1. Sial atau Beruntung?

26.2K 2K 80
                                    

Aku baru saja sampai di apartemen saat sebuah pesan masuk di ponselku. Aku tidak merasa terlalu lelah hari ini, tapi segera aku menghela napas setelah membaca pesan dari—yang ternyata—mamaku. Pertemuan keluarga. Hal yang sangat aku hindari setelah aku beranjak usia menjadi 25 tahun.

Baru saja aku akan meletakkan ponselku tanpa membalas pesan mama, ponselku berdering menunjukkan nama yang tertera di sana, yakni "Mama"—yang sepertinya ponselku itu mengejekku karena gagal untuk tak mengacuhkan pesan mamaku.

Dengan menghela napas, aku menggeser tombol hijau dan mendekatkan ponsel pada telingaku. "Dengan Nimas, ada yang bisa saya bantu?"

"Heh, kamu pura-pura gak tau kalau ini dari Mama, apa?"

"Oh, Bu Widya, ada apa ya, Bu?"

"Dasar. Kamu gak baca pesan Mama?"

"Yang mana, Ma?" tanyaku pura-pura tidak mengetahui. Maafkan aku, Tuhan.

Terdengar suara helaan nafas. "Kenapa mama yakinnya kamu udah baca dan sengaja gak balas aja ya?"

Hah! Seorang ibu dan telepatinya pada seorang anak memang tidak bisa dipungkiri!

Aku masih diam saja—sebenarnya agar tidak menambah dosa dusta lagi—menunggu kelanjutan ucapannya.

"Udahlah, kamu datang ya nanti pertemuan keluarga!" Terdengar bukan sebuah pertanyaan, melainkan titah.

"Tapi, Ma...."

"Enggak lagi-lagi deh. Harus, kudu, wajib, mesti datang kamu kali ini. Apalagi acaranya di rumah Tante Arum," ucapnya.

Di rumah siapa tadi mama bilang? Tante Arum? Astaga, aku semakin malas kalau begini caranya.

"Apalagi di rumah Tante Arum, Ma. Aku males banget," rengekku.

"Hush. Gak boleh gitu kamu tuh. Gitu-gitu Tante Arum tuh masih tantemu juga!" ucapnya dengan nada memperingatkan khas ibu-ibu.

"Ya elah, Ma."

"Udah gak usah ngeluh! Kalau kamu gak datang nanti, namamu Mama coret dari kartu keluarga aja lah."

Mataku membelalak. "Jahat banget sih, Ma. Emang gak sayang-sayang apa, udah bawa-bawa aku di perut Mama sembilan bulan, ngelahirin susah-susah, ngasih aku makan sampe gede, terus sekarang mau dicoret dari daftar nama kartu keluarga? Parah."

"Udah tau kalau kamu punya hutang banyak sama Mama, diminta datang ke acara keluarga aja susahnya kayak nyeret sapi buat dikurbanin," ucapnya.

Bu Widya ini kalau ngomong selalu menyentuh kalbu. Ucapannya barusan sangat menusuk hatiku.

"Iya nanti aku pikirin lagi deh," ucapku pada akhirnya.

Low #ODOCTheWWGWhere stories live. Discover now