Bab 5

8.8K 588 18
                                    

Desna terbangun untuk kedua kalinya. Jam besar di dinding kamarnya menunjukkan pukul dua siang. Biasanya dia tidur sampai jam lima sore. Tapi karena sempat ada gangguan, dia kesulitan untuk bisa melanjutkan tidurnya lebih panjang.

Samar-samar ia mendengar suara musik. Desna pun beranjak dari ranjangnya dan melangkah menuju pintu. Ia melihat sofa-sofa di ruang tengahnya digeser hingga menciptakan ruangan luas dimana Suzy dan Ageha sedang menari diiringi lagu yang disetel di turntablenya.

Desmond has his barrow in the market place...

Molly is the singer in a band...

Desmond says to Molly "Girl, I like your face"

And Molly says this as she takes him by the hand...

“O-bla-di, o-bla-da, life goes on, brah! Lala how the life goes on...”

Desna menahan tawa melihat Suzy dan Ageha saling berangkulan mengayunkan kaki mereka bergantian sambil menyenandungkan lirik lagu itu. Tak tahan, Desna pun berdehem.

“La-ladalah...” Buru-buru Ageha melepas rangkulan. “Desna-Nii sudah bangun?”

“Sudah. Untuk kedua kali.”

“Kedua?” ulang Ageha.

“Aku sempat terbangun gara-gara mendengar ada orang cerewet teriak-teriak mencari air karena kepedesan di dapur tadi.”

Suzy yang ternyata adalah pelakunya hanya nyengir lebar menanggapinya.

“Sebaiknya kalian rapi-rapi. Kita akan ke kota membeli macam-macam kebutuhan.”

“Yeei! Shopping!” jerit Suzy girang. “Beliin aku sepatu baru, ya, Jisan.”

“Kau… udah numpang tinggal minta dibeliin sepatu pula.”

"Yeee. Mending Jisan traktir aku daripada wanita-wanita tidak jelas di sekitar Jisan." Ujar Suzy cemberut. "Ayolah, Jisan. Ya? Ya? Ya?”

Desna mendesah pelan. “Baiklah.”

Suzy langsung bersorak girang dan berputar-putar. Desna hanya menggeleng-geleng melihatnya. Ia tertegun saat melihat sebuah cangkir berisi teh yang menguarkan aroma apel disodorkan padanya.

“Makasih, cebol.”

“Hey. Aku punya nama,” gerutu Ageha cemberut.

“Itu panggil yang cocok untukmu. Mandi sana. Nanti pakai bajuku saja.”

Sambil bersungut-sungut dan mengerutu tidak jelas, Ageha berbalik menuju kamarnya. Desna tidak menyadari bahwa ia menghitung setiap detik saat gadis itu menghilang dari pandangannya. Dan Suzy yang mengamatinya dengan senyum penuh arti.

“Sampai sekarang aku masih bertanya-tanya kenapa Ageha-chan bisa ada di sini.”

Desna menoleh pada Suzy yang sedang membereskan piringan hitam yang sempat berserakan olehnya.

“Kau orang paling penyendiri yang pernah kukenal, Jisan. Tidak suka kalau ada orang lain di dekatmu. Tapi…”

Suara cangkir yang diletakkan di meja membuat Suzy menoleh, melihat pamannya duduk di sofa yang ia geser ke dinding.

“Aku membeli Ageha dari seorang lelaki tidak bermoral semalam.”

Hati Suzy mencelos mendengar. Tanpa memperhatikan ekspresi wajah Suzy, Desna kembali melanjutkan ceritanya seperti saat ia menjelaskannya pada Ageha. Kini Suzy mengerti bagaimana bisa ada bekas luka di wajah Ageha dan perban yang tersembunyi di balik lengan baju Ageha.

Between Dark And LightWhere stories live. Discover now