1

433K 21.8K 14.1K
                                    

Wira Pov

"Sat, ayolah!" Aku menggoyangkan lengan Satria yang seakan terbuat dari batu. Keras men!

"Ck. Jangan ganggu gue ah." Satria mengibaskanku dengan keras hingga aku terjungkal.

"Anjir, sakit." Aku mengecek siku kananku yang tadi menjadi tumpuan ketika terjatuh dan mendapati ada memar kebiruan disana.

"Biru nih!"

Satria melirikku sekilas lalu kembali fokus dengan game di layar komputernya.

"Peduli?" Ia berkata dengan nada mengejek.

"Bentar aja Sat. Gak lama kok. Suer!" Aku mengacungkan dua jemariku membentuk simbol peace.

"Yaudah. Apa?" Satria melog out gamenya dan memutar kursinya ke arahku yang duduk diatas karpet kamarnya.

"Besok gue ada kencan sama Silvia."

"Terus?" Satria mengangkat sebelah alis.

"Rencananya gue mau cium dia dibibir."

"Hubungannya sama gue apaan?" Satria terlihat tak sabar.

"Itu,, eu anu." Aku menggaruk pipiku gugup. Merasa agak bimbang lebih baik aku katakan apa tidak ya?

"Cepetan. Game gue lebih penting daripada anu-nya lo."

Aku menghela napas dan menghembuskannya pelan. Okay aku siap.

"Guemauloajaringueciuman." tanpa sadar aku berkata cepat. Bahkan sepertinya young lex pun kalah cepat.

"Hah?" Satria melongo kayak orang bego. "Ngomong apa kentut? Cepet banget."

"Gue mau lo ajarin gue ciuman. Lo kan punya banyak mantan. Pasti udah pro lah."

"Pala lo!" Satria melemparku dengan bantal leher bergambar animasi cars. "Ngawur aja. Mending pulang gih. Cuci kaki terus bobo."

"Setaaaan." Teriakku kesal.

Satria berbalik kembali menghadap komputer dan hendak me log in gamenya kembali.

"Gue beliin lo monitor 32 inch. Asal lo mau ajarin gue ciuman. Gimana??" Aku tersenyum menang. Tawaran ini tidak mungkin Satria tolak. Kulihat ia terdiam dan mengetukkan jarinya pada meja.

"Oke deal! Tapi gue mau monitornya ada besok pagi." Satria bangkit dari kursinya dengan agak bersemangat.

"Gampang!" Aku menjentikan jari dan menghubungi orang suruhan papaku untuk menuruti permintaan Satria. Baru kali ini aku merasa beruntung jadi anak orang berada.

"Udah kan. Lo gabisa nolak lagi." aku tersenyum lebar.

"Iya! iya!" Satria mengangkat bahu. "Gimana gue ngajarinnya?"

"Malah nanya balik!" aku memutar bola mata. "Ya lo pikirin lah gimana caranya."

Satria terlihat berpikir kemudian ia mengambil cermin sebesar buku tulis yang tergantung di kamar mandi.

"Nih, lo ngaca terus bayangin kaca itu Silvia."

"Gila!" Aku merengut. Mana bisa Silvia dibandingin ama kaca? Sama aja aku mirip orang gila ciumin bayangan sendiri.

"Lah, terus gimana?" Satria terlihat bingung sendiri.

"Ya bibir gue harus nyentuh sesuatu lah, kecuali kaca ya!" Aku mengacungkan telunjuk ketika Satria hendak protes.

"Oh iya! Lo latian pake boneka aja ya?" Satria menjetikkan jari.

"Ngapain sih susah-susah? Pake bibir lo aja." Aku mengusulkan. Lagian praktek langsung kan lebih mudah dicerna.

First Kiss [BxB] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang