Do I Have a Chance?

71.3K 939 7
                                    

3 Tahun Kemudian

Pagi ini, ada semangat berbeda menyusup di dalam hatiku. Di depan kaca cermin berukir fleur de lis yang ada di kamar, aku mematut diriku yang terbalut busana formal.

Baju kerja rok dan blazer ini aku beli seminggu lalu, ditemani Ka Rena. Dia juga yang memilihkannya untukku.

Hari ini, rencananya, aku akan menjalani interview pekerjaanku. Ka Rena sudah mengatur agar aku mendapat kesempatan interview di sebuah Perusahaan Multinasional, seperti perusahaan tempat Ka Rena bekerja. Ka Rena bilang, dia kenal baik dengan HRD-nya. Ka Rena memutuskan tidak memasukkanku ke Perusahaannya tempat dia bekerja. Ka Rena ingin melihatku mandiri dan bekerja dalam tempat yang berbeda dengannya.

Ya, baiklah. Daripada menganggur, aku pikir kenapa nggak, kan?

Seminggu lalu aku lalui dengan beberapa one night stand yang kebanyakan berakhir tanpa ada kesan apapun. Seperti biasanya.

Kecuali.... lelaki itu.

Aku mendesah. Kembali mengingat kejadian 3 hari lalu itu.

Kami bertemu di sebuah cafe club. Aku tidak sendiri, pergi bersama beberapa teman-teman kuliahku. Teman-temanku itu, mereka couple, jadi ketika kami akan pulang, kami berpisah di lift. Saat aku melangkah sendiri ke parking lot, entah kenapa aku merasa ada yang mengikutiku.

Aku jadi menyesali, kenapa tadi tidak pergi bersama dengan teman-temannku. Hanya janjian di dalam cafe saja. Kalau pergi bareng, mungkin kami bisa memarkirkan mobil kami di area parkir yang sama atau setidaknya tidak terlalu jauh. Tidak seperti malam menjelang pagi ini.

Suasana jam 1 pagi itu memang sepi. Bahkan, aku tidak melihat security di pelataran parkir gedung perkantoran tempat cafe club itu berada.

Berjalan dengan sedikit tergesa, perasaan 'diikuti' semakin membuatku merasa tidak nyaman... juga takut.

Dan, ketakutanku itu menjadi nyata.

Berselang 3 mobil dari mobilku, seseorang -lelaki tambun berambut setengah botak- mendorongku masuk ke sela antara 2 mobil yang terparkir. Aku sempat terpekik, tetapi tangan kokohnya bergerak cepat menutup mulutku. 

Lelaki itu berusaha menciumi leherku sambil menggesek-gesekkan kemaluannya di pantatku, napasnya menguar jelas dengan aroma alkohol yang sangat kuat.

Dia tidak bersuara, hanya mendesah.

Aku berusaha melepaskan diri. Aku memilih pasangan one night standku dengan standar yang aku punya. Dan, jelas lelaki tambun itu tidak masuk dalam kriteriaku. 

Aku sempat berpikir, apa aku akan menjadi korbannya?

Masih berusaha sekuat tenaga untuk melepaskan tubuhku darinya, tiba-tiba, tubuh lelaki itu, seperti tertarik kuat dari tubuhku, melepaskan bebas tubuhku darinya.

Aku berbalik dan terkejut ketika melihat seorang lelaki -yang menarik kuat tubuh si pria bertumbuh tambun- mulai memukul lelaki tambun itu.

Tubuh lelaki tambun itu tersungkur jatuh. 

Aku masih shock dengan situasi yang ada.

Lelaki itu berbalik melihatku lalu berjalan mendekatiku.

"Kamu tidak apa-apa?" tanyanya, dengan napas sedikit tersengal.

Aku melihatnya dan mengangguk. "Ya. Terima kasih," ujarku dengan napas yang tertahan sesaat. Lelaki tambun yang kini pingsan itu memang memelukku dengan kuatnya sehingga ketika tubuhku ini terlepas seakan udara tidak cukup untuk aku hirup. Rasanya sedikit sesak.

Romantic Bittersweet Love Story - For 21yo Up Readers Only *** BITTERSWEET LOVENơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ