Chapter 2 - A Dream

19.8K 929 10
                                    

Happy Reading and Hope You Like It!!

********************

Leonyca terbangun dari tidurnya, perasaan gelisah masih menjalar di tubuhnya. Napasnya tersengal-sengal seperti orang yang habis lari marathon. Keringatnya sudah mengalir di dahinya dan sudah membasahi bajunya.

Mimpi itu lagi..

Langit hitam masih menyelimuti kota Los Angeles hari itu. Jam diatas nakasnya masih menunjukkan pukul dua dini hari. Leonyca mengambil kalungnya yang menggantung di lehernya, menggenggam bandul itu dan mengangkatnya keudara.

"Bian.." Ucap Leonyca lirih seraya memandangi bandul itu.

Leonyca menghela napasnya berat lalu menghempaskan tubuhnya kembali ke atas ranjang.

Mimpi itu... Mimpi yang selalu membuat tidur Leonyca tidak nyenyak. Pertemuan pertamanya dengan seorang bocah laki-laki saat itu membuat Leonyca tidak bisa melupakannya sampai sekarang.

Leonyca menatap langit-langit kamarnya, mengangkat bandul yang menggantung di lehernya itu tinggi-tinggi.

Leonyca kembali mengingat masa lalunya. Seandainya, seandainya dia tidak menerima bandul itu, seandainya dia tidak menerima pertemanan singkat itu, seandainya dia tidak mau menuruti apa kata ayahnya untuk pindah ke sekolah itu, dan masih banyak 'seandainya' yang selalu Leonyca keluhkan.

"Hhh... Apa sebaiknya aku melupakanmu saja ya?" desah Leonyca putus asa.

Leonyca memejamkan matanya sembari menikmati suara detak jantungnya sendiri, suara yang dapat membuat Leonyca kembali ke alam mimpi yang lebih indah dari sebelumnya.

****

"Nyc... Mengapa kau masih disini? Bukankah seharusnya kau bekerja?" Tanya Charline heran karena menemukan Leonyca yang masih bergulat dengan selimutnya.

Alih-alih menjawab Leonyca malah membalikkan badannya lalu menarik selimutnya hingga menutupi hampir seluruh tubuhnya.

Melihat hal itu, Charline menggelengkan kepalanya lalu berjalan ke arah kasur dan..

Sreettt...

Charline menarik selimut yang menutupi seluruh tubuh Leonyca itu dengan keras dan membiarkannya terjatuh ke lantai.

"Bangun Leonyca! Ini sudah hampir jam delapan, jangan sampai keterlambatanmu membuat dirimu tidak bisa bekerja lagi disana!" teriak Charline tidak sabar. Karena tidak biasanya Leonyca bangun terlambat seperti ini.

Tidak adanya respon yang Leonyca berikan, Charline menarik tangannya hingga Leonyca terduduk. Charline menatap dirinya dengan tatapan tajamnya.

Mendapati tatapan seperti itu, Leonyca berdecak kesal. "Aku sudah di pecat, Charl.." cicitnya pelan.

Charline masih menatapnya dengan pandangan yang tidak terbaca.

"Aku dituduh melakukan affair dengan pelayan baru." lanjut Leonyca.

Helaan napas berat itu terdengar saat Leonyca mengucapkan kalimatnya tadi.

Alih-alih ingin marah, Charline malah duduk dipinggiran kasur yang Leonyca tempati. Ia menatap Leonyca dengan pandangan kasihan. Charline mengambil kedua tangannya lalu menggenggamnya.

"Bagaimana bisa? kau tidak membela dirimu? Itu tidak benar kan?" Cecar Charline dengan nada ketidak percayaannya.

Leonyca tersenyum kecut, "Tidak ada gunanya membela diri..."

"Mereka memang tidak suka padaku dari awal aku bekerja disana, hanya karena banyak pelanggan yang mayoritas laki-laki yang datang hanya untuk melihatku."

Leonyca menghela napasnya panjang, ia menatap mata Charline dengan pandangan 'aku baik-baik saja' dan memberikan senyuman yang meyakinkan bahwa memang dirinya baik-baik saja.

Leonyca anak yang lemah. Ia tidak bisa melakukan apapun, karena menurutnya kegiatan itu akan sia-sia. Ia lebih baik mundur daripada membuat masalah baru. Toh, mengalah bukan berarti kalah, bukan?

Charline yang mendengar cerita sahabatnya itu, kini memeluknya erat sembari mengelus punggung Leonyca pelan. "Kau pasti bisa menemukan pekerjaan baru Nyc, aku yakin itu.."

Leonyca melepas pelukannya dan menatap Charline sembari terkekeh pelan.

"Entahlah, Charl... Aku tidak tahu harus mencari pekerjaan dimana lagi, aku tidak pandai apapun.." Ucap Leonyca dengan nada sedih

"Hei... Jangan menyerah pada suatu keaadan Nyc, dan apa tadi kau bilang? Tidak pandai apapun?" Ucap Charline dengan nada kesal yang dibuat-buat.

"Kau cantik, kau juga pandai bernyanyi Nyc, jangan lupakan fakta itu. Dan.. mengapa kau tidak bekerja sebagai penyanyi di cafe tempatku bekerja saja? Jika ada produser rekaman yang datang dan melihatmu bernyanyi, aku yakin pasti ia akan merekrutmu langsung ke dapur rekaman,"

Leonyca hanya bisa terkekeh mendengar celotehan sahabatnya itu.

"Jika kau mau... Hari ini kau bisa ikut aku bekerja Nyc, kau bisa membicarakannya dengan boss ku, ia berada di cafe hari ini." sahut Charline antusias.

Leonyca merenungkan kata-kata yang diucapkan oleh Charline.

Tidak ada salahnya jika aku mencoba...

"Yasudah kalau seperti itu, aku ikut denganmu nanti siang, Charl." Ucap Leonyca seraya memeluk erat sahabatnya.

"Terimakasih banyak.." tambah Leonyca yang masih memeluk Charline.





-7 September 2017

My FAKE FiancéWhere stories live. Discover now