Chap 5: Mi Cielo

1.4K 151 14
                                    

Manik Seokjin menangkap sebuah pemandangan yang tidak pernah dia lihat sebelumnya. Kekasihnya, Kim Namjoon, menangis di pelukan seorang adik yang dipaksa berpisah dengan sang kakak saat mereka kecil. Meskipun demikian, Seokjin tersenyum. Dia senang Namjoon akhirnya bersatu kembali dengan Taehyung. Lima belas tahun bukan waktu yang singkat. Dan untuk mengira kedua kakak beradik itu melewatinya tanpa tahu menahu kabar satu sama lain, tanpa berbicara, bercanda, bahkan menangis bersama. Fakta itu membuat Seokjin ikut bersedih.

"Unni."

Seokjin menoleh ketika mendengar Jungkook yang memanggilnya. Keduanya sedang duduk di mantras yang mereka pinjam dari super market yang terletak tidak terlalu jauh dari tempat mereka saat ini. Mereka berdua membiarkan Namjoon dan Taehyung untuk berbicara empat mata dan selagi kedua pria itu sibuk, mereka memutuskan untuk berbincang bersama. Untuk saling mengenal lebih jauh, kata Jungkook.

"Berapa umur Namjoon-oppa?"

"Dua puluh enam tahun, berbeda hampir satu setengah tahun denganku." Seokjin menunjuk dirinya sendiri.

Jungkook membelalakan matanya, "Kau lebih muda?"

Seokjin mengangguk, "Kenapa kau terlihat terkejut, Jungkook-ah?"

"Aku kira kalian berdua seumuran." Jungkook menggelengkan kepalanya.

Seokjin tertawa kecil mendengar Jungkook yang berbicara dengan nada tidak percaya. Semua orang yang melihatnya dengan Namjoon juga berpikir demikian.

"Namjoon merupakan seniorku. Saat Namjoon mendapatkan master degreenya, aku masih di tingkat graduate." Seokjin menjelaskan, "Namjoon merupakan mahasiswa yang sangat pandai, dia dikenal sebagai 'mahasiswa jenius' karena nilai-nilainya yang nyaris sempurna. Dalam satu tahun, Namjoon mendapatkan master degreenya."

Seokjin tersenyum, "Dia lulus beberapa bulan setelah aku mengenalnya."

Seokjin kembali mengingat hari di mana dia mengenal Namjoon. Seokjin pun tersenyum ketika dia mengingat saat Namjoon menyatakan perasaannya di hari yang sama dengan natal dan hari di mana dia mengenal Namjoon.

Jungkook tersenyum, "Unni, apakah kau mencintai Namjoon-oppa?"

"Sangat, Jungkook-ah." Seokjin merona.

Senyuman Jungkook semakin membesar hingga memperlihatkan giginya. Sebenarnya dia tidak perlu bertanya hal itu pada Seokjin. Jungkook bisa melihatnya dari cara Seokjin memandang Namjoon, cara Seokjin berbicara pada Namjoon, dan perilaku Seokjin terhadap Namjoon.

Jungkook mengerti, karena dia juga merasakan hal yang sama pada Taehyung. Perasaan yang Seokjin punya pada Namjoon merupakan perasaan yang sama dengan yang dia punya pada Taehyung. Cintalah nama perasaan tersebut. Sebuah perasaan yang sulit dijelaskan, sulit dipaparkan, sulit dideskripsikan.

Perasaan tersebut dapat diutarakan bukan hanya melalui lisan atau tulisan, dengan aksi pun perasaan tersebut dapat diutarakan. Karena rasa peduli kita yang tinggi, perhatian intens kita, serta perlindungan yang sedikit berlebihan sudah termasuk ke dalam perasaan cinta atau sayang. Mungkin rasa sayang Namjoon pada Taehyung berbeda dengan rasa sayang Namjoon pada Seokjin. Tapi keduanya memiliki bentuk aksi yang sama, hanya berbeda makna penyampaian.

Ya, Jungkook tahu apa perasaan cinta ini. Dia bersyukur cinta pertamanya adalah Taehyung. Entah apa yang akan dia lakukan saat ini jika seandainya dia tidak dipertemukan dengan pria itu lima belas tahun lalu.

Jungkook tahu tidak seharusnya dia mengatakan ini, tapi, dia merasa bersyukur Taehyung berpisah dengan Namjoon hari itu. Karena jika tidak, maka Jungkook mungkin tidak akan bertemu dengan Taehyung. Dia mungkin tidak akan mengerti perasaan ini. Dan dia mungkin tidak akan merasakan ketulusan dan kehangatan dari dicintai seseorang. Tidak setelah orangtua serta kakek-neneknya meninggal.

Hold On [ Namjin ]Where stories live. Discover now