What? Mom?

100 0 0
                                    

A year later.

Aku tiba di rumah dan baru pulang dari kampus. Aku merasa lelah. Aku mengambil jurusan kedokteran di Universitas Medan. Memang berat dan tidak mudah, tapi sampai saat ini aku masih bisa menghadapi dosen killer dan pelajaran yang hampir membuat otakku pecah.

Ibuku menghampiriku.
"Natalia...", panggilnya lembut.
"Ya ma?"
Ibuku meremas pinggiran bajunya. Aku tau ada sesuatu yang ingin di katakannya.
"Ada apa ma? Katakan saja."
Ibu berdeham.
"Mmm.. Apakah kamu keberatan apabila mama menikah lagi?".
Aku membelalak. What???
"Ma.... tentu saja aku keberatan".
Ibuku tidak kaget dengan jawaban ku. Ia mungkin sudah tau apa yang akan aku jawab.
"Sebenarnya mama sudah pertimbangkan masalah ini."
"Ma, apa mama tidak kangen papa?"
Ibuku shock.
"Bukan begitu, sayang. Mama tentunya kangen dengan papa. Kangen sekali. Tapi mama tidak mungkin selalu terpuruk begini bukan?"
Jantungku seperti di tusuk oleh belati. Aku bangkit dari tempat dudukku.
"I don't want to talk about this ma."
Lalu aku pergi dan masuk ke kamarku.
Aku terduduk dan menangis. Membayangkan apa yang akan ayahku rasakan apabila mendengar semua omong kosong dari ibuku barusan.

**************
Aku terbangun dan menyadari aku tertidur di lantai kamarku. Ternyata sudah malam. Aku menepuk jidatku. Aku baru ingat aku ada janji keluar dengan Vanessa dan Rani. Aku bangkit dan mandi lalu mengganti pakaian kampus ku dengan dress hitam berpotongan pendek tanpa lengan. Aku turun ke bawah dan mendapati ibuku sedang berbicara dengan Om Susanto. Mereka sedang menertawakan sesuatu, entah itu apa. Yang pasti mereka terlihat sangat menikmati percakapan mereka sampai mereka tidak sadar aku di sana.

Ibuku dan Om Susanto menoleh.
"Eh, ada Natalia", sapa Om Susanto.
Aku hanya tersenyum.
Ibuku menatapku.
"Kamu mau kemana malam-malam begini?"
"Biasa ma. Pergi keluar sama teman".
"Ya sudah, jangan kemalaman pulang nya".
Aku berpamitan dengan mereka dan masuk ke mobil Mercedes Benz ku, hadiah ayah untuk ku.
Aku menghela nafas dan men-starter mobilku.

************
Aku, Vanessa dan Rani berjumpa di satu club malam. Aku hanya ingin minum dan menikmati malam itu tanpa beban. Aku mulai mengenal alkohol semenjak kepergian ayahku.
"Nat, pelan-pelan aja", ucap Vanessa.
"Iya Nat. Nanti elo mabuk kan kita juga yang repot", tambah Rani.
Aku meneguk alkohol ku untuk kesekian kalinya.
"Gue baik-baik aja. Tenang guys".
Vanessa dan Rani menggeleng kepala.
"Loe kenapa lagi Nat?", tanya Rani.
Aku menceritakan semua nya kepada mereka. Tentang ibuku yang berencana ingin menikah. Ibuku belum mengatakan siapa pria tersebut. Tapi aku sudah bisa menebaknya.
"Serius loe? Nyokap loe mau nikah lagi?", Vanessa kaget.
Aku mengangguk.
"Sama siapa Nat? Loe ud tau?", tanya Rani.
"Om Susanto. Loe tau kan? Pengacara papa ku."
Mereka terlihat kaget. Sangat kaget.
"Udah, gue mau have fun dulu malam ini", ucapku lalu meluncur ke dance floor.
Aku menghentakkan kaki ku mengikuti musik di club malam itu. Musik yang keras. Aku menggoyangkan badanku. Tiba-tiba seseorang menggenggam tanganku dan menarik ku ke pelukannya. Aku kaget.
"Mike?"
Mike terlihat marah. Ia menarikku keluar dari club itu.
"Nat, kamu lupa ya aku udah larang kamu untuk ga minum dan ke sini lagi."
Aku bisa melihat wajah Mike merah akibat marah. Aku jadi merasa bersalah. Ia menatapku dari atas sampai bawah. Menyadari bawah pakaian ku juga sangat minim.
"Maafkan ak.....", tiba-tiba kepala ku pusing dan aku muntah.
Mike mengusap punggungku. Aku muntah lagi.
Tapi aku merasa enakan. Mike menyodorkan sapu tangan. Aku mengelap mulutku dengan sapu tangannya. Bahkan sapu tangannya saja berbau khas Mike.
Vanessa dan Rani keluar dan menghampiri kami.
"Loe baik-baik aja Nat?", tanya Rani.
"Yeah i am okay."
"Kalian pulang aja dulu, aku yang akan antar Natalia pulang", ucap Mike.
Vanessa dan Rani meninggalkan kami.
Mike menarik tanganku dan aku menghempaskan tangannya. Mike menatapku bertanya.
"I need this."
Mike mengerutkan dahi.
"You and me, party wildely."
"Oh c'mon Nat. Kamu uda mabuk begini. Ayo kita pulang." Mike menggenggam lenganku.
"No Mike. I want it and i need you. Please."
"Okay, but till you are drunk enough and we go home."
Aku memekik senang.

***************
Aku hanya ingin menikmati malam ini. Berpesta gila-gilaan dengan kekasihku. Kekasihku yang tampan, seksi dan menawan. Mike mengenakan kaos hitam dan celana panjang dengan bahan koyak yang menbuatnya sangat seksi.
Aku menari mengikuti irama musik. Mike juga menikmatinya. Kami berciuman dan berpelukan. Saling menyentuh dan membutuhkan. Ciuman kami semakin dalam dan panas. Sampai kami tidak menyadari kami sudah berada di satu ruangan di lorong club malam itu, ya club Metrogenesis memang menyediakan ruangan kamar tidur untuk tamu-tamunya. Dan di sinilah kami.
Berciuman dan rasa Mike di mulutku sangat memabukkan. Membuatku tergila-gila. Aku merangkulkan kedua kakiku di pinggul Mike dan menikmati ciuman tanpa henti itu. Mike menangkup bokong ku lalu menyudutkan ku di sudut ruangan. Aku merasakan dinginnya dinding di belakang ku tapi tak terkalahkan oleh panasnya ciuman kami.
Aku bisa merasakan tangan Mike menyentuh dada ku. Ia membuka risleting terusan ku dan menghentakkan nya agar jatuh ke lantai.
"Are you sure about this?", tanya Mike.
"Just fuck me already, Mike."
Mike meremas payudaraku dan ia menggeram. Kami berdua sama-sama di mabuk cinta dan gairah.
Tiba-tiba Mike melepaskanku. Aku terengah, bingung sambil menatap Mike.
"I can't, Nat. I can't take yours like this."
Aku sedang berusaha mengumpulkan nafasku dan menyadari apa yang terjadi.
Mike menarik kembali dress dari kaki ku lalu memakaikannya. Aku masih terdiam. Setelah selesai menutup resleting dress ku, Mike menarikku keluar. Dan mengantarku pulang. Kami pulang dalam diam.

************
Kepalaku sakit keesokan paginya. Mungkin karena terlalu banyak alkohol yang aku minum semalam. Aku merenung. Mengingat kembali kejadian semalam. Mike tidak berkata apa-apa, begitu juga aku. Aku mengecek hpku dan tidak ada tanda-tanda dari Mike. Lalu aku memutuskan untuk mengirim pesan.

To : Baby Mike
Are you okay?

Lalu aku menekan send. Pesan singkat dan jelas. Aku tidak suka berbasa-basi.
Aku lalu mandi dan bersiap-siap untuk sarapan. Karena ini hari minggu jadi aku tidak ada kelas di kampus. Dengan kagetnya, aku mendapati Om Susanto sedang menikmati sarapan di ruang makan. Dan ibuku sedang sibuk memasak omelette.
Om Susanto tersenyum padaku.
"Pagi Natalia."
"Pagi Om."
Ibuku menoleh dan tersenyum cerah. Lalu ia membawa omelette yang ia masak dan meletakkannya di atas meja makan. Kami sarapan bersama. Suasana nya awkward karena aku tidak terbiasa dengan kehadiran Om Susanto.
"Mama senang kita bisa sarapan bersama."
Mulutku terkatup rapat.
"Ma, mksd mama beberapa hari lalu ini ya?"
Ibuku mengerjap dan memberikan tatapan, 'haruskah kita bahas sekarang?'.
"Natalia tau kok semenjak Papa meninggal, Mama kesepian. Dan Om Susanto yang selalu menemani mama. Tapi ma.... i don't expect something like this."
"Natalia, mama pernah ajarin soal sopan santun kan? Masalah itu bisa kita bicarakan nanti. Sekarang kita lagi sarapan."
"My answer will always remain the same."
Aku berdiri dan pergi ke kamar.
Aku mendengar Om Susanto berkata, "Tenangkan dirimu, Rosha. Natalia masih butuh waktu."
Aku naik tangga dan masuk kamarku.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Oct 02, 2017 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Beautiful TraumaWhere stories live. Discover now