18

1.4K 108 3
                                    

Natalie's POV

Aku dan Harry langsung kembali ke rumah untuk melanjutkan kegiatan memasakku tadi. Begitu tiba aku menaruh kantung oleh-oleh dari Riley di meja makan, entah siapa yang akan menghabiskan ini semua karena banyak sekali yang ia berikan. Mengingat aku sudah bersama dengan Harry aku ingin sekali menanyakam beberapa hal mengenai keluarganya dan wanita yang waktu itu kami lihat di kedai kopi. Harry kini tengah membaca koran yang ada di meja makan dengan serius, sementara aku kembali memasak salmon dam kentang.

Aku tidak begitu konsentrasi ketika memasak karena aku masih terpikirkan oleh Anna. Kalau di bandingkan penampilannya memang beda jauh denganku, apa mungkin dia mantan pacar Harry? Atau sepupunya? Tetangganya? Akh! Aku memutuskan berhenti memikirkannya dan kembali fokus pada kompor yang ada di hadapanku.

Setelah masakan matang aku langsung mematikan kompor dan aku merasa kalau Harry beranjak dari duduknya lalu mengambil 2 buah piring juga pisau dan garpu. Dia terlihat cukup antusian melihat masakanku dan aku yakin ia sudah kelaparan saat ini.
"Harry kau mau minum apa?"

"Air putih saja Nat, atau mungkin itu saja." Ucapnya menunjuk kearahku dan aku hanya bingung melihatnya bertingkah aneh. Dia tetap mengarah kepadaku sampai akhirnya aku sadar dia menunjuk dadaku, dengan reflek aku melempar serbet ke wajahnya.
"Dasar! Ini yang akan kau dapatkan!" Ucapku sambil mengepalkan tangan di hadapan wajahnya yang tampan itu.
"Dasar galak, tapi aku mencintaimu." Jawabnya sambil mengedipkan sebelah matanya padaku. Untung saja aku sayang padanya, kalau tidak mungkin aku sudah menghilangkan wajah tampannya.

Kami pun mulai menyantap makanan di hadapan kami sambil berbincang-bincang.
"Harry aku ingin bertanya sesuatu, kau keberatan?"

"Tanyakan saja sayang."

"Apa hubunganmu dengan Anna?" Detik itu juga Harry tersedak oleh makanannya itu dan langsung kuberikan minum padanya sambil menepuk-nepuk pundaknya.
"Ah maaf maaf.. aku tidak bermaksud."

"Tidak apa-apa Nat, kau berhak tahu hal itu, duduklah lagi." Aku pun kembali duduk di hadapannya.

"Aku tidak pernah memiliki hubungan apa-apa dengannya, kami hanya dekat dan semacam itu. Tapi itu dulu."

"Semacam? Apa maksudmu? Friends with benefit?" Tanyaku penasaran dan Harry berdehem padaku.

"Aku sendiri tidak yakin, yah semacam itu tapi kami tidak berteman." Oh sekarang aku mengerti ada apa di antara mereka berdua. Rasanya hatiku sangat kesal mendengar hal ini, tapi seharusnya aku merasa yakin padanya karena dia baru saja menyatakan perasaannya.
Sekarang aku justru sibuk dengan pikiranku sendiri dan rasanya ingin menghujat wanita itu. Tiba-tiba kurasakan sebuah pelukan dari belakang tubuhku, sungguh menghangatkan.
"Dengarkan aku, hanya ada dirimu. Aku mencintaimu." Ucap Harry lalu mengecup pipiku dari samping. Dekapannya semakin terasa hangat hingga rasanya aku terharu mendengar kata-katanya barusan.

"Ayo cepat habiskan makananmu, kau harus ke kantor kan?" Ucapku mengalihkan pembicaraan.

"Kau memang tidak bisa romantis." Aku terkekeh mendengar jawabannya. Dia menurut untuk langsung menghabiskan makanannya dengan lahap. Rasanya melihat pemandangan seperti ini saja sudah membuatku tersenyum.
"Harry bukannya aku ingin ikut campur, tapi kapan terakhir kali kau bertemu atau mungkin telepon?"

"Sewaktu kita di kedai kau ingat? Lalu kemarin secara tiba-tiba ia menghubungiku dengan tidak jelas jadi aku mematikan sambungannya." Jelas Harry padaku, aku cukup bersyukur kalau Harry orang yang terbuka dan tidak keberatan menjawab pertanyaanku yang terkesan mengintrogasi.
"Jadi ka–"

My Dangerous CEO // H.SWhere stories live. Discover now