Chapter 9

6 5 1
                                    

Pagi ini dunia di sambut oleh bibir Diva yang maju entah berapa senti alias manyun. Diva juga lebih pendiam, bukan lagi Diva yang pecicilan.

"Kamu kenapa?" tanya Candra sambil sesekali melirik ke arah Diva.

"Ga papa," jawab Diva singkat. Ia selalu menatap ke samping kiri seolah ada sesuatu yang lebih menarik di sana.

Keheningan kembali menyelimuti seisi mobil. Ini yang tak pernah ia sukai.

Perjalanan selama 15 menit yang begitu membosankan. Tanpa obrolan. Hanya ada suara penyiar radio yang terus bicara dari dasboard mobil.

Mobil mulai memasuki area parkir kampus Ilmu Bahasa. "Thank's udah mau nganter," ujar Diva saat roda mobil berhenti bergerak.

Tanpa pikir panjang, Diva langsung membuka pintu mobil namun terhenti seketika saat bahunya terasa di pegang.

"Kalo mau pulang, kabarin aja. Biar aku jemput," ujar Candra sambil tersenyum ramah yang langsung di balas sebuah senyum yang di paksakan.

"Ga usah. Makasih. Aku sama temen aku aja. Sorry kalo ngerepotin," balas Diva sambil langsung melangkah keluar dari mobil. Diva bergegas melangkah menjauh dengan hati dongkol.

Dalam hati, Diva merapal berbagai doa agar urusan Evan di luar sana segera selesai agar ia tak harus terjebak dalam dituasi seperti ini terus.

"Woy!"

"Eh copot mati lo," latah Diva.

Matanya langsung menatap tajam pada sosok yang berhasil membuatnya latah di pagi hari.

"Kampret lo," umpat Diva saat mengetahui sang biang kerok.

"Haha, sorry lah. Lo telat kuliah emang?" tanya Nara sambil berjalan sejajar dengan Diva.

"Ha?" ucap Diva bingung. Kenapa tiba-tiba kuliah?

"Oh, kagak? Lah kirain telat kuliah. Lo jalan nya ngebut gitu," ujar Nara mengungkapkan kebingungannya.

Pletak!

"Bego, lo. Kalo gue telat kuliah, gue udah ngomelin lo dari tadi," ujar Diva kesal setelah tamgannya puas menjitak kening Nara.

"Sakit, bege. Ya mana gue tau ah," protes Nara sambil mengelus keningnya yang terasa cukup sakit.

"Terus kenapa lo jalan cepet-cepet dah? Kebelet boker?" tanya Nara penasaran.

"Udah ah ntar aja gue kasih tau. Yang lain di mana?" ujar Diva sambil terus melangkah. Dia hanya tak mau mengulang cerita hingga mulutnya berbusa. Jadi cukup sekali ia bercerita.

"Tempat biasa," jawab Nara singkat.

Diva tak menanggapi sama sekali. Ia memilih untuk berjalan lebih cepat untuk bertemu sahabat-sahabatnya dan menceritakan semuanya.

*********

Flashback on

Tiiin tiiin

Suara klaskson mobil terdengar nyaring dan lumayan memekakan telinga.

"Bunda, itu yang di depan siapa?" tanya Diva sambil berlari menuruni tangga.

Hari ini Evan ke luar kota. Jadi dia harus berusaha sendiri untuk ke kampus. Karena tak mungkin dia memanggil sahabat-sahabatnya hanya untuk menjemputnya yang berarti mereka berjalan memutar dari rute yang seharusnya. Setidaknya Diva masih mencoba pengertian.

"Yang di depan? Candra," jawab Bunda ringan sambil tangannya terus bergerak mengaduk adonan kue.

"WHAT?! Dia ngapain ke sini?" tanya Diva spontan. Ia sama sekali tak merasa mmbuat janji dengan seorang Candra hari ini.

The Way I Found YouWhere stories live. Discover now