Jangan Ingatkan Aku

50 5 0
                                    

Aku sangat menyukai dunia ku yang sekarang, selama 2 tahun akhir ini aku bisa hidup leluasa, tidak ada sosok setan yang menyerupai manusia tersenyum jahat ke arahku. Setan setan itu sudah lenyap dari mataku.

Oh, iya kenalkan, namaku Dera, mahasiswi jurusan ekonomi di sebuah kampus yang cukup ternama, aku mengambil kelas regular malam, sebab pagi hari aku bekerja di bagian administrasi di salah satu perusahaan kecil bisnis daging, ini hanya sebagai pekerjaan sementaraku, untuk menghidupi perekonomianku yang sangat mengharukan. Rumahku dekat dengan antah berantah, tak ada satupun senyuman tetangga menyapaku ketika keluar dari pintu rumah. Aku tinggal sendiri, jangan ingatkan aku untuk memperkenalkan orang tuaku, mereka meninggalkanku sejak 2 tahun lalu. Mereka tidak ingin menampungku di rumah ini, hanya karna akan membebani kehidupan mereka, naasnya bukan aku yang pergi dari rumah itu, mereka yang meninggalkanku di istana mungil ini dan membuatku menanggung beban sangat berat dengan hidup sendirian.

Terakhir kali ku lihat mereka berada di dalam ruang pemotongan di pabrik tempatku bekerja, mereka menemui ku saat ku mencoba mengecek jumlah pasokan sapi yang sudah di potong, mereka mendatangiku dengan raut wajah marah, meskipun sudah sering ku lihat muka itu, yang sudah membasahiku dengan air liur mereka yang keluar beserta kata-kata sadis yang menyelingi, kehadiran mereka membuatku sangat takut. Mereka membawa barang-barangku ke kantor dan menyuruhku untuk meninggalkan rumah, namun aku acuhkan perkataan mereka, seketika aku pulang tak ada satupun mata-mata licik mengawasiku juga mengincar tasku, yang biasanya akan berdiri menamparku dan mengambil sejumlah uang rupiah yang susah payah ku raih dengan cucuran air keringat.

Mereka adalah orangtua yang jahat, dengan kesimpulan itulah yang menjadi pedomanku atas kekesalanku pada mereka. Saat itu sudah cukup untukku diam menerima semua gertakkan mereka, dengan segaja ku dorong mereka ke penggilingan daging, mesin-mesin besar melahap habis-habis tubuh mereka, meremukan tulang-tulang tua yang digunakan untuk menamparku, menendangku, bahkah pernah sekali ingin membunuku dengan mencekik leherku ini, tanpa belas kasihan ku tinggalkan mereka di sana, teraduk-aduk bersama gilingan daging sapi yang sangat rata. Suara jeritan itu sudar mulai pudar, kini hanya sebatang penderitaan dan keterpurukan yang mereka tinggalkan.

Oh tidak
Aku menceritakanya
Kumohon!!!
Jangan ingatkan aku
Jangan lagi
Aku bahagia kini..

.....

Vomen-nya 🙏🙏🙏

EREBOSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang