2 : : Kazuma Story

830 85 0
                                    

Semua orang bisa berubah kapan saja kan?

~A Thousand Light for Kazuma~

...

Beberapa tahun lalu...

"Kazuma..."

Di bawah langit senja, anak laki-laki yang sibuk menuang cat ke atas paletnya itu menoleh. Mata bulatnya yang tadi meredup sontak berbinar begitu melihat pria paruh baya yang tiba-tiba muncul di belakang halaman rumah. "Papa!!" teriak Kazuma, meletakkan paletnya di atas kursi lalu berlari merebahkan tangan, memeluk Papa yang masih mengenakan kemeja kerjanya.

"Kazu, tanganmu."

Kazuma melepas pelukan memerhatikan kedua tangannya, kotor, cat warna yang ia gunakan sudah tercetak jelas di telapak tangannya, berwarna jingga, merah, dan kuning. Bukan hanya itu, dirinya juga barusan memeluk Papa dan dipastikan...

Kazuma menelan ludah memerhatikan belakang kemeja Papa, jelas ada cap telapak tangannya. Kazuma menunduk "Maaf pa."

Sebagai jawaban pria paruh baya itu malah berjongkok, menyamakan tinggi badannya dengan Kazuma lalu mengacak rambut anaknya dengan gemas "Enggak apa, nanti bisa dicuci. Oh ya, Papa punya kejutan."

"Kejutan?" Kazuma mengernyit, kedua alisnya yang tebal tampak menyatu. Tak lama anak laki-laki itu tersenyum senang, menjentik jarinya semangat. "Wah!! Keiko datang ya Pa!! Keiko udah pulang dari Jepang kan!! Mama pasti juga datangkan Pa!!" 

Hening, tak ada jawaban dari Papa, pria itu menerawang kosong begitu menerima jawabannya anaknya. Kazuma menaikkan kacamata, menatap Papa menekankan. "Iya kan Pa? Keiko sama Mama datang kan! Mama pasti kesini kan Pa? Jawab Pa!"

"Kazu.." Tahu keinginan anaknya mustahil terwujudkan, pria itu mengembus napas panjang, mendekatkan kepala putra kecilnya itu ke dahinya. "Maafin Papa."

Kali ini tubuh kecil Kazuma bergetar. "Mama membenciku ya Pa? Mama enggak sayang sama kita lagi ya? Mama enggak mau bicara denganku lagi ya Pa?"

Pria itu menggeleng tegas. "Kazu, Mama pasti menyayangimu ya?" Kazuma menunduk, mengangguk pelan. Tak ingin berlarut dalam kesedihan, pria itu tersenyum, memerhatikan anaknya dengan jail. "Jadi, Kazu tak mau kejutan Papa nih?" 

Kazuma berpikir sejenak, mengetuk dagu dengan jari-jarinya, kebiasaan membalas jailan Papanya. Lalu ia mengangguk, pertanda mau.

"Baiklah," Pria itu tersenyum puas, lalu berdiri, menggandeng tangan Kazuma menuju ruang tengah. Dari sana tampak perempuan seusia Papa tengah duduk di sofa sambil memainkan jari-jarinya,terlihat gugup. "Itu Mama mu."

"Mama?" Kazuma mengernyit. Tidak, itu bukan Mama, perempuan di sofa itu jauh beda dengan Mama yang ia kenal . Yah mungkin sama-sama perempuan dan umurnya kurang lebih sebaya dengan Papa. Tapi sisanya? 

Sungguh berbeda jauh. Mama yang Kazuma kenal berambut ikal, sedangkan rambut perempuan ini hitam lurus. Mama memiliki mata yang sipit berbeda dengan perempuan ini. Lagipula... Kazuma tidak mengenal perempuan ini. Sama sekali tidak pernah melihatnya.

Perempuan itu menoleh, tersenyum senang. "Hai Kazu..."

"Hah?" Kazuma tersentak, tak lama tersenyum canggung, membalas sapaan perempuan itu.  "Iya, tante."

"Dia Mama mu," bisik Papa pelan. Masih tidak mengerti, Kazuma menyengir terpaksa. "Iya, Ma... ma?" Mungkin terdengar seperti itu, sebuah sapaan yang berakhir seperti tanda tanya.

Ya, Kazuma polos yang sepertinya belum paham apa-apa.

Hingga tiga tahun berlalu, Kazuma sebentar lagi menginjak umurnya tiga belas tahun dan tentu saja dirinya masih tinggal bersama Papa, Mama tirinya -yah.. ia mulai mengerti sekarang-. Selain Keiko, ia punya adik baru disini, si kembar Dana Dani yang menginjak tiga tahun.

Baiklah, Kazuma mengakui, Papa dan Mama tirinya memang perhatian dengannya. Namun mengingat Dana Dani yang masih kecil, tentu saja kedua orang itu harus lebih memerhatikan kedua anak kembarnya. Lelah, sungguh. Kazuma bukan lelah mendengar pertengkaran kedua anak kecil itu. Ia hanya lelah terus-terusan berharap bahwa Mama dan Keiko akan datang ke Indonesia.

Diam-diam Kazuma mengembus napas, cowok berkaos hijau itu berjalan, memandangi kalender yang bertengger di atas meja. Mendadak saja kedua sudut bibirnya terangkat senang,  menaikkan kacamata yang bertengger di hidungnya, seraya mengerjap tidak ercaya, memerhatikan tanggal yang dilingkar di kertas sana.

Besok ulang tahunnya yang ketiga belas, dan janji Keiko waktu itu... kedua alis Kazuma terangkat senang, pasti anak itu mengunjunginya kan? Bukan hanya keiko pasti Mama juga akan mengunjunginya. Kazuma masih ingat janji Keiko kepadanya, dan janji harus ditepatikan?

"Senang sekali, ada apa?"

Kazuma menoleh, memerhatikan Mama tirinya yang baru saja usai mengurus Dana Dani yang tertidur pulas di depan tv. Perempuan itu selalu bersikap baik dengannya meskipun ia bukan anak perempuan itu yang sesungguhnya, namun ia sama sekali tidak kekurangan kasih sayang. Mama selalu menyiapkan sarapan untuknya, membantunya menyiapkan perlengkapan sekolah, dan terkadang menemaninya belajar.

"Besok Keiko dan Mama kandungku datang."

"Oh ya?" Perempuan itu tersentak, kedua sudut bibirnya mengembang seketika, mengacak rambut Kazuma dengan gemas. "Mau Mama masakan sesuatu? Oh!! Itu tepat ulangtahunmu kan? Mau dibuatkan pesta? Masih perlu balon tidak? Bagaimana kalau kue?"

Sebagai balasannya, Kazuma tertawa kencang, bangkit dari sofa lalu menaiki tangga menuju kamar. "Ayolah Ma, aku ini sudah SMP. Mama enggak perlu repot. Sudah ya, aku mau belajar dulu. Aku harus belajar lebih giat, supaya aku dapat juara dan aku bisa tunjukkan untuk Mama kandungku!" jawab Kazuma tersenyum senang, seraya mengepal tangannya semangat.

Perempuan itu mengangguk senang, memerhatikan Kazuma yang sudah berada di lantai atas lalu mengepal tangannya semangat. "Berjuanglah!"

___

A Thousand Light for Kazuma ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang