SR "Part2"

449 16 3
                                    

Setiap kali melihat Hyoyeon yang telah berhias diri dengan rapi, Chanyeol selalu tak bisa menahan gairahnya, sehingga mencumbu tanpa menahan tenaga sedikitpun sudah menjadi kebiasaan, seakan pria itu gemas ingin menghancurkan kecantikan istrinya.
Kebiasaan yang sering kali terjadi itu membuat Hyoyeon selalu dalam situasi yang sulit, tak terkecuali pada malam ini, pesta akan segera dimulai, dan jikavChanyeol tak berhenti merusak penampilannya, ia harus memulai dari awal. Sangat sulit mempersiapkan diri dengan cepat tanpa bantuan perias wajah ataupun pelayan, sedangkan ia dituntut untuk bisa melakukan sendiri perawatan yang berhubungan dengan penampilan, hal itu membutuhkan waktu yang cukup lama dan ia akan mendapat masalah jika terlambat menyambut tamu dan relasi keluarga suaminya.

"Chanyeol, kalau aku tidak segera turun... Ibu akan marah," Hyoyeon berusaha menahan diri agar tak terbawa gairah saat ia merasakan kedua tangan besar Chanyeol turun membelai paha bagian dalamnya.
Chanyeol menyeringgai tipis, kemudian ia menjilat cuping telinga Hyoyeon . "Tidak ada yang perlu dikhawatirkan." Tubuh Hyoyeon menegang, ia bisa merasakan gigi Chanyeol pada daun telinganya sebelum menyadari bahwa dia menggigit antingnya dan menariknya hingga terlepas. Jantung Kyungsoo berdegup kencang, melalui cermin ia melihat Chanyeol membiarkan anting di mulutnya jatuh ke lantai dengan suara yang bisa didengar dalam keheningan kamar. Chanyeol yang menggodanya, selalu berhasil membuatnya luluh.

"Aku sudah mengatakan pada Ibu bahwa kita akan terlambat." Chanyeol mengangkat tubuh
Hyoyeon dari kursi dan mendudukkannya di atas meja rias dengan punggung menyandar pada cermin. "Bantu aku membuka pahamu, sayang." Ia tersenyum, memberi isyarat agar Hyoyeon mematuhinya.Tak ada pilihan, dia akan marah jika dibantah.
Hyoyeon menghela napas, ia menyerah.

Kedua kaki yang masih menggunakanhigh heel,terangkat selama Chanyeol memegangi pahanya.
Punggung membentur cermin, payudara memantul berirama dengan dorongan penis Chanyeol didalam liang vagina, gesekan celana yang hanya terbuka resletingnya menimbulkan rasa panas pada pantat Hyoyeon , hanya dirinya yang tak mengenakan apapun, dan rasanya itu tak adil.
Hyoyeon merintih dalam setiap hentakan. Tangan yang menahan tubuh di kedua sisi, mengepal kuat akan rasa sakit, karena Chanyeol terlalu kasar melakukannya. Ia masih belum dalam keadaan basah untuk menerima penis Chanyeol yang mengeras dengan cepat, tetapi tanpa memperhatikan hal itu Chanyeol menenggelamkan penisnya dalam sekali dorong pada vagina Hyoyeon. Dan masih, seolah tak peduli walaupun Chanyeol menyadari hal itu, ia menahan orgasmenya meskipun sudah berada pada ujung pelepasan. Inilah sisi lain dari sikap lembut Chanyeol, seolah menjadi orang yang berbeda ketika menyetubuhinya.

"Chanyeol, kumohon...cepat, keluarkan..." Hyoyeon memejamkan mata dengan kepala jatuh kesamping, ia memohon putus asa. Tak ada rasa nikmat, hanya rasa sakit."Oh, lihatlah dirimu sayang, kau wanita paling seksi yang pernah kutemui." Chanyeol memuji dengan manis, namun tidak dengan gerakannya, sembari memperhatikan payudara Hyoyeon yang berguncang tak beraturan dengan puting merah pekat, ia semakin mempercepat dorongan penisnya, dengan sengaja membentur rahim Hyoyeon begitu keras, seketika kepala wanita itu menengadah, suara desahan nikmat akhirnya terdengar, Chanyeol menyeringgai, ia tahu Hyoyeon menyukai bagian itu.

"Aku tahu kau merasakan sakit," Chanyeol menahan ucapannya selagi menjilat leher Hyoyeon yang basah oleh keringat. "Tapi aku tidak akan membiarkannya sakit sampai akhir. Aku mencintaimu sayang."
Setelahnya, Hyoyeon memang hanya merasakan kenikmatan meskipun tubuhnya benar-benar terasa remuk. Ia memperhatikan.lagi penampilannya pada pantulan cermin, ia berantakan, acak-acakan, beraroma sperma, dan ia harus memulai dari awal.

::::
Keluarga ini, adalah keluarga dengan aura suram, semua orang mengalamatkan penyebabnya pada pria itu. Pria yang selalu menatap Hyoyeon dengan tatapan kebencian, namun disisi lain seakan menariknya untuk mendekat. OH SEHUN , si pria terlarang.Pesta sudah berlangsung, gaun merah tak lagi membalut tubuh Hyoyeon , mana mungkin ia memakainya lagi ketika bagian dadanya telah robek oleh tangan Chanyeol. Dengan perasaan kesal karena persiapan sebelumnya menjadi sia-sia, kini ia memakai gaun hitam yang terlihat klasik meskipun tak glamor seperti gaun sebelumnya, bagian dada lebih tertutup namun bagian kaki kanan terdapat belahan panjang hingga paha. Ia tampak cantik, kecantikan yang menuai pujian.

Hyoyeon menyambut semua tamu penting, namun tak semua tamu penting menyambutnya.
Mereka yang masih meremehkannya maupun yang cemburu dengan posisinya, akan berlalu begitu saja segera setelah ia memberi salam, namun Hyoyeon bukanlah tipe wanita yang akan merengek ketika mendapat perlakuan tidak menyenangkan. Siapapun itu, ia akan membalasnya dengan senyum kecut yang memberi kesan merendahkan harga diri siapapun yang melihat senyum itu.

Setelah melewati yang paling menyebalkan, Hyoyeon menghampiri seorang wanita paruh baya yang ia tahu adalah istri seorang menteri, wanita itu menyambut Hyoyeon dengan hangat, memeluknya lalu mencium pipinya, memperlakukan Hyoyeon seperti putrinya sendiri, yang membuat Hyoyeon tersenyum bahagia sampai tak melepaskan tangan wanita itu ketika memulai percakapan. Dan tiba-tiba Hyoyeon membeku, perasaan itu datang lagi...sebuah tekanan, dominasi...angin yang menyergap tengkuk, perasaan seperti itu Hyoyeon rasakan hanya ketika mata setajam pisau milik pria itu seakan ingin menusuk dirinya dengan tatapannya. Hyoyeon tahu dia ada disana, ia tahu dia memperhatikan dirinya, seakan menariknya, seakan memanggilnya. Hyoyeon memilih tak mempedulikannya, dan setelah sesaat sempat membeku ia kembali melanjutkan percakapan, namun semakin ia mengabaikan perasaan tertekan itu semakin besar rasa gelisah melandanya.

"Hyo , kau baik-baik saja? Wajahmu terlihat pucat sayang." Istri menteri yang masih menggenggam tangan Hyoyeon bertanya dengan khawatir.

Hyoyeon tergagap, lalu ia tersenyum kaku."Sa-saya baik-baik saja. Saya permisi sebentar."

Hyoyeon segera meninggalkan wanita paruhbaya yang masih menatap kepergiannya dengan khawatir. Tak jauh dari sana Hyoyeon terpaksa menghentikan langkahnya ketika tak sengaja menangkap bayangan seseorang yang ingin ia hindari, tatapan Hyoyeon terpaku pada satu sosok yang berdiri menyandar disamping jendela besar dengan meliapat tangan di dada, dan bak dalam latar sebuah dongeng, bulan purnama terlihat dari jendela disampingnya, pancaran sinarnya menimpa sebagian dari wajah kerasnya.Pria berjas hitam menatap Hyoyeon dengan mata kelam.

Dialah Oh Sehum , beberapa orang menyebutnya si mala petaka dalam keluarga Park, tetapi bagi Hyoyeon dia adalah si pria terlarang.
Pria yang enam bulan lalu tiba-tiba hadir ditengah-tengah keluarga sebagai putrakedua keluarga Park, anak dari istri kedua Mr Park. Meskipun dikatakan bahwa kedatangannya adalah atas permintaan tuan Park secara langsung, namun sebelumnya tak ada yang menjelaskan tentang keberadaan putra kedua dalam keluarga Park pada khalayak umum, bahkan Hyoyeon yang sudah menikah dengan Park Chanyeol selama 3tahun, baru mengetahui hal itu sejak kedatangan Oh Sehun.

Pria yang memilih menggunakan marga ibunya dari pada marga Ayahnya-Mr Park, adalah seorang pria yang tak banyak bicara, mungkin tidak pernah karena Hyoyeon tak pernah mendengar suaranya. Begitu juga dengan anggota keluarga Park, tak satupun yang menyambut kedatangannya, tak satupun yang menegurnya maupun berbasa-basi menyapanya, sehingga Hyoyeon hanya diam dan mengikuti jalur yang secara tak langsung sudah ditunjukkan oleh anggota keluarga lainnya bagaimana ia harus bersikap.
Akan tetapi, pada suatu malam ketika semua orang sudah terlelap, Hyoyeon yang memiliki kebiasaan menyirami bunga mawar miliknya ketika susah untuk tidur, secara tak sengaja berpapasan denga Oh Sehun di jalan setapak menuju taman belakang rumah itu. Keduanya hanya saling menatap, namun dengan intesitas yang berbeda. Pria itu menatap Hyoyeon penuh dengan kebencian yang mencekam, sampai membuat Hyoyeon yang selalu terlihat tangguh hanya terpaku dengan tatapan bertanya-tanya. Malam itu adalah pertemuan pertama mereka secara bertatap muka langsung, tapi perbuatan apa yang membuat pria itu menatap Hyoyeon dengan mata seperti itu? Dalam beberapa kesempatan Hyoyeon berusaha untuk bertanya, tetapi senin tak pernah membiarkan hyoyeon mendekat hanya dengan perintah matanya.

Hari berikutnya dan selanjutnya, Hyoyeon sering kali tak sengaja bertatap muka dengan senin , tak ada yang berubah dengan tatapan mata pria itu. Bulan berikutnya dan selanjutnya, pria itu justru mulai dengan sengaja menatap Hyoyeon dan dengan intensitas yang cukup lama, tetapi tatapan mata itu masih sama. Hanya saja, Hyoyeon mulai merasakan, paling tidak bagi Hyoyeon ia mulai berhalusinasi bahwa tatapan mata itu memanggilnya dan menariknya. Sejak saat itu, Oh Sehun adalah pria terlarang bagi Hyoyeon.

Pria itu berdiri tegak tanpa melepaskan tatapannya dari Hyoyeon , lalu melangkah keluar ballroom. Mata itu memanggilnya, dan kali ini Hyoyeon memutuskan untuk tidak menghindar melainkan menghadapinya, ia mengikuti Oh Senin dengan jarak langkah cukup jauh namun masih berada dalam jaungkauan untuk diikuti.Hyoyeon melangkah dalam diam sembari menatap punggung pria itu, melewati halaman rumah yang juga ramai oleh tamu, melewati jalan setapak didekat taman, dan melewati koridor bangunan rumah kedua keluarga Park dimana kamar pria itu berada, hingga Hyoyeon berhenti melangkah ketika melihat Oh Sehun masuk ke dalam sebuah ruangan dengan pintu yang sengaja dibiarkan terbuka.
Tanpa ragu hyoyeon melangkah masuk ke dalam ruangan, dan pintu itu tertutup.
::::
To be continue...

Hyoyeon Sexy RoseWhere stories live. Discover now