Bagian 4

690 13 0
                                    


Di tempat lain, di seberang pulau yang ditempati Ratna Manggali tepatnya di Pulau Bali. Bahula bersama pasukannya berhasil menumpas pemberontak yang hendak melepaskan wilayah tersebut dari kekuasaan Raja Airlangga.
Bahula berharap, setelah tugasnya selesai dia bisa segera kembali ke Daha. Sayangnya waktu yang harus ia tempuh dalam perjalanan tidaklah sebentar. Setidaknya lima hingga enam hari dia berada di atas lautan untuk menyebrang.
Baru enam hari berikutnya dia sampai di Daha.
Setelah proses mengadili pelaku pemberontakan di Pulau Bali yang berakhir dengan dijatuhinya hukuman gantung, Bahula dan pasukannya pun bergegas kembali ke Daha.
***
Sementara itu, diam-diam karena dipaksa perasaan penasarannya pada salinan kitab ilmu sihir milik ibunya, Ratna Manggali pun mengambil kitab tersebut dan membacanya siang dan malam. Tapi anehnya, mantra-mantra di dalam kitab tersebut tidak bereaksi sama sekali pada Ratna Manggali sendiri atau pada apapun yang ada di sekitarnya. Itulah yang membuat Ratna Manggali semakin penasaran.
Ratna Manggalih pun dengan perasaan bimbang mencari Dewi Durga untuk menjawab rasa penasarannya itu.
Ratna Manggali kembali ke tepi sungai dimana dia bertemu Dewi Durga pertama kali dulu.
Pagi itu, ketika matahari telah bergerak seperampat hari, Ratna Manggali berdiri di tepi sungai. Sambil mengatubkan kedua tangannya di dada dengan mata terpejam dia memanggil Dewi Durga
"Dewi Durga aku membutuhkan bantuanmu, datanglah . . ." Gumam Ratna Manggali dalam hati
"Ada apa kau memanggilku Ratna Manggalih ?" Teriak seseorang dari belakang Ratna Manggali yang tidak lain dan tidak bukan orang itu adalah Dewi Durga.
Ratna Manggali kemudian membalikkan badan.
"Kau menginginkan bantuan apa dariku ? Bukankah kau takut padaku ?" Tanya Dewi Durga
"Saya ingin menanyakan sesuatu Dewi, ini tentang mantra sihir di dalam kitab milik mendiang ibu, " Jawab Ratna Manggali
"Kitab mantra sihir ? Darimana kau mendapatkannya ? Bukankah kitab itu sekarang berada di tangan Mpu Barada ?"
"Iya Dewi, saya menemukan salinannya di rumah !"
"Lalu ?"
"Kenapa mantra-mantra di dalam kitab tersebut tidak bereaksi ketika saya baca ?"
"Untuk apa kau menginginkan mantra-mantra itu bereaksi ?"
Pertanyaan Dewi Durga itu begitu menohok. Ratna Manggali jadi ragu untuk menjawabnya.
"Apa kau hendak menenung suamimu sendiri ?" Sambung Dewi Durga seolah bisa membaca isi hati kecil Ratna Manggali yang berusaha ia ingkari selama ini.
Dewi Durga berjalan mendekati Ratna Manggali yang berdiri tepat di tepi sungai itu.
"Aku tahu apa yang kau pikirkan selama ini Ratna Manggali. Kau merasa suamimu telah mengkhianati cintamu demi dapat mengalahkan ibumu kan ? Tapi kau berusaha mengingkari kenyataan itu kan ?" Ujar Dewi Durga sembari berjalan mengelilingi Ratna Manggali yang berdiri terpaku dengan roman muka yang tak karuan
"Aku bisa merasakan sakit di hatimu yang terluka itu Ratna Manggali. Kau tak usah memungkirinya karena kau mencintai Bahula. Cinta memang tak jarang menyakiti, tapi tak sepatutnya kau diam saat cinta menyakitimu. Lampiaskan amarahmu sebelum kau dibinasakan oleh cinta !" Kata Dewi Durga lagi
Ratna Manggali menangis penuh emosional dihadapan Dewi Durga. Tangisan kesedihan bercampur emosi itu seolah membenarkan semua pernyataan Dewi Durga atas beban perasaan yang Ratna Manggali rasakan selama ini.
"Bangunlah anakku, bangunlah !" Pintah Dewi Durga sambil mengangkat bahu Ratna Manggali
"Hatimu yang putih inilah, yang membuat mantra-mantra di dalam kitab itu tidak bereaksi !" Ujar Dewi Durga kemudian
"Kau terlalu baik untuk hal sehina mantra sihir itu, jadi tak sepatutnya kau memanfaatkannya. Apalagi untuk membalas dendam pada suamimu " Lanjut Dewi Durga
"Lalu aku harus bagaimana ? Aku bimbang. Aku membenci bahula karena dia memperalat ketulusan cintaku, dia telah mengkhianatiku !" Balas Ratna Manggali
Dewi Durga diam. Dia menimbang-nimbang ungkapan Ratna Manggalih yang sarat akan dendam membara itu.
"Aku mohon Dewi, bantulah aku ! Apa kau tidak kasihan melihat keadaanku yang bimbang selama ini !" Ujar Ratna Manggali sambil duduk bersimpuh memohon pada Dewi Durga
Dewi Durga memalingkan wajahnya yang ayu itu, mengisyaratkan seolah dia tak sudi membantu keinginan Ratna Manggali itu.
"Aku mohon Dewi, " rengek Ratna Manggali lagi
Dewi Durga tampak memikirkan permohonan Ratna Manggali itu.
Selama beberapa saat suasana hening di tepi sungai itu. Yang terdengar hanya tangisan sendu Ratna Manggali yang beradu dengan lirihnya suara air yang mengalir.
"Baiklah, aku akan membantumu !" Kata Dewi Durga
Ratna Manggali kemudian menghentikan tangisannya
"Sungguh Dewi ?" Balas Ratna Manggali
"Iya, aku akan membantumu !" Kata Dewi Durga meyakinkan Ratna Manggali
"Terimakasih Dewi, sungguh aku berterimakasih !" Kata Ratna Manggali seraya memeluk perempuan dari dunia ghaib itu.
***
"Kau hanya perlu meletakkan dan menyembunyikan hatimu dengan memberikannya padaku. Karena hatimu yang putih dan baik itulah yang menjadi kekuatanmu sekarang sehingga mantra-mantra itu tidak bereaksi.  Aku hanya akan membantumu melepaskan hatimu itu. Setelah itu mantra-mantra itu akan bereaksi dan menjadi kekuatanmu yang baru !"  Demikian penjelasan Dewi Durga pada Ratna Manggali sebelum ritual melepas hati putih nan baik milik Ratna Manggali.
Tepat saat matahari bersinar di atas ubun-ubun ritual itu dimulai. Ratna Manggali bersila membelakangi Dewi Durga yang bersila menghadap punggungnya. Kemudian Dewi Durga membaca mantra yang ia lafalkan tanpa bersuara. Lalu dia menotok punggung Ratna manggali pada tiga titik yang membentuk segitiga.
"Uhhuk!" Ratna Manggali memuntahkan darah yang kemudian diikuti keluarnya cahaya dari dalam mulutnya. Ketika matahari bergerak tenggelam menuju ufuk barat, ritual itu selesai. Setelah itu Ratna Manggali pulang. Begitupun Dewi Durga kembali ke tempat asalnya dengan membawa hati putih nan baik milik Ratna Manggali yang berselimut cahaya itu.
***
Bersambung

Ratna ManggaliWhere stories live. Discover now