Bab 6 - Bima Menyebalkan

28.2K 2K 45
                                    

"AAARRGGGHHH...." Kiran berteriak sekencang kencangnya di depan sungai.

Kiran yang kadar marahnya sudah diatas rata-rata kini nafasnya terengah-engah hingga dua bahunya bergerak. Ia berkacak pinggang dengan kedua mata menampakkan kilatan amarah yang membuncah.

"Bima sialan, awas saja kalo sampai ketemu. Aku akan mematahkan lehernya trus kupotong potong tubuhnya menjadi kecil kecil dan akan kulempar ke sungai ini buat perayaan buaya. Hahahahaha," gerutu Kiran.

Kiran tertawa puas membayangkan tubuh Bima menjadi santapan buaya penghuni sungai.

Sergio, pria paruh baya yang berdiri tak jauh dari Kiran menoleh menatap seorang gadis cantik namun melontarkan kalimat seram sebagai lampiasan amarahnya.

"Cantik cantik sadis," celetuk Sergio dengan nada cukup keras.

Kiran menoleh menatap intens pria berkulit sawo matang yang tampak seperti pria berasal dari Amerika Latin.

"Bapak jangan ikut-ikutan ya. Bapakkan gak tahu masalah yang saya alami sama calon suami saya," ujar Kiran berapi-api.

Sergio mengernyitkan dahi, ia memang pernah mendengar bahwa beberapa gadis di Indonesia ada yang menikah muda namun baru kali ini ia melihatnya secara langsung.

"Mana bapak bisa tahu kalo bapak tidak tahu duduk persoalannya," ujar Sergio lembut.

"Dia gak datang pas fitting baju. Saya terpaksa berangkat sendiri, dia bukan CEO perusahaan besar tapi lagaknya songong ngalah ngalahin CEO bahkan ngalah ngalahin presiden," dengus Kiran.

"Dia lagi sibuk mungkin. Menikahkan butuh dana yang besar, kamukan bilang dia bukan CEO perusahaan besar," kata Sergio berusaha menenangkan hati Kiran.

"Tapi tetep saja pak. Tidak seharusnya dia main tunda begitu saja, pernikahan kami tinggal 4 hari. Mana dia gak ngasih kabar lagi. Harusnya aku mikir kalo dia temennya Mas Bram berarti dia sama sama berengseknya kayak Mas Bram," kata Kiran yang emosinya sudah tak terkendali.

"Sabar. Kalo marah marah nanti kerutan di wajahmu keluar lo," sindir Sergio.

"Saya sudah sabar pak. Kalo gak sabar, saya bakal minggat dan gak mau menikah sama dia," kata Kiran yang nada suaranya naik 1 oktaf.

Sergio jadi pusing mendengar celoteh Kiran yang memiliki nada suara cempreng seperti suara piring pecah.

"Bapak yakin, calon suamimu juga kepikiran dengan pernikahan kalian," kata Sergio akhirnya.

"Jangan sok tahu deh pak. Itu orang emang bener-bener, kemarin bermanis manis sekarang penyakitnya kambuh lagi. Awas saja kalo nanti abis nikah aku pasung kedua kakinya di kandang kambing biar tahu rasa dia," kata Kiran tidak mau terima.

"Gadis cantik tidak boleh bicara sekasar itu, apalagi sama calon suami sendiri. Bapak yakin, dia sekarang sedang apa nama gaulnya...Ehm...Galau memikirkan pekerjaan dan kamu...," ucap Sergio berusaha menenangkan.

"Saya lagi emosi tingkat dewa nih pak. Pusing sama makhluk oger itu yang dating-datang main seenak perutnya sendiri sama perasaan saya," kata Kiran setengah protes.

"Sudah sudah daripada emosi. Bapak traktir makan siang gimana. Tapi kita kenalan dulu. Nama saya Sergio," kata Sergio mengenalkan dirinya sambil mengulurkan tangan untuk dijabat.

Kiran mengulurkan tangan menjabat tangan Sergio. Ia tersenyum menatap pria yang dengan mudah akrab dengannya.

"Kirana nama saya pak. Panggil Kiran," kata Kiran dengan senyum mengembang.

"Kita berteman mulai sekarang," kata Sergio dengan rasa suka cita.

"Tentu saja, Pak," kata Kiran gembira.

HE IS MY HUSBANDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang