Part 12

30 4 0
                                    

Mereka hanya bertatapan. Selly melangkah mendekati Terre dengan langkah pelan dan mantap. Tapak sepatunya berbunyi nyaring di atas lantai. Tuk..tuk..tuk.. Rambut hitam yang dikuncir kuda berhias pita berwarna hitam, terlihat indah. Kontras dengan kulitnya yang putih. Dibalik poninya, ia menatap gadis bermata ungu yang sedang mengigil di depannya. Semakin ketakutan Terre, semakin senang Vania. Tapi Terre berusaha untuk tidak takut. Dimana Raymond si brengsek itu? Ia menggeram dalam hati. Celana hitam selutut yang dikenakannya kusut karena tanggannya meremas ketakutan. Kemudian terlintas sesuatu di benaknya. Raymond si laki-laki gila itu bilang kalau dia punya kekuatan kinetik untuk memindahkan apapun semaunya. Lalu apa kekuatanku untuk bisa melawan perek sinting di depanku ini? Karena keasyikan berpikir, ia tak menyadari bahwa Selly tepat di depannya. Selly mengeluarkan pedang kilat tak berbentuk dari tangannya. Pedang itu tak berwujud seperti angin tapi ketika pedang itu dikibaskan, sebuah kilatan cahaya putih muncul. Kilatan itu yang membunuh musuh di depannya. Pedang itu dikibaskan ke leher Terre tapi dengan cepat gadis itu mengelak ke belakang. Selly tersenyum licik, "hebat juga kau menghindari pedang kematian ini." ucapnya dingin dan pelan tetapi suaranya menggema di ruangan gelap itu. Terre panik dan memandang sekitarnya berniat meraih sesuatu apapun itu untuk jadi senjata. Tapi bahkan ia tidak bisa memandang apapun di kegelapan sengeri itu. Sibuk melihat sekeliling, ia sampai tidak menyadari Selly di belakangnya. Pedang itu dikibaskan lagi ke bagian leher Terre dan dengan sigap cewek itu membungkukkan badannya. "Kurang ajar." ia marah. Kilatan tajam memancar dari mata Selly. Ia berjalan dengan ganas ke arah Terre. Tanpa aba-aba pedang itu dikibaskan ke arah perut gadis itu. Spontan kedua tangan Terre membentuk silang. Kibasan pedang itu mengenai tangan Terre tapi tangannya mampu menahannya. Kilatan emas keluar dari kulitnya yang terkena kibasan pedang itu. Tangannya tidak terluka sedikitpun! Selly terpental tidak terlalu jauh darinya. Terre terkejut dengan apa yang terjadi barusan. Aku punya kekuatan? Gumamnya. Selly berteleportasi dan berada di sampingnya dan mengibaskan sekuat tenaga pedang itu ke tubuh Terre. Sekali lagi, gadis itu berhasil menumpasnya. Kedua tangannya membentuk silang tepat pedang itu hampir mengenai dirinya kemudian ia bersalto saat ia melayang dalam posisi kepala di bawah, dengan cepat kedua kaki panjangnya menendang kuat-kuat tepat di perut Selly. Lalu ia kembali ke posisi semula dengan kaki dibawah. Napasnya tersendat-sendat. Ia mengatur napasnya sejenak dan memikirkan kekuatan apa itu tadi. Ia membalikkan tangannya dan melihat tak sedikitpun luka disana. Terre merasa kesakitan di bagian dadanya dan kakinya karena tak terbiasa memakai kekuatan yang datang dalam keadaan genting itu. Tiba-tiba keluar cahaya merah dan hitam dari kedua dinding gelap dan bercampur membentuk seorang berjubah hitam lengkap dengan pedang maut di tangannya yang dibungkus jubah hitamnya. Aura wajahnya terlihat sangat menyeramkan di balik hoodienya. Ia berkata kepada Selly dalam bahasa yang tidak dimengerti oleh Terre. Kemudian si jubah hitam menatap Terre dari balik hoodienya. Jubahnya berkobar ketika dia berbicara. Semua benda di ruangan itu bergetar bahkan pecah ketika si jubah hitam hendak berbicara. Aura kematiannya begitu kuat dan menakutkan. Gadis itu tidak mati karena ia percaya jika ia mati ia akan selamat.

"Hey kau gadis yang tidak tahu siapa dirimu sebenarnya..! Matilah kau!" kemudian ia mengangkat semua benda di ruangan gelap itu dengan kekuatan kinetiknya dan meleburkan semuanya dengan menggoso keempat jarinya ke ibu jari sebanyak tiga kali. Terre melihat dari kegelapan semua benda keras itu menjadi debu seketika. Betapa kuatnya kekuatan si jubah hitam sinting ini. Ia bergumam pelan. Semua debu itu dibuatnya menjadi pusaran angin seperti angin topan dengan kecepatan yang sangat kuat bertujuan untuk memblokir semua oksigen agar gadis itu tidak bisa bernapas. Dan itu berhasil! Dalam lima menit pertama, ia bisa bertahan tapi di menit selanjutnya, ia tidak bisa bernapas. Ia pingsan diatas lantai dingin berdebu dan gelap. Kepalanya sangat pusing dan ia tidak bisa bertahan lagi. Hal terakhir yang dilihatnya adalah dua sosok mengerikan yang ingin membunuhnya dalam kegelapan. Terlihat samar bibir mereka tersenyum lalu Terre tenggelam dalam tidurnya.

__••__

Desau angin mengibas lembut anak rambutnya. Bulu mata lentik itu merekah indah diterpa angin. Rambut hitam legamnya terlihat sedikit berantakan. Perlahan matanya terbuka memancarkan sinar keunguan matanya yang indah. Setelah kejadian yang dialaminya beberapa waktu lalu, ia merasa itu seperti mimpi. Lelah berada terus diatas tempat tidur, ia memutuskan untuk bangun dan menyadari sekelilingnya. Benar-benar terasa aneh baginya. Dirabanya rambut dan pakaiannya, semua berbeda! Ia berlari menuju cermin dan memandangj dirinya lekat-lekat. Ia ingat terakhir kali penampilannya seperti apa. Piyama putih dengan rambut dikuncir asal. Tapi di cermin ia terlihat seperti petarung.
"Astaga. Apa ini?" desahnya. Ia sangat kaget bahkan ketakutan menyaksikan ini. "Hal aneh apa lagi ini?"
Rambut hitam legamnya kini berubah menjadi ungu seperti warna matanya pada rambut di dekat telinganya. Warna ungu itu terlihat dari bagian tengah hingga ujung rambutnya. Jika dilihat sekilas, warna ungunya tidak terlalu jelas, tapi jika dilihat seksama sangat kontras di rambutnya. Badannya dibalut kain sutra berwarna merah serta celana seperti celana Alladin berwarna hitam. Kakinya beralaskan sepatu kets hitam. Sangat indah dikenakannya karena cocok dengan kulit putih bercahayanya. Terre merasa aneh pada dirinya sendiri kemudian ia memutuskan untuk menjelajahi ruangan tempat ia memulihkan diri. Ia melihat bahwa ruangan itu sama seperti kamarnya. Kamar yang tidak terlalu besar dengan cat biru dan pintu putih. Semua benda letaknya persis seperti di kamar aslinya. Ia meraba-raba dan mendekatkan salah satu miniatur kesayangannya ke matanya dan memperhatikan dengan serius. Tak ada bedanya sama sekali! Miniatur itu tetaplah miniatur yang sama yang disukainya. Miniatur berbentuk seorang gadis berkuncir dua naik sepeda putih. Gadis miniatur itu mengenakan pakaian dan sepatu pink. Meskipun Terre tidak suka warna pink, tetap saja ia menyukai miniatur itu karena itu pemberian ibunya di hari ia meraih juara olimpiade nasional di negara ia berasal. Benda itu mengingatkan dia pada masa-masa itu. "Masa yang indah" ucapnya sambil tersenyum kecut. "Tapi semuanya sudah hilang. Hilang seperti debu yang membuatku hampir mati tadi malam"

Ia memandangi seluruh sisi ruangan dan menguatkan dalam hati bahwa itu adalah kamarnya dan seseorang sedang menjahilinya dengan penampilan seperti itu. Ia memutuskan untuk keluar kamar, dan mendapati diluar ruangan itu bukan bagian rumahnya, tetapi sebuah ruangan besar bernuansa coklat muda hingga coklat tua. Terre melangkahkan kakinya dan berbunyi tuk..tuk..tuk..dari hak sepatunya. Ia memandangi sekeliling dan memutar arah tubuhnya berkali-kali. Tak ada siapa-siapa disana. Yang ada disana hanya beberapa bangku panjang dan sebuah patung besar seperti wanita berekor. Dan banyak alat musik yang berbentuk aneh di sudut ruangan. Saat ia hendak menuju ke tempat alat musik itu berada, seseorang menepuk bahunya dari belakang.
"Apa yang kau lakukan disini?"

__••__

Necklace of the HellWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu