4. Memperkira kan

46 7 5
                                    

Kenapa dia punya mata setajam itu?
"Huh.. Kenapa aku malah mikirin dia? Eh dimana ya Karin, Fika sama Nanda? Kok mereka belom kesini-sini? Udah mana aku sendirian lagi" Kata Alsya.

"Oh apa aku panggil si Laura, Stefan sama Zidan aja kali ya?" Pikir Alsya. "Laura... Stefan... Zidan" Panggil Alsya dalam hati.

"Ada apa?" Kata Laura yang sudah berada di bangku samping matras UKS. Yang membuat Alsya kaget. "Yaampun ngagetin aja sih!" Kata Alsya kesal. Laura, Stefan dan Zidan hanya diam saja dengan wajah datarnya, tidak menjawab perkataan Alsya.

"Aku bingung deh? Kenapa tadi ada kakak kelas disekolah ini yang mata nya itu mirip banget sama seseorang yang pernah aku kenal, kalian tau kan siapa yang aku maksud?" Kata Alsya menceritakan tentang seorang bermata tajam itu kepada Laura, Stefan dan Zidan.

"Oh kakak kelas itu, bukannya dia itu--" Tutur Stefan dengan jari telunjuknya dibawah dagu seperti sedang mengingat seseorang.

"Siapa? Kalian kenal?" Tanya Alsya kepada mereka. "Loh emangnya kamu gak kenal? Bukannya dia itu---" Omongan Zidan terpotong karna ada seseorang yang memasuki ruang UKS tersebut.

"Alsya? Lo ngapain? Lagi ngomong sama siapa?" Tanya Karin saat memasuki UKS dan melihat Alsya sedang berbicara sendiri.

"Hah? Ehm... itu... anu... aduh apa ya? Ohiya aku lagi nya... nya... nyanyi ya nyanyi, abis nya aku bosen disini sendirian, hehehe" Kata Alsya. "Aduh gimana nih kalau mereka curiga?" Pikir Alsya sambil melirik 3 teman nya yang berbeda dunia darinya itu dibalik gorden ruang UKS.

Karin, Nanda dan Fika yang melihat gelagat kelakuan Alsya seperti itupun menatap Alsya dengan tatapan curiga. Namun tidak bertahan lama sebab mereka mengerti apa yang dirasakan Alsya saat sendirian diruang UKS ini, apalagi dia baru masuk SMAN 95 jadi belum tau asal-usul cerita SMAN 95 ini, lagipula juga hawanya agak dingin sih. Jadi merinding.

"Ohh gitu, yaudah deh sekarang kan lo udah gak kesepian lagi" Kata Karin menenangkan Alsya. Alsya hanya menjawab dengan senyuman.

"Ohiya tadi dikasih tugas sama anggota OSIS buat nyari tanggal birthday anak OSIS dan Panitia yang sama kaya tanggal birthday kita, terus suruh tulis siapa aja namanya dan tanda tangan nya deh" Kata Fika memberi tahu tugas yang di berikan anggota OSIS kepada Alsya.

"Yah terus aku gimana dong? Mending tadi aku ikut aja kelapangan kalau kaya gini aku bisa dihukum sama kakak OSIS nya" Tutur Alsya dengan ekspresi khawatir takut dihukum.

"Hayoloh nanti lo bakal dihukum deh sama anak OSIS, gimana tuh? Hukumannya apa ya?" Kata Nanda menakuti Alsya dengan melipat tangannya.

"Yah jangan kaya gitu dong Nanda, bantuin aku dong yah... yah, aku gak mau kena hukuman, masa baru hari MOS ke-dua udah kena hukuman aja" Pinta Alsya dengan wajah melas meminta tolong.

"Ish si Nanda, parah lo njir! Enggak kok Sya si Nanda boongan, kita udah cariin tugas buat lo, jadi lo tenang aja, nih buku nya" Kata Karin seraya memberi buku kepada Alsya.

"Ohya? Yaampun makasih banget ya kalian, huh si Nanda ngagetin aja sih, aku udah takut tau" Kata Alsya dengan wajah cemberut.

"Yaelah gue bercanda kali Sya, lagian mana mungkin kita ngebiarin lo dihukum sama anggota OSIS, sedangkan kita yang temen lo malah enggak kena hukuman, gak adil banget kan kalau begitu" Jawab Nanda.

"Nah bener tuh kata Nanda, walaupun baru kenal, gue udah nganggep lo sebagai sahabat terbaik gue Sya" Kata Fika.

"Lagian yang nama nya teman itu harus saling membantu bukan menyusahkan" Saut Nanda yang dihadiahi tatapan bingung dari Fika.

Different TalentsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang