7. Kebahagiaan

15.1K 862 32
                                    

Akhirnya tiba juga di part ending.
Maaf klo ceritanya sedikit absurd. Hehhe...
Finally, happy reading 😂😆

***

"BAJINGAN!!!"

Aku melihat tubuh pria itu tersungkur di atas lantai seiring dengan teriakan dari suara bass yang begitu ku kenal.

Kak Calvin berdiri disana dengan kilatan penuh amarah di matanya. Aku kembali menangis, bukan kesedihan tapi merasakan kelegaan yang begitu membuncah dalam hatiku. Aku bisa melihat wajah suamiku lagi.

Kak Calvin menarik pria yang memegangi tubuhku lalu meninju wajahnya hingga tersungkur, ia mendaratkan beberapa tendangan di tubuh pria itu. Hingga membuat pria itu tak sadarkan diri.

"Kakak..." Lirihku.

Tapi Kak Calvin seolah tuli, ia berjalan menghampiri pria gemuk yang saat ini sangat aku benci karena pria itu berhasil melecehkanku. Seperti orang kesetanan, Kak Calvin menghajar pria berbadan tambun itu tanpa sempat melawan dengan bertubi-tubi.

Beberapa orang polisi berdatangan dan mulai memegangi Kak Calvin yang tengah kalap. Matanya memerah. Aku masih terpaku menatapnya, ia seperti bukan suamiku.

"Kakak..."

Seorang pria menghampiriku dan menyampirkan jaketnya untuk menutupi tubuhku yang terbuka. Pria itu meraih tubuhku dan menyandarkanku dalam dada bidangnya. Tapi saat ini hanya suamiku yang ada di pikiranku, melihatnya semarah ini untuk pertama kalinya membuatku sedih.

"Lepaskan! Akan kubunuh dia!!!" Kak Calvin terus berteriak sambil meronta dalam pegangan para petugas kepolisian itu. "Beraninya kau menyentuh istriku!"

Tubuhku sudah benar-benar lemas sekarang, tenagaku terkuras habis. Tapi aku ingin suamiku disini, disisiku dan memelukku.

"Kakak..." Meski lemah aku mencoba memanggilnya.

Dan benar, Kak Calvin mengalihkan perhatiannya padaku. Ia berjalan menghampiriku, tatapannya berubah lembut namun penuh dengan kekawatiran. Sorot matanya bagaikan tetes embun di pagi hari, begitu sejuk dan meneduhkan.

"Sayang..." Kak Calvin meraihku dalam pelukannya. Ia mengecupi seluruh wajahku berkali-kali. "Maafkan aku..."

Calvin melonggarkan pelukannya dan memperhatikan sekujur tubuhku, seketika rahangnya mengeras. Dengan lemah aku mengulurkan tanganku untuk menangkup sebelah pipinya, aku tersenyum seolah mengatakan kalau aku baik-baik saja.

Aku merasakan tubuhku melayang, sadar bahwa kini aku tengah berada dalam gendongan suamiku. Aku sempat melihat Kak Calvin menitikkan air matanya sebelum kegelapan benar-benar menelan kesadaranku.

***

Davian benar-benar harus menahan gejolak dalam dirinya ketika menyaksikan interaksi dramatis sepasang suami istri itu. Melihat kondisi Elvira juga menyulut emosinya. Ia juga ingin menghajar para pria kurang ajar itu, tapi ia lebih memilih menghampiri Elvira yang tergeletak mengenaskan dengan memar di sekujur tubuhnya.

Saat Davian menghampiri Elvira, melepas jaketnya dan menyampirkannya ke tubuh Elvira yang terbuka, gadis itu sama sekali tak menatapnya. Dalam sorot matanya, Davian bisa melihat bahwa hanya ada Calvin disana.

Kini Davian bisa merasakan apa yang dulu dirasakan Elvira ketika ia berselingkuh dengan Jeslyn.

Mengingat tentang Jeslyn membuat rahang Davian mengeras, bagaimana bisa wanita itu menjadi dalang atas penculikan terhadap Elvira? Tidakkah ini reaksi yang begitu berlebihan untuk sekedar rasa cemburu?

Davian menatap Calvin yang saat ini menggendong Elvira yang tengah tak sadarkan dengan terburu-buru ke arah mobilnya. Davian ingin sekali mengikuti mereka dan memastikan keadaan Elvira dengan mata kepalanya sendiri. Tapi saat ini ada hal yang harus ia urus terlebih dahulu.

NOT A REVENGE (Complete)Where stories live. Discover now