Part 15

16.6K 883 116
                                    

"Yakin nggak beli yang lain?" Fikri kembali memberikan penawaran. Kali ini jawaban Ella tidak sama, ia tidak mau membeli apapun lagi. Sudah cukup membeli 4 novel yang dia incar.

"Terus sekarang kita mau kemana?" tanya Fikri. Ia sempat melihat jam yang ada di pergelangan tangan, ternyata sudah pukul sepuluh malam. Waktu begitu cepat berlalu, padahal mereka seperti baru berjalan sebentar.

"Pulang aja, Mas," jawab Ella.

"Nggak mau ke tempat lain atau kemana gitu?"

Ella menggeleng. "Mas baru pulang, pasti capek.

Fikri tertawa kecil. "Tubuh Mas nggak selemah itu."

Sebelum benar-benar meninggalkan area mall. Fikri mampir ke toko mainan lebih dulu. Tentu saja ia akan membelikan mainan untuk keponakan yang sangat imut-imut tersebut.

Fikri dan Ella cukup royal jika menyangkut keponakan mereka. Pokoknya mereka akan heboh sendiri. Lihat sekarang, Fikri begitu sibuk mencari mainan yang tetap memberikan nilai pelajaran jika bermain.

"Lego aja, Mas," usul Ella.

"Mas tadi udah bawa Lego, Dek." Sebelum sampai di rumah, Fikri sudah membeli Lego untuk ketiga keponakannya itu. Padahal anak Baizhan masih sangat kecil.

"Oh...udah beli Lego ternyata, kalau gitu beli ini aja?" Ella menunjukkan satu set mainan tulis tulisan. Fikri berpikir sejenak, sepertinya mainan itu cocok dengan anak kedua dari Afzal. Fikri dan Ella sangat ingat bagaimana kondisi dinding rumah Afzal yang penuh dengan coretan pena, pensil dan lain sebagainya.

Ella dan Fikri kembali memilih, cukup ribet sebenarnya tapi mereka menyukai momen tersebut. Dua puluh menit di dalam toko mainan, Fikri membawa plastik besar yang sudah berisi 3 buah mainan. Mereka memutuskan untuk pulang ke rumah

Sejenak langkah Ella menjadi lebih lambat. Apa matanya bermasalah? Ella menggeleng pelan. Fikri tidak sadar jika sang adik melangkah lebih pelan sehingga tertinggal beberapa langkah. Tapi itu hanya bertahan beberapa detik saja, setelah sadar Fikri kembali mundur ke belakang.

"Kenapa?" tanya Fikri.

Ella menggeleng lemah. Dia tidak mungkin melihat sosok Hendra bukan? Apa karena rindu sehingga Ella menghalu seperti sekarang? Ini tidak lucu sekali, Ella sudah bertekad untuk move on.

"Ayo..." ujar Fikri sambil memegang tangan Ella. Ia tidak mau membuat sang adik tertinggal di belakang lagi. Bagaimana jika Fikri tidak sadar tadi? Mungkin ia akan pusing menjadi Ella.

Ella berjalan dengan santai, padahal hatinya sedang tidak baik-baik saja sekarang. Langkah demi langkah membuat Ella mendekat pada sosok yang mirip dengan Hendra. Dia bersama seorang perempuan. Namun Ella tidak melihat dengan jelas. Apa mungkin memang mata atau pikirannya saja yang bermasalah? Mungkin saja. Ella buru-buru membuat pikiran tersebut. Dia tidak mau sibuk memikirkan soal ini lagi.

"Lupakan Ella...lupakan pria itu," ujar hatinya.

Fikri melihat perubahan dalam diri Ella dan itu terjadi dengan cepat. Walaupun Fikri tidak pernah dekat dengan perempuan, tapi dia cukup peka jika menyangkut sang adik.

"Kenapa?" tanya Fikri lagi. Kali ini jawaban Ella tetap sama, ia menggeleng kecil sambil tersenyum. Senyum itu sangat asing, apa yang sebenarnya Ella sembunyikan? Fikri sangat penasaran soal itu.

Please, Look At Me! [END]Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz