Bagian 17

91 15 75
                                    

Seluruh murid sudah keluar dari kelasnya masing-masing dan bersiap menuju ke lapangan untuk mengikuti upacara.

Silla dan keempat sahabatnya berjalan beriringan menuju ke lapangan. Namun, langkah mereka berlima harus terhenti karena ada seseorang yang berhenti tepat di depan Silla.

"Sil, tadi lu dicariin sama Bu Rani."ucap Bayu, teman sekelas Silla.

"Bu Raninya ada dimana emang?"tanya Silla.

"Di ruang guru."jawab Bayu.

"Oke, thanks."balas Silla sebelum Bayu pergi.

"Berarti lu engga ikut upacara dong Sil?"tanya Via.

"Kayaknya sih, iya."jawab Silla.

"Enak banget anjir, gue ikut sama lu aja deh ya."kata Leta, bersiap meraih lengan Silla, tapi kerah bajunya terlebih dahulu ditarik oleh Echa.

"Mau kemana lu? Cepetan ke aula, udah dipanggil tuh sama Pak Win."ucap Echa sembari menarik kerah baju Leta supaya mengikutinya.

"Dahh Sil."ujar Celia dan Via, melambaikan tangannya pada Silla sebelum Echa meneriaki mereka juga.

Selepas kepergian sahabatnya, Silla langsung menuju ke ruang guru untuk menemui Bu Rani.

☆☆☆☆☆

"Permisi."ujar Silla saat memasuki ruang guru yang sudah sepi karena sebagian besarnya berada di lapangan untuk mengikuti upacara.

"Misi bu, tadi ibu nyariin saya?"tanya Silla pada Bu Rani yang sedang sibuk mengetik di laptopnya.

"Oh, kamu udah datang,"kata Bu Rani mengalihkan tatapannya pada Silla. "Tunggu sebentar ya, masih ada yang saya panggil."lanjutnya.

Silla hanya menggangguk pelan. Tak lama kemudian, terdengar suara pintu yang terbuka, otomatis mata Silla langsung teralihkan ke pintu.

Silla langsung membeku di tempatnya setelah melihat orang yang baru saja masuk ke ruang guru.

"Misi bu, tadi ibu nyariin saya?"tanya Carlos yang kini sudah berada di sebelah Silla.

Seketika Silla merasa de javu dengan pertanyaan Carlos. Tidakkah pertanyaan pria itu persis seperti pertanyaannya beberapa detik yang lalu?

"Iya,"jawab Bu Rani singkat. "Duduk dulu sini, supaya enak ngobrolnya."lanjut Bu Rani sambil menyuruh Silla dan Carlos duduk di bangku yang berada didepannya.

Carlos dan Silla langsung duduk di bangku tersebut, mengikuti perintah Bu Rani.

"Jadi begini, saya mau minta kalian berdua menjadi perwakilan murid untuk acara open house bulan depan."jelas Bu Rani.

"Hah?!"seru Silla kaget, tapi berbeda dengan Carlos yang nampaknya tenang-tenang saja di tempat duduknya.

"Ada apa Silla? Kenapa kamu kaget begitu?"tanya Bu Rani menatap Silla heran.

"E-Eh? Engga bu, ini seriusan saya yang dipilih?"balas Silla.

"Iya, nanti kamu dan Carlos akan menjadi penyambut tamu undangan, jadi kalian tidak boleh jauh-jauh supaya dicarinya juga mudah."kata Bu Rani.

'Cobaan macam apa ini?'batin Silla mengeluh.

"Bagaimana? Kalian bersedia kan?"tanya Bu Rani menatap Carlos dan Silla bergantian.

"Saya..."ucapan Silla menggantung, ia melirik kearah Carlos yang masih saja tidak mengeluarkan suaranya.

"Maaf bu, saya gabisa."tolak Carlos tegas, membuat Bu Rani dan Silla terkejut.

Memories [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang