Ch 3 : Trust

3.4K 387 116
                                    

Bisakah kau jelaskan padaku arti dari sebuah kepercayaan?

Jungkook duduk di depan sebuah meja kayu dengan plitur cokelat tua dan desain yang cukup simpel. Meja itu tidak begitu besar, panjangnya tidak lebih dari satu setengah meter. Ia menatap pada buku pelajaran di hadapannya, membaca isi buku itu, sesekali mengamati tutornya yang dengan lincah menjelaskan di depan kelas. Rasanya memang tidak tepat jika dikatakan sebuah kelas ketika dirinya satu-satunya siswa di sana. Di aula besar itu hanya terdengar suara sang guru yang cukup keras, sesekali terdengar setengah membentak, hingga membuat Jungkook gemetaran. Pria yang sekiranya berusia tiga puluh tahunan itu memang memiliki gaya mengajar yang tegas dan keras, meski ia lincah dan kadang melucu. Namun tentu saja gaya mengajar apapun tidak akan mempan pada sosok pengidap PTSD seperti Jungkook. Ia bahkan takut berhadap dengan sang guru, apalagi menikmati gaya mengajarnya?

Setelah memberi Jungkook beberapa lembar PR untuk dikerjakannya di luar jam kelas, Taehyung masuk, membawa buku-bukunya. Karena jam pelajaran mereka bergantian, kali ini Taehyung duduk di sebelah Jungkook sebelum adiknya itu bergegas pergi. Guru mereka kini sedang pergi ke toilet, membuat suasana di antara keduanya hening untuk beberapa saat.

"Tak bergegas pergi?" tanya Taehyung tiba-tiba, memecah keheningan itu.

Jungkook salah tingkah untuk beberapa saat, kemudian ia segera membereskan buku-bukunya yang berserakan di atas meja.

"M-m-maaf, Hyung. Aku akan segera pergi."

Pemuda itu menghindari tatapan mata Taehyung, mencoba memfokuskan diri pada kegiatan beres-beresnya. Napasnya yang memburu dan kelakuannya yang cukup ceroboh seperti tiba-tiba menjatuhkan notes atau tempat pensilnya membuat hiburan tersendiri bagi sang kakak.

Saat Jungkook hendak beranjak, tangan Taehyung menghentikannya, membuat empunya gemetaran karena reaksi yang tiba-tiba. Sejak beberapa hari setelah kepulangan Taehyung dari rumah sakit, pemuda itu beberapa kali melakukan kontak fisik pada Jungkook. Tentu saja Jungkook tak menyukai sensasi bersentuhan langsung dengan kulit manusia manapun, tetapi eksistensi Taehyung tak bisa ditolaknya, terlebih lagi jika mengingat kejadian beberapa minggu lalu saat kakaknya itu terluka dan hampir mati karenanya. Ia tak mau mencoba membunuhnya untuk kedua kalinya.

"Bisa temani sebentar sampai Park-songsaengnim kembali?" pinta Taehyung lembut.

Pemuda bersurai arang di hadapannya hanya memperhatikannya dengan resah, menatap ke kanan-kiri sampai akhirnya mengangguk. Ia meletakkan kembali tumpukkan bukunya di atas meja dan duduk di samping Taehyung. Mereka keduanya sudah bersama hampir satu bulan dan sudah jauh lebih terbiasa, tetapi Jungkook masih saja terlihat tak nyaman. Pikiran anak itu masih terlampau paranoid pada Taehyung, meski pada kenyataannya Taehyung tak berbuat apapun padanya.

Jungkook melirik pada Taehyung, kepala walnutnya bergerak-gerak pelan saat ia membuka buku pelajaran dan membacanya perlahan. Jemari lentik pemuda itu membuka-buka lembaran tipis kertas baru, hingga tanpa sadar menggores tipis jari kukunya. Jungkook yang melihat hal itu bergegas menarik jemari Taehyung, mengisap setitik darah yang keluar dari sana.

"Apa aku berdarah?" tanya Taehyung bingung.

Jungkook mengangguk seraya mengisap tetesan darah yang tak seberapa dari jari telunjuk kakaknya. Asalkan tak melihat banyak darah menetes dari tubuhnya, Taehyung takkan mengalami tantrum sendiri.

Taehyung mengamati bibir Jungkook yang mengulum jarinya dengan erat. Tak berapa lama, ia pun tahu apa yang harus dilakukannya sekarang. Dengan tenang ia mengambil obatnya dari saku, menyodorkannya pada Jungkook yang membantunya untuk membuka bungkus obat itu. Pemuda itu lantas menyuapkannya tablet itu pada mulut Taehyung yang telah membuka botol minum yang dibawanya. Taehyung menegak aliran air dari botol itu. Saat meletakkan kembali botolnya, Jungkook melepaskan jari taehyung yang kini basah oleh salivanya. Taehyung mengamati jarinya sendiri, hanya ada luka teramat kecil yang memerah di sana, sangat sedikit darah yang muncul. Tak kan makan waktu lama sampai darahnya membeku sepenuhnya karena reaksi obat yang baru saja diminumnya, dan tak ada yang tersisa dari luka kecil itu selain goresan tipis dan sedikit rasa ngilu.

Love Disorder [KookV/ KookTae] - COMPLETEDonde viven las historias. Descúbrelo ahora