Chapter 23

2.8K 179 4
                                    


Empat hari lalu, Dokter memperbolehkan Renesya pulang setelah memastikan kondisinya benar-benar sudah membaik. Kabar buruknya, wanita itu hanya bersedia pulang bersama Grace,  tidak denganku, sial bukan? Aku dibuat semakin frutasi melihat tingkahnya.

Dia masih terus menghindariku, ya! kuakui, aku memang salah! tapi aku tidak ingin dia menjauh dariku. Mencoba berpikir tenang, mungkin memang ada baiknya kami tidak terlihat bersama, karena mungkin saja ada paparazzi yang  membuntuti kami, aku tidak ingin mengambil resiko yang semakin memperkeruh keadaan. Keberadaan Renesya saat ini jangan sampai diketahui media manapun.

Selama beberapa hari ini aku membiarkan Renesya melakukan sesuka hatinya, dia tinggal di apartement Grace. Media yang terus memburu informasi tentang kami hanya bisa menarik spekulasi-spekulasi sesuka hati mereka, karena tidak ada konfirmasi apapun dari pihak kami. Yaach! biarkan saja terserah apa yang ingin mereka lakukan aku tidak peduli, aku hanya peduli pada wanitaku.

Untung saja masalah perusahaan sementara ini dapat kuatasi, Dewan Komisaris masih mau mempertimbangkan dengan kembalinya diriku mengambil alih tampuk kepemimpinan perusahaan, aku berjanji akan membuat kondisi kembali seperti semula dan meminta waktu beberapa minggu untuk menyelesaikan masalah scandal tersebut, lalu muncul di hadapan public untuk memberikan klarifikasi.

Yach! sekarang kau pasti mengerti masalah utamaku saat ini hanyalah menunggu Renesya, aku membutuhkannya menyelesaikan semua kekacauan ini, kami harus muncul dihadapan public dan menjelaskan semuanya, membuat dunia tahu bahwa kami merupakan pasangan suami istri. Tentu saja hal itu tidaklah mudah, melihat ingatan Renesya belum  juga kembali. Tapi setidaknya aku akan berusaha membuat kesepakatan dan bekompromi dengannya.

Karena itu aku tidak bisa tinggal diam menunggu seperti orang bodoh, aku harus membicarakan semuanya dengan gadis itu, kali ini dia harus percaya, jika perlu aku akan memaksanya agar mau membantuku.

Dan disinilah aku sekarang, berdiri di depan pintu apartement Grace, sebenarnya ini adalah salah satu apartemen yang Aiden miliki, dia sengaja membiarkan Grace tinggal disini selama gadis itu berada di New York. Sedangkan Aiden sendiri tinggal di apartemen yang sama denganku.

Sudah beberapa kali aku membunyikan bel apartemennya tapi tetap tidak ada satupun yang membukakan pintu, sial! kemana perginya mereka, jangan-jangan mereka sengaja tidak ingin membiarkanku masuk.

Merogoh ponsel di saku kemeja, sebaiknya aku bertanya pada Aiden, dia pasti tau kemana perginya  Grace apakah Renesya bersamanya atau tidak aku harus memastikan.

“Kau tau dimana Grace dan Renesya berada.”

“….”

“Berengsek! Kenapa kau tidak menghentikan mereka!!”

“…”

“Seharusnya kau mengatakannya padaku sejak tadi, keparat!” aku mengumpat kesal. Melangkah terburu- buru  memasuki lift, segera turun menuju basement.

Demi Tuhan aku tidak mengerti apa yang ada di dalam otak mereka,  semua ini terasa aneh, segala pertanyaan muncul di benakku dan satupun tidak kutemukan jawabannya, ada apa sebenarnya?

Menurut Aiden, kemungkinan tiga puluh menit yang lalu Grace dan Renesya sudah berangkat ke Bandara, sialan! apa yang Grace pikirkan dengan membawa Renesya pergi dariku. Shit!! Wanita itu benar-benar, dan kenapa pula Aiden tidak memberi kabar padaku sejak tadi, sialan!

Ini belum berakhir, aku tidak akan tinggal diam, sampai ke ujung neraka sekalipun aku harus mendapatkan Renesya kembali. waktuku tidak banyak, tepat pukul delapan ─lima belas menit lagi pesawat mereka akan take off,  aku harus cepat, pandanganku mengedar ke sekeliling basement ini nampak lengang, masuk ke dalam mobil, aku siap memacu Buggati Veyron-ku.

Namun tiba-tiba saja kurasakan hantaman keras benda tumpul pada tengkukku, aku membelalak kaget, retina mataku  menangkap bayangan dari kaca spion dalam mobil, seseorang  memakai masker hitam dan topi yang menutupi sebagian wajahnya, tampak mengacungkan benda tajam di tangannya. Keparat siapa dia??!! pandanganku mulai mengabur, kepalaku terasa pening, namun aku tidak tinggal diam, aku tidak akan mati konyol dengan cara memalukan seperti ini,   tanganku berusaha membuka pintu mobil, aku harus berhasil keluar lebih dulu sebelum balas menghajarnya, sedangkan orang itu merangsek maju, menarik kerah kemejaku, menahanku tetap di dalam.

“Keparat siapa kau?” aku mencoba bertahan.

“Tamatlah riwayatmu!” dua kata itulah yang kudengar sebelum hunusan benda tajam nan dingin tepat mengenai perutku. Mataku  membelalak kaget tatkala benda tajam itu semakin dalam mengoyak diriku.

Lalu dengan gerakan cepat keparat itu  keluar dari mobilku, meninggalkan seorang diri bersimbah darah dengan luka di perutku. Tidak! aku tidak boleh menyerah, hanya luka tusukan tidak akan membuatku mati, sebelah tanganku menahan luka di perutku sedangkan tanganku yang lain berusaha meraih ponsel di dashbor mobil, aku harus meminta pertolongan, siapapun harus menolongku.

Pandanganku mataku semakin menggelap, mataku seolah mengalami disfungsi,  aku mencoba bertahan, belum sempat berbicara apapun samar samar aku hanya mendengar teriakan Aiden di ujung sana,  seluruh bagian tubuhku terasa kebas, yang kurasakan hanyalah sengatan perih di perutku , detik selanjutnya hanya gelap yang menyelimuti pandanganku.

Chieva
03 Juli 2020

 

RIOTOUS - [ End ]Where stories live. Discover now