[Re-Publish] Pt. 17

1.7K 129 1
                                    

Author POV

"Sean-ah... Sean..." Jennie memanggil Sean seraya berjalan menuruni tangga.

"Yeobo, hati-hati." Ucap Sehun langsung menghampiri Jennie yang berada di pertengahan tangga dengan perut buncitnya yang kini sudah menginjak sembilan bulan.

"Kau terlalu khawatir, aku baik-baik saja. Apa kau melihat Sean?" Tanya Jennie pada Sehun yang masih menuntunnya turun.

"Mungkin sedang bermain dengan ayah dan ibu." Jawab Sehun yang membuat Jennie menganggukkan kepalanya.

"Ada apa?" Tanya Sehun membuat Jennie tersenyum.

"Tidak ada, hanya saja aku merindukannya." Jawab Jennie.

"Lalu aku? Kau tidak merindukanku? Kau seharian selalu bersama Sean, sedangkan aku menghabiskan waktuku di kantor tapi kau tak pernah merindukanku." Ucap Sehun dengan wajah imut yang dibuat-buat.

"Aishhh, kau itu sudah tua. Sebentar lagi kau akan jadi ayah dari dua orang anak, jangan bersikap sok imut begitu." Jawab Jennie seraya duduk di sofa dengan bantuan Sehun.

"Ibu...!" Sean tiba-tiba berlari ke arah mereka dan langsung memeluk perut buncit Jennie.

"Aigoo... Dari mana saja kau? Ibu mencarimu, tadi kita tidur siang bersama tapi saat ibu bangun kau sudah tidak ada." Ucap Jennie seraya mengelus puncak kepala Sean yang kini mencium perut Jennie gemas.

"Aku bermain di taman, ini untuk ibu. Aku memetiknya sendiri." Jawab Sean seraya memberikan setangkai bunga berwarna merah muda pada Jennie.

"Whoa... Ini cantik, bahkan ayahmu tidak pernah memberi ibu bunga. Gomawo Sean-ah." Jennie mencubit pipi Sean.

"Aku memang tidak pernah memberimu bunga, tapi aku selalu memberikan cintaku padamu." Ucap Sehun membuat Jennie terkekeh.

"Maaf tuan, nyonya, ada tamu." Ucap seorang pelayan pada mereka.

"Yak! Jendeuki!!!" Pekik Tiffany seraya berlari ke arah Jennie.

"Kenapa kau bisa disini? Bukannya kau bilang ada di Jerman?" Tanya Sehun pada Tiffany yang melepaskan pelukannya dari Jennie.

"Mendadak clientku ingin proyeknya di lakukan di Korea, aku baru tiba tadi malam." Jawab Krystal membuat Sehun dan Jennie mengangguk.

"Sean-ah, ini untukmu. Imo membelikan ini khusus untukmu." Ucap Tiffany memberikan sebuah kotak yang lumayan besar pada Sean.

"Whoa, terima kasih Imo. Thank you!" Sean menjentikkan matanya lalu berlari menuju kamarnya seraya membawa hadiah pemberian Tiffany.

"Kau! Selalu saja begitu, setiap bulan kau mengirimkan Sean mainan, dia juga perlu belajar jika ingin membelikan sesuatu seharusnya kau memberi dia buku." Omel Jennie pada Tiffany yang terlihat santai dengan ocehan ibu hamil satu ini.

"Sudahlah, aku pamit nanti sore aku ada meeting. Cepatlah lahir sayang, agar Imo bisa membelikanmu mainan seperti Sean. Bye..." Ucap Tiffany melirik ke arah Jennie yang menatapnya sebal seraya mengelus perut calon ibu itu dan berlalu pergi.

---

Setelah makan malam selesai seluruh anggota keluarga berkumpul untuk sekedar menonton TV bersama.

Sean yang duduk di pangkuan ayah Sehun sedari tadi tak henti-hentinya mengunyah cemilan. Sedangkan Jennie belum keluar dari kamar sedari tadi.

"Tuan! Nyonya Jennie!" Ucap seorang pelayan seraya berlari menuju ruang keluarga, membuat Sehun langsung berlari ke kamarnya dan mendapati Jennie sudah terduduk kesakitan seraya memengang perutnya.

First And LastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang