34 - Kakek

424 74 21
                                    

Bersyukur, setidaknya hanya kata itu yang terngiang dalam pikiran Luna setelah dia mendapat panggilan kerja sebagai guru di sebuah sekolah dasar. Luna sangat bersemangat memulai karir impiannya menjadi guru, satu minggu dari hari ini.

Hari ini, Kakek Luna sudah diperbolehkan pulang karena kondisinya yang sangat baik. Bukan hanya itu, Davi juga sudah ke luar dari rumah sakit setelah dirawat selama seminggu. Sebenarnya, cowok itu masih harus mendekam lebih lama di rumah sakit, tapi dia menolak dengan alasan banyak kontrak yang harus dia laksanakan jadi, memang sangat sulit menasehati seorang Davino Alaric Syahm.

Hubungan Luna dan Wisnu berjalan datar. Wisnu sudah bekerja dan tak selenggang dulu, masalah waktu. Tapi anehnya, dia jauh lebih sering menghubungi Luna, sekedar menanyakan apakah Luna sudah makan atau hal-hal sederhana lain yang menunjukkan perhatiannya kepada Luna. Sangat berbeda saat mereka masih berpacaran. Jangankan mengirimkan pesan kepada Luna, membaca pesan dari Luna saja membutuhkan waktu yang sangat lama. Tapi perubahan sikap Wisnu belum membawa angin segar untuk hubungan mereka.

Salahkah jika Luna sangat membutuhkan waktu untuk mempertimbangkan hubungannya dengan Wisnu kembali di saat ada orang lain yang jauh lebih dia harapkan saat ini?

Hubungan Davi dan Nara jelas masih sebuah rahasia bagi Luna. Selama berada di rumah sakit untuk menjenguk Davi, tak pernah sekalipun Luna melihat Nara datang dan sekedar menemani Davi. Jangankan menjenguk Davi, Luna benar-benar tak pernah melihat Nara selama Davi dirawat dan setelah Davi meminta Luna menjaga rahasia tentang hubungannya dengan Nara, Davi tak pernah berbicara sedikitpun tentang Nara.

Mereka menjaga hubungan mereka dengan sangat baik.

"Kamu jangan bengong aja. Kapan kita balik?"

Lamunan Luna buyar ketika mendengar suara sang Kakek. Luna menoleh dan sudah mendapati Kakeknya yang duduk di kursi roda, terlihat sudah tak mengenakan pakaian pasien lagi dengan seorang suster yang mendorong kursi rodanya. Luna nyengir lalu, lanjut memasukkan perlengkapan Kakeknya ke dalam tas.

"Untuk sementara, Kakek tinggal di rumah dan aku bakal rawat Kakek selama seminggu sebelum Kakek balik lagi ke rumah Om Bayu dan Tante Maura."

Kakek Tono menghela napas. "Yakin kamu sanggup ngerawat Kakek? Orang kamu disuruh nungguin Kakek di sini aja sering kabur-kaburan."

Luna mengerucutkan bibir. "Apa, sih, Kek?" Luna berjalan mendekati kursi roda sang Kakek dan mengisyaratkan kepada suster untuk meninggalkan mereka berdua. Suster itu menurut dan melangkah meninggalkan ruangan. Luna mengambil alih kursi roda dan mendorongnya ke luar ruangan, dengan tas yang melekat di punggungnya.

Luna dan Kakek Tono terus berbincang melempar canda tawa selama perjalanan menuju ke supir yang sudah disiapkan untuk menjemput mereka. Luna menghentikan langkahnya saat melihat Nara yang berjalan berlawanan dengannya dan Nara ikut menghentikan langkahnya sejenak sebelum melanjutkannya.

"Boleh ngomong sebentar?" Luna bertanya kepada Nara sesaat sebelum Nara melangkah melewatinya.

Nara menghentikan langkah dan mengangguk kecil. Luna tersenyum kemudian, berbisik kepada sang Kakek, "Kek, aku ngobrol dulu, ya. Sebentar, kok. Gak sampai lima menit. Gak apa-apa, kan?"

Walaupun wajah Kakek Tono menunjukkan protes, tapi dia mengangguk memberikan izin kepada Luna untuk berbicara dengan Nara.

Kedua cewek itu menjauh beberapa langkah dari Kakek Tono, berbicara dengan saling berhadapan. Nara memasukkan tangannya ke dalam saku sneli ketika Luna mulai angkat suara.

"Aku gak tahu harus mulai dari mana, tapi kalo kamu ngira aku bakal ngelaporin semua gerak-gerik kamu ke Wisnu atau keluarga Davi yang lain, kamu salah. Aku udah janji sama Davi untuk jaga rahasia tentang hubungan kalian, termasuk tentang kamu."

BumerangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang