINE isinya 'aku latihan basket dulu ya, kamu pulang aja duluan' dari manusia paling jago bohong bernama Jeon Wonwoo."

"E-Eh, nggak gitu, Nad-" Wonwoo melirik pada Lily, si anak kelas sepuluh yang congkak dan agak-agak sinting itu. Mungkin minta bantuan? Cih, kasihan betul, tampaknya gadis itu sendiri pura-pura bodoh untuk menghindari masalah.

Wonwoo mendengus melihat reaksi Lily, lantas kembali menatap Nadee dengan kesal. "Lagian kamu juga bohong, kok! Katanya mau pulang jam dua, kok masih di sekolah?"

Nadee menatapnya tak percaya. Bisa-bisanya Wonwoo jadi kekanakan begini?

"Ha! Makanya jangan pacaran terus! Tadi aku udah LINE kamu kalau ternyata hari ini KIR ada rapat mendadak. Terus gak di-read. Salah siapa?"

"Salah kamu, lah! Ngapain ikut rapat KIR?"

"Gila, ya?!" Nadee benar-benar sudah tidak tahan lagi. Ia melompat dari bangku dan mendorong Wonwoo sampai jatuh tersungkur. "Percuma banget otakmu itu kalau juara satu umum tapi pikirannya super bodoh!"

Wonwoo mengusap-usap sikutnya yang terkena kerikil-kerikil tajam di tanah sambil menarik napas dalam-berusaha sebisa mungkin untuk tidak ikut-ikutan meledak.

"Ya sudah, pergi sana kalau nggak suka." Wonwoo memang menyuarakannya dengan selembut yang ia bisa, tapi Nadee yang sudah kelewat kesal tentu menganggap bahwa kalimat barusan adalah pernyataan perang.

"Oh, oke. Selamat tinggal, Jeon Jerk." Lantas gadis itu berbalik badan dan berjalan (atau setengah berlari?) menuju gerbang sekolah. Sambil menangis. Ah, kalau yang ini sih tidak perlu kaget-memang sudah jadi adat seorang gadis untuk menangisi mantan pacarnya. Tapi berterimakasihlah pada airmata yang berlinangan itu, karena berkatnya Nadee jadi menabrak seseorang yang sangat penting untuk situasi ini di lobi sekolah.

"Nadee?"

Baru saja Nadee ingin mengucapkan kata maaf sebelum akhirnya ia menyadari suara si pembicara.

"...Kak Josh?"

"Well, hi?" Senyum canggung menghiasi wajah Joshua, lantas ia menimang-nimang apakah ia harus bertanya mengapa si gadis di hadapannya ini berlinangan airmata. Tapi setelah dipikir-pikir, agaknya itu kurang sopan, makanya ia buru-buru melontarkan pertanyaan lain. "Tumben belum pulang?"

Nadee hanya tersenyum kecut mendengar pertanyaan itu. "Soalnya tadi ada rapat KIR, sama ada penghianatan pacar."

"O...ke." Joshua mengerutkan kening sambil berusaha untuk mencerna apa maksud ucapannya.

Airmata.

Penghianatan pacar.

Oh, oke, kini Joshua mengerti.

"Omong-omong, gue udah selesai latihan band. Mau pulang bareng, gak? Mumpung hari ini gue gak ada les."

"Nggak usah, Kak. Lagian udah biasa naik angkot sendiri. Bye!" Nadee mengangkat tangannya sambil tersenyum lebar. Tapi ketika ia baru saja ingin melangkah, Joshua langsung menghentikan dengan menempelkan telapak tangannya di kening gadis itu. Mau tidak mau Nadee kembali diam di tempat.

"Tapi udah mau maghrib, Nad."

"But it's okay-"

"Not okay for me." Joshua menghela napas berat." Lagian mau duduk di angkot sambil diliatin orang-orang gara-gara mata lo merah kayak gitu?"

Oh sial, Nadee lupa dia habis menangis. Maka ia menggeleng pelan.

"Lagipula kita searah, jadi nggak usah gak enakan gitu." Joshua menambahkan dengan yakin.

Nadee jadi terdiam sebentar. Kalau dipikir-pikir, iya juga sih. Sama-sama untung pula. Dia sampai di rumah dengan aman dan gratis, lantas Joshua dapat pahala. Bagus.

"Ya udah, ayo bareng, Kak."

"Nah, gitu dong."

Mereka berjalan berdampingan menuju parkiran dengan Joshua yang melayangkan lirikan pada gadis di sebelahnya itu sesekali.

Kapan Nadee bakal sadar kalau selama ini memang cuma dirinya yang selalu ada di saat-saat macam ini? Sudah tiga tahun dan Nadee masih tidak punya ide apapun soal perasaannya.

"Kenapa?" Sepertinya Nadee sadar kalau ia tengah diperhatikan. Jadi Joshua cuma terkekeh dan menepuk-nepuk kepalanya pelan.

"Nothing. I just think that you should go home and drink lots of milk, shortie."

Nadee membelalakkan matanya tak terima. "Aku nggak pendek, tahu!"

Jadilah sepanjang perjalanan mereka dilanjutkan dengan ocehan Nadee tentang tingginya yang termasuk golongan rata-rata-bukan di bawah rata-rata. Saat-saat seperti ini adalah favorit Joshua, dan ia mulai berpikir bahwa tidak ada salahnya untuk terus menghabiskan waktu bersama Nadee seperti ini-walaupun itu tidak berarti bahwa ia akan memiliki gadis itu sepenuhnya.
.
.
.
.
.
.
- admin lily.

Yak guys admin Nad disini. So yesterday, when I was in angkot with admin lily, suddenly I got an idea to make a fanfiction. Dan ya ternyata admin lily's fic is inspiring me gitu lah. Itu di atas ficnya admin Lily yang dipos di line@ yang judulnya "Kamulah satu-satunya"

Nah malah aku remake jadinya dan aku masukin ke "Joshua lima langkah" dan pastinya udah dibicarain sama admin lily di angkot langsung pukul 8 malam lewat berapa gitu ya. Intinya selamat menikmati walaupun AKU GAK JANJI KALAU FIC INI BAKAL SEBAGUS YANG LILY BUAT YA. Karena style nulis lily sama aku kan beda ya. Semua orang beda. Jadinya mohon memakluminya ya sayang? Me loves you.

Dan guys kalau kalian berpikir kayak gini:

"Nadee disini itu admin Nad ya?"
"Lily disini admin Lily ya?"

GAK. MEREKA ITU OC YA. KALAUGAK ANGGEP AJA ITU DIRI KAMU SENDIRI SAY. BYE.

Joshua 5 LangkahWhere stories live. Discover now