Yoongi mengacak rambutnya karena frustasi.
Bagaimana bisa dengan mudahnya ia mengatakan 'iya' pada pria asing yang mengajaknya menikah?
Hanya karena ancaman bahwa pria tersebut akan menghancurkan seisi bar tempat dimana ia mengais penghasilan."Kau bodoh Min Yoongi!"
Yoongi memukul kepalanya berulang kali karena tindakannya sendiri yang ia nilai bodoh tersebut.
Masa depannya ia serahkan begitu saja kepada pria asing yang tidak ia kenal sama sekali.Yoongi menghela nafas kasar, kemb RRali memukul kepalanya berkali-kali tanpa mengindahkan keadaan toilet yang kini tak lagi berisi dirinya sendiri.
"Mau aku bantu memecahkan kepalamu?"
Suara lain menginterupsi kegiatan brutalnya yang membuat Yoongi langsung menatap si empunya suara yang terpantul dalam cermin dihadapannya."Kau mau aku mati Hyung? Tega sekali!"
Yoongi mengerucutkan bibirnya menanggapi perkataan Seokjin yang tengah melipat kedua tangannya sembari menyenderkan tubuh jangkungnya di belakang Yoongi."Lalu apa yang sedang kau lakukan Yoongi? Aku tau kau seorang jenius tapi kalau kau terus menerus memukul kepalamu otak jeniusmu itu bisa menyusut atau malah langsung menghilang seketika."
Yoongi menghela nafas, sahabatnya ini meracau disaat yang tidak tepat.
Ia sudah dibuat pusing karena pria asing itu ditambah lagi Seokjin yang seperti tidak pengertian, sahabatnya sedang dirundung musibah tetapi masih sempat ia memarahi Yoongi.Tapi bukankah Yoongi sendiri yang belum bercerita kepada Seokjin tentang apa yang tengah terjadi?
"Ya Tuhan, Seokjin hyung maafkan aku. Aku sedang pusing. Kau tau? Pria gila yang sempat meneror diriku muncul kembali. Entah apa yang harus aku lakukan."
Yoongi menunduk lesu di depan kaca toilet bar Seokjin.
Ia bingung kenapa hidupnya bisa berubah menjadi seperti ini?
Apakah ia memiliki kesalahan di masa lalau sehingga ia harus mendapat hukuman di masa sekarang?
Entahlah.
Yang jelas Yoongi tidak ingin bertemu lagi dengan pria asing tersebut.
Yoongi tidak perduli dengan kesediaannya menikah dengan pria tersebut.
Yang jelas ia tidak ingin melihatnya lagi."Pria gila? Siapa? Yang waktu itu datang ke bar ini dan memintamu menikah dengannya?"
Seokjin memastikan dan mencoba pria mana yang Yoongi maksud."Kau benar Seokjin Hyung. Dia datang lagi. Dan kau tahu, dia baru saja mengantarku sampai bar."
Yoongi melenguh lesu, menceritakan kejadian yang tadi pagi Yoongi rasakan karena pria bernama Park Jimin tersebut."Mungkin memang dia sudah mengincarmu sejak lama Yoongi. Terima saja, sepertinya dia pria kaya."
Senyum Seokjin merekah ketika menyebutkan kalimat terakhir tentang pendapatnya mengenai pria tersebut.
Seokjin rasa pria tersebut tidak terlalu buruk untuk Yoongi.
Siapa tahu dengan datangnya pria tersebut bisa membantu Yoongi merubah kehidupannya menjadi lebih baik."Kau sama gilanya dengan pria itu Sekjin Hyung. Lebih baik aku bekerja saja. Micheosso!!"
Yoongi menepuk keningnya menghadap ke arah Seokjin.
Sedangkan pria pemuja warna merah muda tersebut tersenyum aneh memandang kepergian Yoongi."Hah semoga saja tidak ada hal buruk yang terjadi."
Seokjin mengedikkan kedua bahunya sembari meninggalkan toilet dan kembali ke tempat kerjanya menyusul Yoongi.
Mengingat berbahaya juga meninggalkan Yoongi sendirian di luar pengawasannya.
Banyak mata lelaki yang bersiap menelanjangi Yoongi kapan aaja mengingat karyawan dan sahabatnya tersebut terlalu menggemaskan."Selamat malam tuan, ada yang bisa kami bantu?"
Disana Seokjin sudah melihat Yoongi tengah menyaoa salah satu pelanggan yang berkunjung di barnya seperti biasa.
Yoongi melayani mereka dengan ramah seadanya, namun bila pria itu merasa terancam maka ia akan mengeluarkan jurus terampuh miliknya."Kau pikir dengan kau menggodaku membuatku tertarik kepadamu?"
Benar bukan apa kata Seokjin.
Matilah pria itu jika berurusan dengan Yoongi yang sedang dalam modenya mempertahankan diri.
Karena pertahanan paling sulit di tembus adalah perlawanan bertubi-tubi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Serendipity
Fanfiction"When the universe was first made Everything has been decided Just let me love you."- Jimin