"Eoh hyung, sudah pulang?"
Yoongi menatap adiknya yang tengah bergulat dengan berbagai macam buku pelajaran diatas mejanya ketika Yoongi masuk ke dalam rumah, melepas mantel hangat yang melindungi dirinya dari udara musim dingin yang berhembus bersama angin malam yang cukup membuat ia bergidik."Ah, ya aku tidak mengambil lembur malam ini. Apa Kau sudah makan Kookie?"
Tanya Yoongi sembari berjalan masuk dan meletakkan mantelnya diatas gantungan yang tak jauh dari pintu masuk.
Langsung menuju dapur dan mengambil air mineral dan langsung menenggaknya seketika."Sudah hyung. Apa hyung juga sudah makan?"
Yoongi hanya berdengung sambil bergeleng.
Bagaimana ia bisa makan, harusnya ia makan sebelum pulang tadi.
Tetapi gara-gara pria aneh itu Yoongi tidak terpikir sedikitpun untuk mengisi perutnya. Ia tidak selera, tapi sekarang ia baru merasakan cacing di perutnya saling bersahutan di dalam perut."Akan kubuatkan coklat panas. Kau mandilah dulu. Okee hyung"
Jungkook berdiri dan menghampiri Yoongi, mendorong sang kakak agar melakukan apa yang ia sarankan.
Yoongi mengangguk pasrah dan berjalan menuju kamarnya untuk membersihkan diri.
Karena memang keadaan yang tidak mendukung, Yoongi tidak ingin bersentuhan dengan air terlalu lama sehingga ia hanya mandi 5 menit dan bergegas menggunakan pakaian hangat untuk menyelimuti tubuhnya yang sedikit menggigil."Hyung makanlah. Kau pasti belum makan juga kan?"
Jungkook berucap sembari menyiapkan makan malam yang teramat malam untuk Yoongi karena waktu sudah menunjukkan pukul 10 malam.
Ia tidak tega melihat kondisi kakaknya, bahkan tubuh Jungkook lebih berisi dan lebih tinggi dari pada Yoongi.
Jika dilihat seperti ini tubuh Yoongi begitu kurus dan langsing seperti tubuh perempuan.
Atau jangan-jangan kakaknya ini memang perempuan?
Melihat ekspresi Jungkook yang begitu menggelikan membuat Yoongi mengernyit."Apa kau sedang tidak sehat Kookie?"
Jungkook terlonjak kaget disaat tertangkap tengah membayangkan sang kaka yang berubah menjadi perempuan, membuat Jungkook tersenyum kikuk menampakkan dua gigi kelincinya yang begitu identik dengan Jungkook."Ah hehe tidak hyung. Aku baik-baik saja."
Jungkook menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, berjalan kearah meja dimana ia meletakkan buku belajarnya."Hm. Lanjutkan belajarmu. Biar aku yang membereskan sisanya."
Jungkook hanya bisa mengangguk, melanjutkan belajarnya agar ia tetap bisa mempertahankan juara kelas dan beasiswa miliknya.
Paling tidak hal tersebut yang bisa ia lakukan untuk membantu Yoongi meringkankan beban Yoongi saat ini.
Dan Jungkook berjanji, suatu hari nanti ia yang akan merawat dan menjaga Yoongi bahkan setelah ia menikah sekalipun.
Yoongi adalah hal paling berharga dalam hidupnya.Yoongi merasa begitu beruntung melihat perkembangan Jungkook saat ini, pasalnya Jungkook begitu mengerti keadaan mereka dari kecil, tidak pernah mengeluhkan apapun yang terjadi.
Hanya menampakkan senyum manisnya dengan dua buah gigi kelinci yang semakin membuat Jungkook begitu menggemaskan.Hingga ia tumbuh menjadi remaja yang lebih dewasa dari pada umurnya.
Membuat Yoongi bangga namun juga sedikit menyesal karenanya.
Harusnya Jungkook dapat menikmati masa kecil dan masa remajanya dengan bahagia.
Tapi Yoongi yakin rencana Tuhan pasti lebih dari sekedar baik."Apa ada kau pikirkan hyung?"
Tepukan pada pundaknya membuyarkan pikiran Yoongi, meletakkan coklat panasnyA dan menatap Jungkook yang memandangnya dengan tatapan kekhawatiran."Tidak terjadi apapun, istirahatlah jika sudah selesai. Aku akan membereskannya."
Jungkook mengangguk dan membiarkan kakak kesayangannya menikmati makanan yang ia sediakan, semoga kebahagiaan selalu menyertainya.
Doa Jungkoon dalam hati sembari membereskan semua buku miliknya."Jangan terlalu malam hyung tidurnya, aku ke kamar dulu."
Jungkook bergegas menuju kamarnya meninggalkan Yoongi yang memikirkan penawaran pria asing yang tiba-tiba mengulurkan tangannya berniat menarik Yoongi dari jurang keterpurukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Serendipity
Fanfiction"When the universe was first made Everything has been decided Just let me love you."- Jimin