3

195K 15.3K 4.3K
                                    

#Author

Satria menguap dan menggeliat di atas kasurnya. Ia menggapai handphone miliknya yang terus berdegung sedari tadi. Dengan malas ia mengangkat telepon itu tanpa mengecek si penelepon.

"Halo."

"Halo sayang. Kamu baru bangun ya?"

Suara lembut Maudy membuat Satria membuka matanya lebar-lebar. Ia mengecek jam dinding dan menyadari hari telah beranjak siang.

"Kamu pasti lupa kan buat jemput aku di bandara?" Suara Maudy nampak kesal.

"Maaf ya sayang. Kamu udah disana? Tiga puluh menit lagi aku nyampe kok. Kamu tungguin disana, jangan kemana-mana ya."

"Yaudah cepetan kesini. Aku capek nih."

Setelah sambungan terputus, Satria segera melesat ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Ia benar-benar lupa jika kekasihnya meminta untuk dijemput di bandara hari ini. Semalaman ia asyik bermain game dengan monitor barunya. Setelah bersiap ia segera melajukan mobil milik ayahnya yang sengaja ia pinjam menuju bandara.

"Pasti kamu main game sampe larut lagi kan sayang? Kamu tuh yaaaa. Ga bagus keseringan begadang."

Satria meringis dan hanya mengiyakan. Bisa gawat jika ia membantah ucapan Maudy sedikit saja. Lagipula kali ini memang salahnya sendiri.

"Mau makan dulu apa langsung pulang?" Tanya Satria.

"Pulang. Aku BT."

Satria hanya menghela napas. Bisa lama nih ngambeknya.

.
.

#Wira

Aku sedang berkutat dengan tugas-tugasku di perpustakaan. Aku belum bilang pada kalian ya? Aku adalah mahasiswa tahun pertama di salah satu universitas negeri. Begitupun dengan Satria, kami satu kampus meskipun berbeda jurusan. Dan Silvia, ia adalah siswi kelas 3 SMA. Kami bertemu ketika sekolahnya bertandang ke kampusku untuk perlombaan antar SMA. Masa pacaranku dengan Silvia memang masih terbilang sebentar. Jadi aku belum berani macam-macam dengannya. Selain itu Silvia adalah pacar pertamaku. Jangan tertawa! Dulu aku adalah anak yang introvert dan terbilang culun. Ditunjang dengan kedua orangtuaku yang berada membuatku agak kesulitan mencari teman yang tulus. Hanya Satria-lah yang awet berteman denganku sejak SMA.

"Wir, lo dapet topik berapa?"

Aku mendongak dan mendapati Nathan yang mengajakku bicara.

"8 Nat, kenapa?" Tanyaku.

"Enak banget. Gue dapet nomor 2 nih." Nathan menggaruk kepalanya frustasi. Topik nomor 2 memang terbilang cukup sulit.

"Kerjain aja dulu. Ntar kalo lo nyerah gue bantuin deh."

Nathan nyengir lebar. "Bener lo ya? Gue cari sumbernya dulu." Ia melesat menuju rak-rak berisi buku sumber yang sekiranya dapat berguna.

Aku memang memiliki otak yang lumayan encer, oleh karena itulah aku bersedia membantu Nathan. Dengan syarat dia harus mencoba terlebih dahulu. Aku tidak akan mau membantu jika ia malas dan tidak berusaha.

Nathan sedang mengerjakan tugasnya di depanku. Wajahnya terlihat serius dengan buku sumber yang terbuka lebar. Aku tersenyum kecil melihat tingkahnya. Jarang-jarang Nathan seperti ini.

Tugasku sudah hampir selesai. Mungkin sekitar satu perempat lagi. Aku menggerakan badanku kedepan dan belakang. Pegal juga duduk disini selama hampir dua jam.

"Wir. Lo besok ada waktu ga?" Tanya Nathan. Rambutnya agak kusut dan wajahnya kusam.

"Kenapa emangnya?"

First Kiss [BxB] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang