Chapter 1: Days After The Battle

60 3 0
                                    

Pagi hari bersinar cerah di tanah yang dahulu nan makmur, Kekaisaran Kou. Setelah pertarungan yang menentukan nasib dunia selesai. Para pemimpin dunia mau tidak mau harus bekerjasama untuk membangun kembali dunia. Kougyoku masih sibuk mengurus tatanan pemerintahan, ia tidak tidur selama seminggu begitu juga Hakuryuu, Aladdin dan Alibaba.

"Haduh ini kapan selesainya? Aku capek...." balas Kougyoku terengah-engah matanya menjadi hitam karena tidak tidur.

"Sabar ya Kougyoku, aku juga capek tapi apa boleh buat..." balas Alibaba yang matanya sedang membengkak.

Seketika Judal masuk tanpa izin ke ruangan perpustakaan. 

"Woi, kok gak ada hal yang menyenangkan lagi sih? Aku bosan!" balas Judal menendang pintu perpus dengan keras.

"Aku tidak punya tenaga untuk meladeninya." balas Ka Koubun menghela nafas.

"Hakuryuu, ayolah main ke suatu tempat jangan cuma diam didalam sibuk sama kertas!" seru Judal.

"Itu gak gampang Judal, aku harus membantu Kougyoku. Dia tidak mungkin bisa melakukannya sendirian." balas Hakuryuu lalu ia pingsan di koridor karena kecapean.

"Ah, lo ga seru!" balas Judal cemberut.

Judal akhirnya berhenti memaksakan Hakuryuu yang pingsan didekat koridor rak buku. Lalu tanpa aba-aba dia keluar sendiri dari ruangan.

Pagi itu Edenia dan Kouran sedang melihat seisi istana bersama dengan Kouha. Karena mereka sudah lama tidak menghabiskan waktu sebagai keluarga. 

"Ini rumah papa, ma?" balas Kouran kebingungan sambil mengisap jarinya.

"Iya, ini rumah papa. Besar sekali ya?"

"Aku ingin Kouryoku bertemu dengan yang lainnya. Tapi pastinya semua sedang capek dan sibuk mengurus konstitusi negara." balas Edenia tersenyum dan menghela nafas.

"Mau bagaimana lagi, tapi aku yakin Mei-Nii juga ikut membantu jadi aku takkan menganggu dia sekarang." balas Kouha cemberut.

"Aduh papa tayank jangan cemberut!" seru Edenia. 

"Aku gak cemberut. Jangan ngomong begitu Kouran kebingungan tuh.!" Kouha tersipu malu dan mencoba mengalihkan pembicaraan dengan menunjukkan ke Kouran.

Disaat mereka sedang berjalan bersama, Judal datang dari arah didepan mereka. Hening sesaat. Mereka bertatapan satu sama lain membuat Kouha dan Kouran kebingungan.

"Yo!" panggil Judal.

"Yo." balas Edenia.

"Yo, Judal." balas Kouha.

Hening lagi. 

"Ini anak siapa? Kok terasa mirip dengan kau Kouha?" balas Judal duduk berjongkok dihadapan gadis kecil itu.

Dahi Kouha pun mulai berkerut. "Itu anakku kau kira siapa hah?" 

"Oh~ anakmu.. kenapa tidak kau kenalkan padaku?" balas Judal bersiul.

"Aku tak perlu memberitahumu, tidak perlu." balas Kouha mengendong Kouran. Instingnya sebagai Ayah mulai terlihat.

"Kau kejam juga ya~ Oi nenek tua, kenapa kau menikahi dia?" balas Judal berdiri dan menatap kepada Edenia.

"Aku menikahinya karena aku mencintainya- Apa kau bilang tadi? Aku tidak dengar." balas Edenia menodongkan tongkatnya.

"Aku tidak bilang apa-apa kok!" Judal pun melesat kabur. 

Edenia menghela nafas ia menatap Kouha yang sedikit ketakutan. 

"Ada apa? mukaku aneh?" tanya Edenia.

"Eh? t-t-tidak..." balas Kouha. 

Akhirnya mereka berjalan lagi ke sebuah taman yang luas, lalu tiba-tiba Jinjin, Reirei, Junjun ada disana juga. Mereka berlutut kepada Edenia dan Kouha.

"Kouha-sama, kami merindukan anda.!" seru ketiganya menangis. 

"Aku juga merindukan kalian. Oh, kenalkan ini Kouran anakku dan Edenia." balas Kouha tersenyum sambil menurunkan anak tersebut.

Kouran menatap ketiga pelayan itu dan tersenyum, seketika ketiga wanita itu berlutut dihadapan anak itu. 

"Ah, sebuah kehormatan bagiku untuk bertemu dengan anda Kouran-sama!" balas Junjun. 

"Kouran-sama mirip sekali dengan Kouha-sama. Aku bisa melihat kemiripannya.!" balas Reirei. 

Kouran mendekati ketiganya dan seketika menjambak rambut Reirei. Edenia kaget melihat kelakukan anaknya. Tampaknya Reirei menyukainya. 

"Kouran-sama itu sebuah kehormatan untuk dijambak olehmu~" balas Reirei. 

"Sayang, gak boleh gitu. lepasin rambutnya." balas Kouha. 

Edenia merasa kaget bahwasanya Kouha yang selalu suka menampar bawahannya akan menghentikan anaknya melakukan hal tersebut. Ia pun tertawa kecil.

"Apa yang lucu?" tanya Kouha.

"Aku sedikit kaget kau mau menghentikan anakmu, lagian kau selalu suka menampar bawahanmu kan?" balas Edenia.

"Itu kan aku bukan dia. Pokoknya Kouran tidak boleh seperti diriku." balas Kouha dengan tegarnya.

Kouran menatap ayahnya berhenti menjambak Reirei. Ia pun lari kepelukan ibunya. 

"Tenang sayang, papa gak marah." balas Edenia tertawa memeluk anak itu. 

Kouha menghela nafas, anaknya itu sensitif sekali. Dia tidak tahu harus berbuat apa. 

"Dia anak yang cantik, dia akan menjadi orang yang hebat seperti ayahnya suatu hari nanti!" balas Junjun memecah keheningan. 

"Oh ya, kalian bertiga akan menjaga Kouran kan?" tanya Kouha.

"Baiklah, kami akan melakukannya!" balas Reirei membungkuk dan keduanya juga. 

"Kalau begitu aku pergi dulu ya. Kouran harus tidur siang." balas Edenia.

"Kalau gitu aku ikut juga. Nanti datang ke kamarku ya~" balas Kouha.

Junjun, Jinjin, Reirei hanya mengangguk dan mempersilahkan kedua pasangan itu pergi. 

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

"Ah, mereka pada tidur disini semua. Padahal aku sudah menyuruh pelayan membuatkan kopi..." balas Koumei menghela nafas.

Koumei dengan baiknya memberikan selimut kepada Kougyoku, Hakuryuu dan semua yang sedang tertidur. Pria berambut merah itu mematikan lampu dan menaruhkan beberapa snack kecil di meja, ia pun menutup pintu pelan-pelan dan kembali ke kamar untuk beristirahat lagi. 



World's Future (Sequel of The Rukh of Destiny)Where stories live. Discover now