Chapter 8

904 76 16
                                    

Barisan prajurit yang hilir mudik dengan berbagai suara bising dari pedang yang saling bergesekan serta lesatan anak panah yang beradu dengan papan kayu seolah menjadi pemandangan abadi semenjak tiga hari yang lalu. Segerombol kusir kuda pun tak kalah menyibukkan diri dengan kegiatan mereka dalam menyiapkan kuda-kuda yang hendak turun tangan dalam perang.

Tepakan langkah kuda serta suara ringkikan yang terdengar menggelegar bersempoyongan di balik gerbang Kerajaan dan sepertinya situasi tersebut tidak akan berubah selama dua hari ke depan.

Jenderal Sung berdiri tegap di depan barisan prajurit yang sibuk mengadu pedang mereka. Menatap dengan teliti sambil menyilangkan tangan di belakang tubuh, mengintruksi kesiapan pasukannya. Suara derap langkah tiba-tiba menggema di sepanjang lorong Kerajaan seketika menghentikan kegiatan sebaris prajurit di halaman samping Kerajaan.

Jenderal Sung membungkuk hormat begitu pula dengan barisan prajurit di sisi kanan mereka. Kyuhyun menganggukkan kepala merespon titah penghormatan para ajudannya, sementara tangan kanannya terangkat mengintruksi mereka untuk kembali berlatih.

“Berapa jumlah mereka?”

“Seratus prajurit, Jeoha,” jawab Jenderal Sung sopan. Kyuhyun menganggukkan kepala, ia mengerling menatap kegiatan prajurit.

“Apa perlu menambah jumlah prajurit lagi, Jeoha?” tanya Jenderal Sung menawarkan, meleburkan keterdiaman Kyuhyun.

“Tidak perlu.”

Kyuhyun meraih gulungan kertas yang terulur dari Kasimnya. “Aku sudah memerintahkan dua Jenderal lain untuk turut mempersiapkan prajurit mereka, kemungkinan berjumlah sama. Bila disatupadukan terhitung 300 prajurit. Sementara menurut informasi yang tertulis di laporan ini, Kerajaan Silla hanya mengeluarkan 100 prajurit dan Kerajaan Joseon mengeluarkan 250 prajurit," sambung Kyuhyun sambil  mengembalikan gulungan kertas tersebut pada Kasimnya.

“Maaf, Jeoha. Bukankah prajurit kami berbanding 50 dari prajurit Kerajaan Silla dan Joseon. Tidakkah sebaiknya menyelaraskan dengan jumlah prajurit mereka?”

Kening Kyuhyun berkerut setelah mendengar desau kecemasan dari abdi setianya; kekehan ringan kemudian terdengar dari celah bibir sekilas membuat Jenderal Sung merunduk takut sebab pemilahan kata yang terkira kurang sopan.

“Bahkan aku tidak yakin dengan informasi tersebut, Jenderal Sung. Kemungkinan terbesar mereka akan terus menambah jumlah prajurit yang akan turun di medan perang bila mengingat ambisi mereka. Untuk daripada itu, aku memerintahkan kepada kalian untuk benar-benar memilah prajurit yang handal saja dalam perang nanti.”

Jenderal Sung terbungkam sembari menahan gemuruh takjub dalam hati akan pemikiran cerdas junjungannya. Kyuhyun seolah paham dengan sifat-sifat lawannya. Oleh sebab itu, berapapun jumlah prajurit yang turun di medan perang senantiasa sanggup membawa bendera kemenangan di tangan sekalipun berbalutkan darah pekat.

Jarang, nyaris tidak pernah pasukan yang dipimpin Kyuhyun mundur dalam pergulatan meski hanya tersisa dua orang prajurit. Tidak hanya kekuatan, otak cerdas Kyuhyun pula dia semaikan dalam pertarungan. Strategi yang sulit untuk di definisikan selalu Kyuhyun lontarkan dalam balutan strategi perang tanpa membuat para Jenderal dan prajurit mengerut kebingungan.

Jenderal Sung menunduk dalam, dia memiringkan tubuh memberi jalan ketika Kyuhyun hendak mengangkat kaki berderap pergi. Kepalanya bergerak menengadah menatap balutan punggung kokoh yang tersapu barisan pengawal dan dayang tidak mampu menyurutkan kekuasaan Kyuhyun. Jenderal Sung mengangguk yakin, Kyuhyun memang calon pengalih tahta yang sangat tepat bagi Kerajaan Goguryeo.

Terlepas dari sikap arogan dan kebengisannya, balutan bijaksana serta adil dan bertanggung jawab akan kelangsungan hidup rakyat tidak mempias gelap dari tubuhnya. Namun, satu hal yang mengganggu pikirannya akhir-akhir ini. Tentang cinta yang berlabuh, agaknya tampak tragis.

ROSEWhere stories live. Discover now