Bagian 15. Berita Baru

7K 745 119
                                    

Jum'at sore, kami semua anggota Tonti sudah berkumpul di alun-alun. Tempat kami akan tampil besok Sabtu. Kami masih belum melakukan pemanasan karena Pak Pri belum datang, dan lapangan juga tengah dipakai oleh SMA lain. Ulang tahun kabupaten kota ini digelar dari awal bulan November hingga pertengahan bulan Desember. Panjang, bukan? Meliputi drumb band, pasar murah, dan mengundang band ibu kota. Akan ada beberapa perlombaan juga, seperti jalan santai, tenis meja, lari estafet. Acara ini akan ditutup dengan pagelaran wayang dan doa malam. Kami akan tampil setelah penampilan drumb band dari sekolah lain, pada tanggal 23 November besok. Jatayu berada di sampingku dari tadi, walaupun tangannya sibuk main game di hapeku, namun terkadang dia menyempatkan untuk merangkulku, mengisyaratkan bahwa dia ada di sini, di sampingku. Kami akan tampil empat puluh lima menit, jadi bisa kalian bayangkan stamina yang harus kami miliki agar tetap fit dan tidak pingsan saat tampil.

Pak Pri datang bersama beberapa guru, setengah jam kemudian, saat hapeku sudah lowbat karena digeber main game oleh Jatayu terus-terusan tadi. Ada banyak siswa dari sekolahku juga yang menyempatkan kemari hanya untuk menyaksikan kami gladi resik, Hendra salah satunya. Menyemangatiku dan Feri.

Kami pemanasan terlebih dahulu. Sebelum melakukan formasi-formasi yang sudah dilatih beberapa bulan terakhir ini. Kami dibagi menjadi dua bagian, dan masing-masing memiliki satu komandan, Jatayu dan Ulinnuha. Perintah komandan yang satu dengan yang lainnya berbeda, namun saling menyatu dan membentuk harmoni yang bagus. Aku dibawah komando Jatayu. Kadang regu satu dan regu dua saling berbaris, dan berjalan bersebrangan, lalu membentuk formasi. Aku susah menggambarkannya karena aku bagian dari formasi itu. Mungkin Hendra akan lebih bisa menggambarkannya karena dia penonton.

"Baru gladi resik udah keren banget!" Hendra mengangsurkan dua botol minuman dingin. Satu untukku dan satu untuk Feri. "Banyak anak dari sekolah lain pada lihat!" Hendra menggeleng-gelengkan kepalanya, "Ini baru gladi resik, apalagi nanti pas event-nya!" Anak kecil itu lalu menepuk pundakku. "Siap-siap tambah terkenal, kamu Sen!" Aku tertawa. Melepas topiku, dan menyeka keringatku. Mulai besok, alun-alun ini tidak akan sepi. Pertama, akan digunakan sebagai tempat kami, dan sekolah lain tampil, dimulai dari siang hingga sore hari. Dilanjutkan dangdut. Di kota kecil ini memang dangdut masih menjadi idola.

"Seno, pulang bareng Kak Atha, kan?" Hendra menepi, memberikan ruang untuk Jatayu duduk. "Kita mampir ke sate kambingnya Pak Tok dulu, ya? Kak Atha laper."

"Seno doang nih yang diajak? Kita berdua dicuekkin?" Sahut Hendra.

Jatayu tertawa. "Ikut aja, tapi bayar sendiri-sendiri." Jatayu mengedikkan kepalanya ke balakang, "Irfan sama Ulin juga ikut tuh!"

"Gue traktir." Kataku ketika melihat Hendra mendung. Kami berangkat dengan empat motor. Aku dengan Jatayu, Irfan dibonceng Ulin, sementara Feri dan Hendra membawa motor masing-masing. Jatayu sudah melepas kaos trainingnya, dan sekarang hanya memakai kaos dalam berwarna putih tanpa lengan. Kalau di sini disebutnya kaos kotang. Bukan kotang bh, ya! Dan aku bisa membaui aroma Jatayu dari boncengan. "Kak Atha?" Aku suka!

"Hmm?"

"Nanti mampir ke rumahku sebentar, ya?"

Jatayu tidak menjawab, namun saat jalanan lumayan sepi, dan motor teman-teman kami sudah jauh di depan, Jatayu menolehkan kepalanya ke belakang, "Senonya Kak Atha lagi pengen naikkin menaranya Kak Atha ya?" Katanya sambil tersenyum mesum.

Aku mencubit perutnya. Tapi, aku memang lagi pengen.

Sate kambing Pak Tok, judulnya saja kok yang sate kambing, nyatanya, Pak Tok menyediakan bermacam-macam sate. Eum, tidak bermacam-macam juga, hanya ada tiga. Sate ayam, sate kambing dan sate sapi. Aku yang mentraktir mereka semua. Kebetulan tembakau lagi bagus harganya, dan Eyangku baru saja panen. Aku dapat uang saku banyak dari Eyang.

Erlangga di Bawah Kaki Sumbing (TamaT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang