24 - Boneka

475 84 29
                                    

Rumah sakit harusnya menjadi tempat yang paling penuh dengan kesedihan dan kemuraman, tapi sepertinya itu tidak berlaku di sebuah rumah sakit yang terletak di pinggir kota Jakarta atau lebih tepatnya Jakarta Selatan. Rumah sakit swasta dengan fasilitas cukup memadai.

Suasana di Rumah Sakit Laurensia jelas-jelas terlihat lebih baik setelah mendapat  tiga orang mahasiswa magang yang membantu tugas-tugas dokter serta perawat di sana. Mahasiswa magang yang jelas saja masih muda dan menjadi pencerahan tersendiri untuk para dokter atau perawat senior, termasuk pasien-pasien yang ada juga.

Salah satu mahasiswa itu adalah kesukaan para pasien. Lebih tepatnya mahasiswi. Jurusan kedokteran dan akan segera lulus mendapat gelar sarjana kedokterannya. Seorang cewek yang memiliki darah Chinese dan senyuman sehangat mentari.

"Nara!"

Narayana Aneska Yuan menoleh ketika mendengar namanya dipanggil oleh suara yang tak asing baginya. Nara baru saja ke luar dari ruangan VIP yang pada pintunya bertuliskan nama bunga mawar, salah satu rekan sekelompok magangnya sudah menghampiri sambil memasang wajah kesal.

"Lo ke ruangan anggrek sana! Pasiennya kakek-kakek, tapi tahu aja mana yang bening! Dia gak mau digantiin cairannya sama gue!"

Cewek berkacamata tebak yang merupakan sahabat Nara bernama Aulia Larasati itu mengomel kesal, sambil berkacak pinggang. Bagaimana tidak? Dia berusaha menjadi pelayan masyarakat yang baik, tapi kakek-kakek sialan itu jelas-jelas menolak kehadiran Aulia di ruangannya dan malah menanyakan tentang Nara.

"Lo makanya jangan jutek-jutek sama orangtua. Gini, nih, akibatnya. Duh, lo nambahin kerjaan gue aja." Nara mengomel seraya melangkah berdampingan dengan Aulia yang cengengesan.

Aulia menghela napas dan mengiringi langkah Nara sambil sesekali melirik tiap pintu ruangan VIP yang mereka lewati. "Deketin salah satu pasien VIP, sih, Nar. Gak bosen apa lo jomblo mulu? Cakep-cakep jomblo."

Nara memutar bola matanya. "Gak apa-apa jomblo asal sombong."

Langkah Nara berhenti tepat di ruang tunggu tatkala televisi yang ada di sana tengah menampilkan sebuah acara yang Nara tak peduli apa. Tapi salah satu sosok yang ada di televisi itu sedang berkata sesuatu sebelum akhirnya, memberikan senyuman tipis yang berhasil membuat siapapun yang melihatnya kejang-kejang.

Aulia menepuk bahu Nara. "Itu cowok emang ganteng banget, ya. Idaman banget. Senyum tipis aja berasa di surga gue." Aulia berkomentar dengan mata menatap fokus ke televisi.

Nara terkekeh geli atas komentar temannya itu. "Idaman belum tentu yang terbaik, Aul."

"Tapi kalo Davino, mah, udah pasti yang terbaik." Aulia lanjut berkata penuh keyakinan.

Nara menggeleng-gelengkan kepala. "Terserah lo, deh. Yuk, lanjut tugas. Gue mau nyelesaiin narasi penutup buat laporan skripsi gue. Jadi, jangan lembur lagi, lah, hari ini."

Pandangan Aulia beralih dari televisi ke Nara. Cewek itu mengangguk setuju. "Iyalah! Kita cuma magang di sini. Gak usah ikut-ikutan lembur!"

"Setuju!"

Keduanya melanjutkan langkah lagi bersama. Aulia berbicara panjang lebar mengenai tugas-tugas yang tak bisa dilaluinya sementara, Nara berusaha sebisa mungkin untuk mendengarkan. Meskipun, fokus pikirannya tak bisa tertuju pada Aulia atau apapun, selain cowok dengan senyuman tipis yang tadi tampil di televisi.

Kangen, Dav.

☢☢☢

Luna sudah menceritakan semua yang terjadi pada Wisnu kepada tiga temannya dan mereka tak berkomentar banyak. Bahkan curhatan panjang lebar Luna tentang Wisnu teralihkan begitu saja ketika topik tentang Davino kembali diangkat oleh Siska yang baru membuka ponsel dan melihat berita terpanas di sebuah situs gosip terkenal.

BumerangDonde viven las historias. Descúbrelo ahora