Resah ,
Dari mana aku mahu mulakan,
Sudahkah jiwa ini bersedia untuk merelakan yang tiada dan nyata,
Adakah aku sendiri rela dibiarkan begitu sahaja,
Mungkin jiwa kita tidak serasi,
Jauh lagi aku menanti pada tiap malam hari,
Dibawah cahaya bulan dan jejari bintang di kaki langit,
Ini kah cerita di mana aku sangsi akan manuskrip diri aku sendiri.
Rebah,
Aku kian menjauh bila hadir teman dipentas sama tinggi,
Mengalah bukan aku mahu kalah,
Tapi tiba lawan yang seindah merpati putih terbang dilangit biru,
Nampaknya tenang , dengan jiwa yang bersih bernyawakan syahdu,
Usah di bezakan dengan diri dimana tiada lagi warna warni menghias hari ini,
Bicaranya indah hanyut aku jauh seorang ke lembah mata hati.
Rindu,
Tidak di buang hasrat ini untuk aku konsitensikan jiwa kita bersama,
Tapi repitasi mengungkap luka lama yang mana mula pulih di awal September,
Kau hadir menamatkan riwayat cerita lama,
Sering aku harap angakasa itu kita yang punya,
Agar dapat kita terokainya bersama melatarkan jejari bintang hati kita,
Malangnya , ianya indah pada bicara,
Jauh aku banyangkan dimana sinopsis masih lagi serupa,
Repitasi terus konsitensi membawa rindu yang sama,
Coretan yang hadir buatkan rindu berubah wajah menjadi luka.
"Haruskah aku kecewa "
YOU ARE READING
Puisi Tanpa Noktah
PoetryBila di fikir panjang, bila ingat waktu itu, Semuanya indah , Senyuman mu, Ketawa mu, Tapi , Kita sering leka, Ambil waktu, Lalu semuanya tiba, Kita lupa, Di mana ia berada, Di mana semuanya bermula ?
