[✿] Nineteen

3.1K 580 31
                                    

❝ Gua mau nunggu seseorang yang berharga buat gua. Entah itu berhari-hari, berbulan-bulan, bertahun-tahun. ❞

ㅡ ㅡ ㅡ

Minhyun dengan sukarela mendedikasikan dirinya untuk mengantar jemput Jisoo. Jisoo udah nolak sebenernya, tapi Minhyunnya maksa. Jadi yaudah deh, lumayan juga ngirit ongkos.

Tapi yang ada di pikiran Jisoo bukan cuma ngirit ongkos doang.

Kapan dia bisa move on dari mantan kalo kaya gini caranya?

Nahloh! Jisoo jadi bingung sendiri, niat move on nya langsung ambyar pas ngeliat dan ngerasain langsung perlakuan Minhyun yang jauh beda pas mereka masih pacaran. Jisoo merasa dia di perhatikan, di sayang dan di lindungi.

Ya walaupun kenyataannya muka Minhyun dan sifatnya emang nggak bisa di rubah. Tetep datar, lempeng dan pendiam.

Kenapa mantan malah makin nyebelin pas udah punya titel mantan?! Tolong jelaskan.

Jisoo menelungkupkan kepalanya di meja kantin. Dia mendesah nafas pelan, lama-lama liat Minhyun yang perhatian kaya gini bikin dia jadi lemah iman. Niat move on nya udah menguap entah kemana.

"Aduh! Kalo Minhyun kaya gini terus, aku bisa terancam gagal move on," desis Jisoo dengan pipi yang masih ia tempelkan ke meja kantin.

Puk!

"Ngapain nempelin pipi ke meja kantin gitu? Kotor."

Jisoo merasakan kepalanya di tepuk pelan segera mendongak dan dia melihat Minhyun yang datang lagi ke fakultasnya. Jisoo menjauhkan pipinya dari meja kantin dan menatap Minhyun yang sudah duduk di depannya.

"Nih bersihin dulu pipinya," titah Minhyun seraya menyerahkan tisu basah pada Jisoo.

Jisoo mengambilnya dan mengeluarkan selembar tisu untuk membersihkan pipinya sendiri.

Niat move on makin berantakan T ^ T aku harus apa kalo udah kaya gini? T ^ T

"Belum makan kan?" Tanya Minhyun.

Jisoo menggeleng pelan. Lalu laki-laki itu meletakkan sebuah kotak bekal tepat di depan mata Jisoo.

"Makan."

Jisoo mengulum bibirnya. Dia rasanya mau senyum lebar sambil teriak aja, tapi dia sadar kalo di depannya ini cuma mantan.

"Buat aku?" Tanya Jisoo seraya menunjuk dirinya sendiri.

"Iyalah. Emang buat siapa lagi, makan gih," titah Minhyun dengan senyum tipisnya.

Jisoo menggigit bibirnya ragu lalu mengambil kotak bekal di hadapannya. Ia membuka kotak itu. Ada nasi dan beberapa lauk-pauk.

"Kamu masak sendiri atau mama kamu yang bikin?" Tanya Jisoo yang sudah memegang sendok.

"Aku masak sendiri. Cobain," balas Minhyun. Laki-laki di depannya itu mulai memperhatikan Jisoo yang sedang mencicipi masakannya dengan bertopang dagu.

Jisoo mengalihkan pandangannya, berusaha sebisa mungkin untuk tidak beradu tatap dengan Minhyun. Bisa-bisa langsung ambyar di tempat dia.

Titel mantan bangsat emang cocok buat Minhyun.

"Gimana? Enak nggak?" Tanya Minhyun.

"Enak. Kok bisa sih? Aku nggak tau kamu bisa masak," balas Jisoo dengan nada takjub.

Minhyun tersenyum bangga, "Aku udah sering masak dari dulu tapi nggak pernah pede buat nunjukin ke kamu. Dari dulu aku mau ngasih bekal gini sama kamu tapi aku terlalu takut kamu nggak suka. Yaudah jadinya aku kasih Wendy. Selalu kaya gitu. Tiap aku ada niat mau bikinin kamu bekal, pasti ujungnya nggak aku kasih ke kamu."

The Man Who Can't Be Moved 🍄 Minhyun-Jisoo ✔️Donde viven las historias. Descúbrelo ahora