-6-

2.8K 241 3
                                    

"Nanti Retha pulang sama Nina ya, Bang." ujar Retha pada abangnya.

"Oke."

Dengan begitu, Retha memasuki gerbang sekolah yang terbuka lebar. Ia menghembuskan napas lega karena tidak menemukan mobil Radyan terparkir di tempatnya. Pernyataan Radyan dua hari yang lalu masih menghantui pikirannya.

Singkatnya, dua hari yang lalu setelah Radyan mengatakan kalimat itu, Retha hanya diam. Tidak. Ia jantungan setengah mati. Sampai ia mendapat pesan dari Farah bahwa dirinya pulang bersama Rio. Akhirnya Retha pulang dengan Radyan dalam diam.

"Pagi, Neng." sapa Rio dari belakang saat Retha menaiki tangga.

Ada Radyan di samping Rio.

"Pagi." Retha menampilkan senyumnya.

Sampai di kelas, Rio langsung duduk di sebelah Retha. Sudah ada Manda dan Nina di sana.

"Lo kenapa sama Radyan? Kayak canggung. Oh, gue lupa kalo lo sama Radyan emang canggung. Eh, tapi ini beda canggungnya. Radyan sama lo jadi lebih diem." cerocos Rio panjang lebar.

"Dia bilang suka sama gue waktu kemaren ke paskal."

"Anjing! Geus gelo jelema teh." umpatan Rio terus berlanjut.

"Terus, terus?" Nina yang belum tahu ceritanya menjadi penasaran.

"Gue diem. Menurut gue itu pernyataan doang. Gue bingung responnya gimana." jelas Retha.

"Lo ga ngerasa apa-apa gitu?" Manda bertanya.

"Jantungan gue saat itu juga. Gue kira awalnya dia bercanda. Tapi dia bilang suka ke guenya kayak yang serius."

"Kalem, nya. Urang bade nyusulan Radyan." Rio bergerak cepat menuju kelas Radyan sebelum bel masuk berbunyi.

"Jackpot anjir, Reth. Ga pernah pacaran, sekalinya dapet macemnya Radyan." ujar Nina yang tidak tahu menahu tentang Radyan.

"Gue takut kalo gue kegeeran."

Sementara di kelas Radyan, Rio datang dengan heboh. Seperti haus akan berita besar.

"Maneh geus gelo, nya, Rad? Maneh teu nembak Retha, kan?" tanya Rio blak-blakan.

Beruntung karena kelas Radyan belum banyak orang. Hanya satu sampai dua orang yang merupakan siswa cerdas dan pendiam.

"Ya, enggak, lah. Gue reflek."

"Reflek lo ga bagus, anjir. Tapi lo beneran mau maju sama Retha?" tanya Rio.

"Udah terlanjur. Ya gue kudu maju." ujar Radyan yakin.

Sejak hari itu, entah hanya perasaan Retha atau seluruh siswa di sekolah merasa bahwa Radyan makin dekat dengannya. Radyan tidak berlebihan. Ia hanya memperlihatkan kepeduliannya dengan Retha jika bertemu dengan Retha.

Seperti kejadian kemarin. Retha terjebak di kantin atas karena hujan. Di situ ada beberapa siswa, termasuk Radyan dan kawanannya.

Retha hendak menyebrang menuju koridor sekre ekstrakurikuler, namun lengannya dicegat oleh Radyan. Radyan memakaikan jaket merahnya kepada Retha.

"Biar seragam lo ga tembus." ujar Radyan pelan.

"Thanks. Nanti gue balikin." sahut Retha.

Radyan hanya mengangguk.

Di hari esoknya, Retha mengembalikan jaket Radyan yang sudah ia cuci. Dimasukkan ke dalam paper bag, Retha berjalan menuju kelas Radyan.

"Nyari siapa?" tanya salah satu siswa kelas Radyan.

"Radyan-nya ada?" tanya Retha.

"Woy, Rad! Dimana-mana yang ngapelin itu cowoknya!" seru Arkan yang sekelas dengan Radyan.

Tidak menanggapi Arkan, Radyan yang syukurnya sudah ada di kelas, menghampiri Retha.

"Ada apa?" tanya Radyan menghadap Retha.

"Ini, jaket lo. Makasih, ya." Retha menyerahkan paper bagnya.

Tak membutuhkan jawaban dari Radyan, Retha membalikkan badan untuk kembali ke kelas. Lengannya dicegat lagi oleh Radyan.

"Yang waktu itu di foodcourt, gue serius."

Retha hanya membeku di tempat. Ia tidak tahu harus bereaksi seperti apa.

"Reth?" Radyan membuat Retha kembali ke kenyataan.

"Gapapa?" tanya Radyan lagi.

"I-iya gapapa." Retha mencoba tersenyum sealami mungkin.

"Jangan canggung sama gue, ya. Biasa aja."

Retha mengangguk sambil tersenyum simpul.

"Gue balik ke kelas dulu, ya." pamit Retha.

Di kelas, Retha menjadi tidak fokus.

"Reth, Retha, mau dikerjain kapan?" Nina bertanya berkali-kali pada Retha tapi tidak mendapat respon.

"Apanya?" tanya Retha bingung.

"Jangan bilang lo ga dengerin Bu Hasna ngejelasin." Nina menyipitkan mata.

"Bu Hasna nyuruh apaan?" tanya Retha bingung.

"Gemes nih gue lama-lama. Minta ditampol lo ya." Nina gemas sendiri pada Nina.

"Apaan emang, Far?" Retha beralih pada Farah.

"Itu tugas presentasi. Kita dapet bab 4. Kalo bisa ada contoh video sama fotonya." Farah menjelaskan.

"Oh. Biar gue yang ngerjain presentasinya. Kalian cari foto sama video. Nanti kalo udah kirimin aja ke email gue." akhirnya Retha kembali ke dunia nyata.

Bu Hasna sudah keluar dari kelas sejak tadi. Tapi anak-anak disuruh menunggu bel pulang berbunyi.

"Reth, maneh pulang jeung urang atawa kumaha?" tanya Rio saat Retha membereskan alat tulisnya.

"Ga tau. Tapi kalo lo mau balik duluan, sok aja." ujar Retha.

"Akhirnya bisa kumpul bareng anak-anak vespa. Lo balik sama Radyan?" selidik Rio.

"Ga. Gue balik bareng Nina."

"Engke mah, nya, urang teu jadi tebengan deui." komentar Rio.

294 DaysWhere stories live. Discover now