3. Kebetulan atau Kesengajaan?

18.7K 1.7K 26
                                    

"Nim, lo gak ke ruang rapat?" tanya Vira yang melongokkan kepalanya di pintu ruanganku.

"Iya, ini gue lagi nyiapin bahan dulu, sebentar."

"Asisten lo ke mana sih emang, Nim? Perasaan udah beberapa hari ini gak liat dia deh," tanyanya saat kami mulai berjalan menuju ruang rapat.

"Ngundurin diri, gak tahan kali sama gue," sahutku dengan datar.

"Lo sih, jadi orang jutek kok dipelihara, cogan dipelihara gak apa-apa deh. Apa mungkin karena lo belom ada gandengan ya, makanya jadi jutek gini? Ya kayak perawan tua gitu lah," ucapnya yang tentu saja membuatku mendelik padanya.

"Anjrit. Gak di rumah, gak di kantor yang diomongin gandengan mulu, gak ada topik lain apa?" ucapku dengan sedikit menaikkan intonasi suaraku.

"Gak ada. Kecuali, lo udah ada gandengan, mungkin topiknya nanti berubah jadi 'kapan mau lanjut ke jenjang yang lebih tinggi?' kurang lebih kayak gitu deh topiknya," sahutnya disertai dengan kekehan.

"Ah! Orang selalu gak puas kalo gak ngurusin hidup orang lain ya. Btw, tadi lo udah mirip banget sama emak-emak yang tukang nagihin cerita kehidupan orang," ucapku.

Vira tertawa. "Gue kan emang calon emak-emak. Lo tuh, kapan mau jadi emak-emaknya?"

Aku membuang muka dan meninggalkan dia di belakangku yang masih tertawa. Kampret benar memang, kalau punya teman calon emak-emak macam Vira ini.

Kami akan memasuki ruangan bersamaan dengan seorang laki-laki yang memiliki tinggi jauh di atasku. Laki-laki yang aku temui di lobby yang ternyata adalah manajer baruku. Setelah kutaksir kemungkinan usianya adalah sekitar 27-28 tahun.

"Hai kita ketemu lagi, Nimas," sapanya.

Ya iyalah ketemu lagi, orang akan selalu ada rapat mingguan.

"Iya, Pak. Selamat pagi," sahutku.

Kami memasuki ruangan dan memulai rapat evaluasi yang biasa diadakan pada hari senin, awal minggu. Akan dilihat apakah bagian keuangan stabil, bagian operasional stabil, juga apakah bagian marketing mampu menciptakan solusi pemasaran terbaru.

Aku sendiri dari bagian operasional harus memperhatikan kinerja dari para karyawan, pembagian gaji, penerimaan dan pemecatan karyawan.

"Oh iya, Nimas. Saya mendapat kabar mengenai komplain kemarin, katanya ada OB yang seenaknya masuk kamar tamu hotel dengan alasan mau merapikan kamarnya, padahal tamu tersebut tidak sama sekali memanggil layanan kebersihan kamar," Kai menegurku.

Aku sudah yakin sekali masalah ini akan dibahas pada rapat awal minggu. Apalagi mengingat bagaimana terdengar kontroversi sekali saat terjadinya kejadian tersebut. Tamu tersebut mendatangi resepsionis kami dengan suaranya yang cukup membuat semua orang menoleh.

"Iya, Pak. Saya sudah mendapat kabar dan langsung saya selesaikan saat itu juga. Memang OB itu tidak mengakui kesalahannya, Pak. Bahkan sampai akhir pun ia tetap tidak mengaku."

"Kamu bisa pastikan hotel kita tidak tercemar dengan berita ini?" tanyanya.

"Saya meminta kepada tamu untuk tidak menyelesaikan lewat jalur hukum. Tapi mengingat bagaimana media sosial saat ini sangat berpengaruh. Yang saya takuti bukan perihal tamu tersebut melaporkan pada pihak berwenang, melainkan menyebarkan isu-isu yang tidak baik mengenai Maladewa ke berbagai media sosialnya, Pak."

"Kamu buat perjanjian dengan dia?"

"Saya mengatakan untuk membuat perjanjian, Pak. Tapi ia menolak dengan alasan dia yang merasa rugi akan hal ini."

Low #ODOCTheWWGWhere stories live. Discover now