Chapter 11

4K 270 4
                                    

Membuka mataku perlahan, kurasakan seprei selembut bulu memanjakan kulitku, membuatku enggan beranjak, aku menggeliat seraya memejamkan kembali mataku, menarik selimut ke atas, mendekatkannya ke hidung, membaui aroma musk yang menghunus indera penciumanku. Aku suka aroma ini, begitu menenangkan. Aku seperti telah lama tidak merasakannya, membuatku ketagihan dan merindu.

Sebuah lengan melingkari pinggangku, aku mengernyit bingung mendapati lengan kekar seorang pria memenjara tubuhku sangat erat, namun entah kenapa aku merasa nyaman seperti ini. Harusnya yang kulakukan adalah mendorongnya jauh-jauh, namun tidak! aku justru membiarkan lengan itu bergerak perlahan semakin naik mengklaim tubuhku, seolah aku memanglah miliknya.

Tubuhku berjengit saat kurasakan telapak tangan itu meremas bagian sensitifku, seketika aku menyadari tidak ada penghalang apapun di bawah selimut halus ini, sentuhnya begitu ringan dan menggoda membuatku melupakan segala hal. Ditambah kecupan seringan bulu di ceruk leherku membuat tubuhku menggeliat geli, menolehkan kepalaku ke samping, ingin melihat wajahnya. Namun Susana gelap membuat pandanganku mengabur, wajahnya terlihat samar-samar aku hanya mendapati siluet tubuhnya yang kini sudah berada di atasku, menindihku dengan satu gerakan cepat. Mendorong sesuatu yang mengeras di bawah sana, meluncur dengan sempurna memenuhi milikku, tidak ada halangan yang berarti, semuanya terasa begitu mudah seolah memang sudah sering terjadi.

Aku tersentak, kurasakan milikku terasa penuh olehnya, sensasi nikmat itu seperti air bah yang meluncur deras, menenggelamkanku pada kubangan gairah, seolah merindu, tubuhku tidak dapat menolaknya, aku menyukai sensasi ini, begitu panas dan menggoda, hingga membuatku menginginkan sesuatu yang lebih, tanpa kusadari kedua kakiku telah melingkari pinggulnya, lenganku menarik tubuhnya semakin merapat otomatis membuat miliknya terbenam semakin dalam di tubuhku, aku ingin merasakan sensasi ini lebih lama.

Dia mulai bergerak perlahan, menarik miliknya lalu membenamkannya kembali semakin dalam, kenikmatan itu membuat tubuhku seolah terhempas ke dalam tumpukan kapas yang lembut, aku sangat menyukainya, gerakan tubuhnya begitu dalam dan menggoda, kenikmatan yang dia berikan tidak mampu kugambarkan lebih jauh lagi, yang aku tahu saat ini hanyalah tubuhku terasa lemas akibat buaiannya.

Dia menunduk, menyatukan bibir kami, gerakan pinggulnya semakin intens. Aku merasakan ada sesuatu yang ingin meledak di bawah sana, miliknya terasa panas dan semakin mengeras memenuhi tubuhku, ciumannya terlepas, dia menggeram tertahan, nafasku terengah menerima segala hujamannya yang semakin cepat.

Tanpa sanggup menahan lagi, aku mengerang, detik itu juga kurasakan kenikmatan itu luruh seketika, melebur keluar menjadi satu bersama dengan miliknya, tanganku mencengkeram kuat punggungnya yang dipenuhi peluh, menyalurkan kenikmatan yang kurasakan. Sesaat kemudian kudengar erangan dalam yang meluncur dari sela bibirnya, menenggelamkan miliknya semakin dalam, seketika kurasakan kehangatan itu memenuhi tubuhku, dia telah sampai, miliknya menumpahkan segala kenikmatannya hingga tak bersisa, menyirami tubuhku hingga terbawa arus kenikmatan yang tiada tara.

Aku terdiam dengan mata terpejam, meresapi sisa-sisa kenikmatan yang baru saja terjadi, tubuh kami masih menempel, kurasakan kecupan lembut di keningku, jatuh ke hidung dan semakin ke bawah lagi hingga ke bibirku, hanya lumatan ringan sedetik tidak lebih. Lalu aku seperti mendengar bisikan lembut di samping telinga.

"Kau harus kembali sayang."

Bola mataku mengerjab seketika, aku terkesiap dan langsung mendudukkan tubuhku di pinggiran ranjang. Mengamati tubuhku, tidak ada yang terasa aneh dari diriku, jadi itu hanya mimpi. Mengedarkan pandanganku ke sekeliling, sesaat aku menyadari, masih berada di salah satu kamar milik pria brengsek itu. Kurasakan denyutan nyeri di pergelangan tanganku yang di bebat dengan kain kasa. Aku meringis mengingat kejadian nekat percobaan bunuh diri itu.

Memijat pelipisku, kepalaku terasa pening, entah kenapa aku sering merasa seperti ini di pagi hari. Dan lagi, apa yang baru saja terjadi? apa aku tadi sedang bermimpi? Ya Tuhan! bagaimana mungkin aku bisa bermimpi erotis, dalam kondisi seperti ini? Anehnya, mimpi itu terasa begitu nyata seolah aku pernah mengalaminya, tidak-tidak! itu hanya mimpi Renesya!

Sialnya! kata itu terus terngiang di otakku. 'Kau harus kembali sayang.' apa maksudnya? dan siapa pria yang ada di mimpiku? aku mengernyit saat kuraskan pergelangan tanganku terasa nyeri. Sial! ini sakit sekali. memandangi pergelangan tanganku, aiish! gara-gara pria gila itu, aku harus rela menyakiti diriku sendiri, sungguh menyebalkan!

Suara pintu terbuka, aku menoleh sekilas lalu memalingkan kepalaku lagi, seorang pelayan berjalan masuk membawa nampan dengan aneka kudapan di atasnya, aromanya begitu menggoda namun aku berusaha tidak peduli. Mogok makan sepertinya tidak buruk, siapa tahu pria gila itu akan membawaku keluar dari kamar ini, dan tentu saja aku bisa kabur.

"Silakan menikmati sarapan anda nona."

"Berikan ponselmu, aku ingin meminjamnya sebentar." ujarku tegas tanpa ingin dibantah.

"Maaf, untuk apa nona? saya tidak berani." ujar pelayan itu dengan suara terbata.

"Cepat berikan atau aku tidak akan menyentuh sarapan itu." ancamku lagi.

"Maaf saya tidak bisa." Pelayan itu berjalan cepat meninggalkan kamar sebelum aku berhasil mengejarnya, sial! seharusnya aku tadi langsung kabur saja, bodoh kau Renesya!

Chieva
18 April 2020

RIOTOUS - [ End ]Where stories live. Discover now