5. Selangkah Menyadari

5.9K 532 15
                                    

Rio sudah duduk di ruang tamu menunggu Sum. Sementara Sarti yang sibuk menggosok perabotan kotor dengan sabun colek memanggil Sum untuk menemui tunangannya.

Dia lagi, pikir gadis polos itu.

Sekali lagi Sarti memanggilnya. Sum memberengut kesal.

Sum memutar matanya malas. "Iya, Mak."

Dengan langkah lesu, ia melangkahkan kakinya ke depan ruang tamu tempat Rio menunggu. Sum dengan malas duduk di depan Rio, tapi seperti biasa, tatapannya berkelana ke sekeliling ruangan.

"Aku di sini, Sum," ujar Rio berharap gadis itu melihat ke arahnya.

"Yang nyari kamu siapa? Aku lagi nyari barisan semut di dinding," jawabnya acuh.

Rio tersenyum miring karena merasa aneh dengan gadis di hadapannya itu.

"Buat kamu jadiin ikatan lagi semut-semut di dinding itu?"

"Bukan."

"Trus?"

"Buat bantuin aku ngusir kamu," ujar Sum sekenanya.

"Ya udah ikut aku, cepet ganti baju!"

Sum tak lantas menyahut, namun berpikir sejenak. Banyak hal yang ia pikirkan. Ia menggigit ujung jarinya seraya berpikir dan berpikir. Ia segera masuk kamar dan mengganti baju. Setelahnya, gadis itu menemui tunangannya lagi.

Rio menatapnya dari atas ke bawah. Dalam hati ia tersenyum, Bagaimanapun bandelnya Sum, dia benar-benar gadis cantik.

"Ayo ikut, cepat!" Rio menyeret Sum. Sum segera berontak.

"Gak mau!" sahut Sum ogah.

Tanpa aba-aba, Rio segera menyeret Sum keluar rumah. Sum mencoba memberontak, namun percuma. Gadis itu terlalu lemah bila dibandingkan kekuatan tangan sang tunangan.

Akhirnya gadis itu melemah dan pasrah. Bagaimanapun juga, pemuda di sisinya itu adalah tunangannya.

Rio mengajak Sum menemui kawannya di sebuah kafe yang terletak agak jauh dari desa. Sum celingukan menatap sekeliling. Lampu kafe yang remang di bagian dalam ruangan dengan ornamen bangunan model klasik.

Sum menyentuh lukisan 3D sepanjang dinding kafe. Rio memukul tangan gadis itu. Sum mengaduh. Ia memandang sinis pada Rio.

"Jaga sikap kamu, jangan kampungan!" sergah Rio.

"Bukan urusan kamu," jawab Sum ketus.

Rio tak menjawab, ia memilih pergi semakin masuk ke dalam kafe. Beberapa orang sudah menunggunya di dalam.

"Hai, Bro."

Seseorang menyapa Rio sembari memukul telapak tangannya pada tangan Rio mereka berjabat tangan kemudian. Teman-teman Rio berkumpul di kafe itu. Beberapa dari mereka juga terlihat membawa pasangan perempuan, tentunya dengan tampilan dan busana modis.

Mereka menatap Sum dari bawah ke atas dengan tatapan skeptis.

"Ini tunangan yang mau kamu kenalin?" tanya seorang perempuan pada Rio.

"Iya. Kenalin, namanya Sum." Rio menatap Sum dengan isyarat menyuruhnya berkenalan dengan teman-teman pemuda itu.

Saat Sum menjulurkan tangan hendak berjabat, mereka malah memilih acuh dan mengabaikan tangan Sum. Gadis itu hanya tersenyum tipis. Bila ingin jujur, ia merasa muak dengan keadaan saat itu. Ia hendak beranjak pergi, namun lengannya ditahan Rio. Sum cemberut.

"Kamu dapet cewek dari mana model begini?" sahut seorang teman sembari menatap Sum dengan ejekan.

Rio diam sejenak. Di matanya memang Sum terlihat cantik, namun di mata teman-temannya, cantik saja tidak cukup. Butuh perawatan ekstra dan tampilan yang modis. Ia melirik penampilan Sum dengan kemeja dan rok panjang yang super biasa dengan hijab panjang polos.

Napas SurgaWhere stories live. Discover now