XI

2.4K 284 127
                                    

Ini sudah hari ketiga God hanya terdiam di kamar, tidak melakukan apapun. Hanya Copter dan Tee yang selama ini menemaninya, membawakan makan dan memeriksa kondisi sahabatnya itu. Keadaan God sungguh menyedihkan, matanya di hiasi lingkaran hitam tanda ia tidak tidur dengan baik, tubuhnya semakin kurus, rambutnya terlihat sangat acak-acakan. Sungguh jauh dari kata sempurna yang selama ini melekat pada dirnya.

God selalu memegang ponselnya, berharap Bass akan menghubunginya atau ia dapat menghubungi Bass. Tapi tidak ada yang terjadi. Bass selalu menolak panggilannya, dan ia tidak pernah menghubungi God. Pria tinggi itu juga selalu naik turun lantai 5 untuk memeriksa apakah Bass sudah pulang atau belum, tapi tidak ada. Bass tidak pulang selama 3 hari.

God merasa ini adalah masa paling berat dalam hidupnya, tidak dianggap oleh seseorang yang berharga bagimu tentu sangat menyakitkan. God menangis, menyesal, dan terkadang memukul dirinya sendiri. Ia tidak bisa terus begini, ia tidak mungkin bisa bertahan tanpa Bass. Mereka sudah bersama sedari kecil, God yang melihat proses pertumbuhan Bass dari sejak anak laki-laki manis itu lahir. Hampir sebagian hidup God dihabiskan dengan Bass, dan sekarang separuh dari hidupnya membenci dirinya. Tidak memperdulikannya, membuangnya begitu saja. God sakit, hatinya benar-benar hancur.

Ia tau dirinya sudah keterlaluan, ini adalah puncak kemarahan Bass. God ingin dirinya dimaafkan, ia akan melakukan apapun agar Bass memafkannya, bahkan jika Bass memintanya untuk berlutut, God akan melakukannya. Asal semuanya kembali seperti sedia kala. Bass yang menurutinya, Bass yang dekat dengannya, dan Bass yang manja padanya.

Demi apapun yang berharga dalam hidupnya, God benar-benar ingin Bass ada dihadapannya sekarang. Memikiran jika saat ini mungkin saja Bass bersama Tae membuatnya semakin terpuruk. Ia tidak rela. Sungguh tidak terima jika Bass menerima Tae menjadi orang terdekat dihidupnya. Ia tidak mau berbagi tempat lagi. Cukup hanya dengan Kim.

Tok

Tok

Tok

Suara ketukan pintu asramanya terdengar dari luar, itu pasti Copt dan Tee. Ini sudah siang, mungkin mereka membawakannya makanan. God melangkah dengan berat, tubuhnya benar-benar lemas.

Namun bukan kedua sahabatnya yang God dapati saat membuka pintu, melainkan seseorang yang ia lupakan selama tiga hari penuh ini.

"S-shrln?"

Wanita itu masuk tanpa berkata apapun, mendorong tubuh lemah God dan mengamati kamar asramanya. God mendesah lelah.

"Apa yang kau lakukan?!" tanya Shrln kasar "Ini sudah 3 hari kau menggabaikanku!"

"Maaf" lirih God

Shrln menyilangkan tangannya didepan dada, menggelengkan kepala. Tidak percaya yang dihadapannya saat ini adalah kekasih tampannya "Kau benar-benar seperti ini hanya karena Bass??"

Shrln mengetahui semuanya dari Tee dan Copter, sahabat kekasihnya itu menceritakan apa yang dialami oleh God. Bahkan tentang luka yang didapatinya karena pukulan Kim, sahabat Bass sekaligus teman masa kecil God.

"Kau tidak membalas semua pesanku, hanya karena bocah manja itu?!" teriak Sherln, ia benar-benar tidak mengerti jalan pikiran God.

God menatap wanita dihadapannya tajam "Jangan memanggilnya seperti itu!"

Wanita bertubuh kurus itu tertawa nyaring "Dan bahkan kau membentakku!"

God memejamkan matanya, kepalanya sungguh terasa sangat berat. Saat ini menghadapi Shrln bukan waktu yang tepat, ia tidak dalam kondisi baik. Emosinya sangat tidak stabil, God bisa meledak kapan saja.

A Blessing in DisguiseWhere stories live. Discover now