[2.2/3] Dua

2.2K 249 58
                                    

a/n : nanti ada a/n lagi di bawah, tolong dibaca ya~

.

"Kami polisi Scotland Yard."

Lencana pengenal kepolisian Hoseok berkilat di bawah temaran lampu. Begitu matahari menghilang di ufuk barat dan bias lembayung lenyap oleh malam, lampu-lampu di sekitar dinding lorong kereta mulai menyala serentak. Keadaan deret pintu toilet ramai oleh dua polisi, dua petugas kereta bersama atasannya, seorang dokter, dan detektif meski tidak dinyatakan secara resmi. Belum dilakukan evakuasi korban karena permintaan Seokjin, satu-satunya orang yang diandalkan dalam proses autopsi.

"Korban diperkirakan tewas pada pukul setengah enamsebelum malam. Dari bukti yang jelas dan kita lihat, akibat luka tusuk tepat di bagian jantung. Cukup keras, tidak terlalu pelan, dan itu salah satu alasan yang sulit."

"Sulit?" Hoseok mengernyit.

"Siapa pun yang menusuknya, dia bisa seorang wanita atau laki-laki. Luka akibat kekuatan tusukannya dapat dikatakan seimbang, karena itu aku sulit menentukan oleh laki-laki atau perempuan."

"Ada tanda-tanda perlawanan?"

"Sempat ada," Seokjin menghela napas pendek, lalu berdiri sambil mengetatkan sarung tangan karetnya. "Telapak tangan kanan korban sedikit tergores, reaksi perlindungan yang alami, menurutku. Dan juga memberikan petunjuk untuk kita."

"Si pelaku melakukannya dari belakang?"

"Tepat."

"Bagaimana menurutmu, Taehyung?"

"Ya?" Aw, ringis Taehyung kala itu. Beberapa detik setelah ia mencoba berdiri dengan tiba-tiba tanpa melihat apakah seluruh tempurung kepalanya keluar dari teritori sekat kosong di bawah wastafel. Alhasil, ia membentur ujung wastafel, diikuti bunyi dug seperti dengungan dan pening menjalar cepat. Hoseok memberinya delikan tajam dan dibalas Taehyung dengan cengiran serba salah.

"Wajahmu itu, Taehyung," kata Seokjin, "Sepertinya tahu sesuatu."

"Yah, tidak salah juga, sih. Tapi aku masih merasa agak ..."

"Ragu?"

"Hm, sepertinya ragu bukan kata yang tepat." Taehyung menggeleng kecil, telunjuk beserta ibu jari terletak di bawah dagu dan keningnya berkerut samar. Seokjin memandangnya lama, lebih memberikan atensi kepada Taehyung dibandingkan tubuh korban. Bertanya-tanya bagaimana alam bawah sadar Min Yoongi begitu tahu bahwa Taehyung bisa meragu. Detektif muda itu selalu terlihat yakin bahkan di dalam kasus yang paling sulit sekalipun, seakan ia punya anomalinya sendiri. Menentang pemikiran umum dan wajar tetapi memiliki kelogisan yang pasti. "Hyung tadi bilang kematiannya diperkirakan sekitar pukul setengah enam sore?"

"Kau mendengarku dengan baik. Kenapa?"

"Kalau tidak salah itu waktu kereta melewati terowongan," renungnya, mengabaikan pertanyaan Seokjin. Taehyung melirik seorang pria jangkung berbadan tegap, berkumis tebal di bawah hidung yang tebingkai dengan sepasang mata tajam dan hidung bengkok yang bangir. Mr. Coates, seorang direktur yang mengawasi jalannya perjalanan kereta, lekas menangkap lirikan Taehyung sembari mengangguk yakin jika sewaktu-waktu Taehyung meminta konfirmasi atau sekiranya sesuatu yang harus dipastikan. "Berapa lama waktu yang dibutuhkan selama melewati terowongan?"

"Dua menit," jawab Mr. Coates, yakin dan tegas. "Tapi tidak juga menutup kemungkinan ada beberapa terowongan kereta yang bisa menghabiskan dua setengah sampai tiga menit ketika melewatinya."

Balasannya berupa anggukan berulang, dari Taehyung, yang kemudian berjalan mondar-mandir di sekitar korban meski bibirnya tetap bungkam dan kerutan di kening belum sepenuhnya hilang. Merah pekat di baju Shannon sudah mengering, meninggalkan bau anyir sehingga Mr. Coates memerintahkan salah seorang kondektur untuk menutupi seluruh tubuhnya.

Verum :  Winter for Milady [kookv]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang