CHAPTER 29 | Ngapelin Teresa

77.8K 6.6K 251
                                    

Ulangan baru saja dimulai. Setelah melihat soal. Raskal menggaruk keningnya yang tidak gatal, kebingungan. Ia baru ingat ada ulangan setelah Verrel memberitahunya saat Raskal masuk ke dalam kelas. Tadi malam ia sama sekali tidak belajar. Cowok itu bahkan lupa membawa buku pelajaran di jam terakhir. Kebiasaan murid yang sudah menjadi-jadi. Bahkan ada yang sampai salah pakaian di hari yang tidak seharusnya menggunakan seragam sekolah yang jenisnya berbeda. Raskal pernah seperti itu. Dulu ketika kelas sepuluh. Bahkan salah menggunakan dasi pun ia pernah.

Pak Farhan sedang berjalan-jalan. Memastikan tidak ada yang menyontek. Raskal tidak dapat berkutik. Dalam hati ia ingin sekali guru itu kembali ke depan atau keluar kelas sebentar agar ia bisa mengambil handphone-nya dan mencari jawaban yang tepat. Ia melirik Verrel. Cowok itu fokus dengan soal di hadapannya sementara Douglas. Wajah cowok itu sama bingungnya dengan Raskal.

"Kal? Lo tau nggak jawaban nomber 1?" Douglas berbisik pada Raskal dari tempat duduknya.

Raskal menggeleng. "Nggak. Lo tau yang nomber 5?"

Douglas juga menggeleng, tidak tahu.

"Rel," bisik Raskal pada Verrel. Cowok itu tidak menoleh. Entah sengaja atau memang tidak dengar.

Memang.

Teman akan mendadak pura-pura tuli kalau sedang ulangan.

"Rel."

"Thenk," bisik Douglas pada Gathenk yang sibuk berpikir keras.

"Rel, nomber 5 lo tau gak?"

Pak Farhan menuju ke mejanya. Raskal yang tidak sadar guru itu datang ke mejanya tetap memanggil Verrel. Cowok itu baru sadar ketika guru itu berdiri di samping mejanya.

"Saya udah bilang nggak boleh nyontek." Pak Farhan mengambil paksa kertas jawaban Raskal. Cowok itu hanya bisa menjawab dua dari lima soal. Tidak tahu salah atau benar. "Keluar," suruh Pak Farhan.

"Tapi Pak-"

"Keluar," kata Pak Farhan final.

Dengan amat terpaksa Raskal berdiri. Cowok itu mengikuti kemauan Pak Farhan dengan keluar dari dalam kelas. Melenggos.

"Kamu nggak boleh kemana-mana. Diem di depan pintu kelas," ujar Pak Farhan memberi peringatan juga perintah. Raskal yang mendengarnya hanya mendengus. Teman-temannya yang lain hanya memandang iba Raskal. Selebihnya kembali lagi mengerjakan ulangan yang ada demi nilai yang bagus. Padahal banyak yang menyotek kenapa cuman dia yang disuruh keluar?

Tuh guru emang benci kayanya sama Raskal.

Saat Raskal keluar kelas. Ia berdiri di depan pintu. Cowok itu tidak melakukan apa-apa selain berdiri dan diam dengan mata memandang teman-temannya yang sedang berkonsentrasi dengan kertas ulangan. Beberapa menit kemudian. Dari kelas Teresa. Perempuan itu juga baru keluar. Ia berdiri di depan ruang kelasnya.

"Kamu itu makanya jangan nyari gara-gara pagi-pagi begini! Untung temen kamu si Tatya nggak kenapa-napa."

Teresa yang dimarahi hanya diam. Fisiknya sudah lelah dan sakit. Begitu juga dengan batinnya. Terlalu banyak masalah dan Teresa rasanya mau gila menghadapinya.

"Kalau si Tatya kenapa-napa memangnya kamu mau tanggung jawab? Apa yang bakalan Ibu bilang sama orangtua dia kalau dia kenapa-napa gara-gara kamu?!"

"Saya nggak ngapain dia kok Bu. Dianya aja yang berlebihan." Teresa akhirnya membela diri. "Drama queen. Kebanyakan nonton sinetron. Hidupnya penuh drama. Gitu deh jadinya," kata Teresa dengan muka datar namun cukup pedas. Bahkan Bu Dian yang menjadi lawan bicaranya merasa bahwa kata-kata itu ditujukan untuknya.

180 DerajatWhere stories live. Discover now