[2.3/3] Tiga

1.7K 223 22
                                    

"Itu berarti, kesaksian Julien tidak cocok." Jeon Jungkook berkilah diplomasi. "Dia berbohong dan kebohongannya itu menarik dua kemungkinan. Satu, dia memang tidak mendengar apa-apa. Dua, dia tidak berada di dalam kamarnya ketika mendengar teriakan Shannon."

"Tapi, kenapa dia melakukan itu?" Alis Hoseok bertaut tidak mengerti, pria itu tak susah payah memelankan nada suara karena gerbong restorasi yang kosong. Semula tatapannya jatuh kepada Jungkook, bergulir perlahan dan menangkap figur Taehyung yang selang tiga puluh menit berjalan, bibirnya bungkam tanpa ada niatan mengocehkan sederet konklusinya. Hosek jelas tidak tahan. "Taehyung? Bagaimana menurutmu?"

Balasannya tak lantas keluar, sebaliknya, Taehyung memilih bangkit dan berjalan mondar-mandir dari satu kursi ke kursi lain, sesekali memijat pelipis sembari mengerutkan kening, atau menggelengkan kepala berkali-kali dan menarik napas sepanjang mungkin.

"Ada yang tidak berada pada tempatnya," gumam Taehyung lirih, mengabaikan lirikan Jungkook dan Hoseok. "Ada bagian yang tidak pas, ada yang hilang tetapi ada." Decakan ketus. "Kalau begitu apa?"

Hoseok mencondongkan tubuh. "Kau tidak mencurigai Julien?"

"Oh, aku mencurigai siapa saja," sahut Taehyung, seakan kabut hitam di sekelilingnya pecah. "Atau simpelnya begini; dia memang berbohong. Diam-diam menyelinap ketika tahu Shannon ada di toilet dan keberadaan Melanie tidak ada di sana. Ada pepatah bahwa membunuh itu gampang. Julien tinggal mengetuk pintu atau menunggu Shannon keluar, lalu pembunuhan pun terjadi. Yah, semudah itu." Ia menggeleng dramatis, mendesah ketika kembali mengambil tempat di samping Jungkook. "Tapi Melanie juga punya kesempatan yang sama. Perbandingannya tidak jauh berbeda seperti Julian. Dan meskipun Kris atau Dennis memiliki alibi yang lebih kuat, kita juga tidak boleh mengesampingkannya begitu saja."

Prasangka dan kemungkinan itu eksistensinya seperti kanker, berlapis-lapis, sulit menciut dan semakin besar jika dibiarkan atau diabaikan bagaimana faktanya. Taehyung berusaha menyalami pikiran terjauhnya, jauh, jauh, dan menebak-nebak kepingan mana yang sebenarnya rancu dan hilang tetapi ada.

Namun lagi-lagi ia terinterupsi oleh suara lain, berisik, saling berteriak, bersahut-sahutan. Kepekaan sensitifnya membuat Taehyung lekas berdiri, agak tertatih karena kakinya mendadak kesemutan sebelum kemudian ia sampai di pintu gerbong restorasi. Langkah Taehyung berhenti, manakala ketika matanya menangkap sosok Julien dilingkupi amarah besar. Pria itu mencengkeram kerah baju Kris dengan erat, mirip cekikan, suaranya lirih tapi bernada tinggi, sorot mata tajam, dan wajahnya memerah karena menahan emosi.

"Semua ini gara-gara kau!" Bentak Julien murka. "Kau dan masa lalu busukmu itu, Kris! Kau dan segala tanggung jawabmu yang dibuang begitu saja! Bedebah! Lihat apa yang terjadi pada Shannon!"

Melanie berteriak histeris, gadis itu sekuat mungkin berusaha melerai dan meneriakkan frasa berhenti kalian, sudah cukup, jangan seperti ini; berulang kali, lagi dan lagi. Impuls Taehyung memaksa dirinya untuk berlari maju yang saat itu bertepatan dengan kemunculan Dennis dari arah lain. Dennis-lah yang lebih dulu meraih Julien, menariknya menjauh sedangkan Kris ditahan Taehyung. Ia agak kesusahan karena kemarahan Julien berhasil mengenai Kris sehingga pria itu nyaris melayangkan pukulan telak di rahang. Beruntung Jungkook datang membantu, lekas menahan tubuh Kris sedangkan Taehyung bagian lengan. Dua kondektur berlari terburu-buru begitu sadar dengan kericuhan yang terjadi, salah satunya Vernon dan raut mukanya sangat kebingungan.

"Harusnya kau jangan lari! Pengecut! Teman macam apa kau!" Sekilas Julien melirik sinis Dennis, kilatan matanya seakan menuduh. "Kau juga harusnya mengerti, Dennis. Kau dulu bersama Shannon, kan? Kau dulu kekasihnya kan! Tapi kau bungkam dan menutup mata!"

Berhenti, berhenti, berhenti; teriakan Melanie mendominasi. Gadis itu lantas menenggelamkan wajah di antara kedua telapak tangan dan dengan suara terpatah-patah, dia berkata. "Cukup, hentikan! Ini semua salahku, salah kita semua. Ini semua salahku!"

Verum :  Winter for Milady [kookv]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang