Part 20

3K 92 0
                                    

Malam harinya Alena tidak konsen belajar. Pikirannya tertuju pada Mexi. Dia sendiri tidak percaya bahwa dia dan Mexi sudah resmi jadian. Rasanya begitu aneh berpacaran dengan anak paling badung di sekolah. Anak yg punya sejumlah catatan buruk lainnya. Tapi, Alena tidak bisa menolak kita Mexi datang dalam hidupnya. Ada perasaan yg sudah lama hilang kini dia rasakan kembali. Perasaan yg dulu dia benci karena pernah dikhianati, kini dia membuka hatinya kembali untuk cinta yg baru, yaitu Mexi.
" Aduuhhh... Kok gue mikirin dia terus sih? Kapan gue belajarnya? " kata Alena sambil mengacak-acak rambutnya. Dia menatap buku di hadapannya, banyak tugas sekolah yg belum dia selesaikan. Saat Alena mencoba untuk belajar kembali, hpnya berbunyi. Dia langsung meraihnya dan melihat siapa yg menelpon.
" Mexi? " gumam Alena sedikit panik. Baru aja dia kepikiran Mexi dan Mexi langsung menelponnya.
" Halo." Jawab Alena setelah menekan tombol hijau.
" Lo lagi mikirin gue? " tanya Mexi to the point.
" Eng... Eng... Enggak... GR banget sih lo? " kata Alena berbohong.
" Yaahhh... Padahal gue lagi mikirin lo." Balas Mexi menggoda Alena.
" Ih... Apaan sih? "
" Lagi ngapain? "
" Belajar."
" Wah... Murid teladan rupanya. Belajar yg rajin ya biar bisa jadi dokter. Eh, lo kan udah jadi dokter pribadi gue ya? " kata Mexi ngasal.
" Sejak kapan? "
" Sejak waktu gue sakit karena kehujanan kemarin. Ingatkan? " kata Mexi mengingatkan Alena saat Mexi saat karena kehujanan mengantar Alena pulang waktu itu.
" Itu kan bisa-bisa lo aja." Kata Alena menolak predikat dokter pribadi dari Mexi.
" Hehehe... Al, kata dokter besok gue udah boleh pulang dari rumah sakit." Kata Mexi memberi tahu Alena.
" Oh ya? Syukur deh kalo gitu."
" Udah gitu doank? "
" Terus... Gue harus bilang apa lagi? "
" Ya lo gak ada niat buat jemput gue? Ya setidaknya datanglah ke rumah sakit pulang sekolah." Kata Mexi protes.
" Euummm..." Alena berpikir ragu. Dia ingat besok ada rapat OSIS lagi setelah pulang sekolah. Kalo setelah rapat dia ke rumah sakit lagi, pasti akan sampai sore. Mexi tidak mungkin menunggunya selama itu.
" Al..." panggil Mexi menunggu jawaban Alena.
" Eh iya..."
" Lo bisa kan datang besok? "
" Hmmm... Mex... Sebenarnya... Euummm... Sebenarnya besok gue ada rapat OSIS pulang sekolah..." kata Alena terbata-bata. Dia takut Mexi akan marah padanya.
" .............." hening. Mexi tak menjawab.
" Mex..." panggil Alena.
" Huuffttt... Harus banget ya rapat disaat gue pengen lo datang? " tanya Mexi setelah menghela nafas panjang. Ada rasa tidak enak dalam hati Alena.
" Hmmm.... Bukan gitu... Soalnya jadwal rapatnya udah dikasih tau dari tadi siang. Jadi mau gak mau gue harus datang besok." Kata Alena mencoba membujuk Mexi.
" Yaudah deh. Udah dulu ya, gue mau tidur."
Klik! Tiba-tiba Mexi memutuskan teleponnya.
" Halo, Mex..."
" Tut... Tut... Tut..." terlambat, Mexi sudah menutup teleponnya. Alena menghela nafas panjang. Dia bingung harus bagaimana. Satu sisi dia ingin datang. Tapi di sisi lain, dia punya tanggung jawab untuk ikut rapat. Akhirnya kegalauan Alena semakin memuncak malam ini.
Sementara itu, Mexi melemparkan hpnya kesal ke meja di samping tempat tidurnya.
" Brengsek! Dion berhasil menarik perhatian Alena." Gumam Mexi geram.

***

Keesokan harinya di sekolah, Alena menceritakan pada Jeje apa yang udah terjadi kemarin. Alena memberitahu Jeje bahwa dia sudah jadian dengan Mexi.
" WHAATTT??? LO JADIAN SAMA MEXI?? OH EM JIIII...." teriak Jeje kencang sampai satu kelas mendengarnya.
" Ssstttt... Jejeeee!!! " Alena balik berteriak sambil menutup mulut Jeje.
" Ciyeee... Alena jadian sama Mexi..." kata seorang siswi yg tak sengaja mendengarnya.
" Wah, bahaya nih deket2 Alena. Pacarnya galak soalnya. Hahaha..." lanjut siswi yg lain.
" Al, selamat ya... Lo beruntung banget bisa jadi pacarnya Mexi. Gue aja dari dulu ngefans sama dia, gak pernah dilirik sama sekali." Kata yg satu lagi.
" Hahaha..." satu kelas tertawa mendengarnya. Alena hanya cengengesan mendengar ledekan teman2 satu kelasnya itu.
" Uppssss... Sorry, Al, gue kelepasan! " kata Jeje menyadari suaranya yg kencang dan membuat satu kelas tau.
" Huuffttt... Lo tu yah, selalu teriak kalo gue cerita apa2 soal Mexi. Tuh lihat satu kelas jadi tau kan." Omel Alena kesal.
" Yaa sorry... Abis gue kaget banget. Gue gak nyangka kalo Mexi nembak lo."
" Haahhh... Gue juga kaget banget, Je, waktu Mexi ngungkapin perasaannya beberapa hari yg lalu. Akhirnya kemarin gue resmi nerima Mexi jadi pacar gue." Kata Alena menghela nafas panjang.
" Al... Gue kenal Mexi itu dari SMP. Gue tau dia itu anak yg baik. Cuma mungkin sifat emosionalnya itu aja yg buat dia seolah-olah orang yg paling menakutkan di dunia ini..." kata Jeje membela Mexi di depan Alena.
" Kok lo jadi dukung gue sama dia gitu sih? Bukannya awal pertama gue masuk sini lo bilang jangan pernah berurusan sama Mexi CS? " tanya Alena curiga dengan Jeje.
" Eng... Enggak... Gue gak ada nyuruh lo jauh2 dari mereka. Gue cuma bilang hati2 kalo berurusan sama mereka. Bukan berarti gak boleh kan?" Kata Jeje gugup.
" Hmmm..." gumam Alena sambil penuh selidik.
" Udah ah... Kok jadi bahas gue sih? Ini kan tadi masalah lo jadian sama Mexi." Kata Jeje mengalihkan topik pembicaraan.
" Haahhh... Jadi gimana ya, Je? " kata Alena kembali ke topik utamanya.
" Jadi apa? "
" Hari ini Mexi keluar dari rumah sakit dan dia nyuruh gue buat dateng jemput dia. Sementara gue udah janji sama Kak Dion kalo pulang sekolah gue ada rapat OSIS." kata Alena mengutarakan kebingungannya.
" Tuh kan gue bilang juga apa... Lo sih gak pikir2 dulu nerima tawaran Kak Dion buat masuk OSIS. Makin ribet kan pikiran lo." Omel Jeje menyalahkan sikap ceroboh Alena.
" Huuuu... Jadi gimana donk? Gue harus pilih yg mana? " tanya Alena merengek.
" Kalo gue jadi lo, gue lebih milih Mexi lah. Dimana-mana orang sakit itu harus diperhatikan, Al. Masalah rapat OSIS, gak ada lo juga bakal tetap berjalan kan? Lo tinggal izin aja sama Kak Dion. Bilang aja lo ada urusan keluarga mendadak kek, apa kek..." kata Jeje memberi saran.
" Hmmm... Gitu ya? " tanya Alena ragu.
" Iya. Itu sih kalo menurut gue yaa... Gak tau deh kalo menurut lo." Sahut Jeje menyerahkan semuanya kembali pada Alena. Alena tampak berpikir keras mendengar saran dari sahabatnya itu.
" Al, dicariin Kak Dion tuh..." tiba-tiba salah seorang teman kelas Alena memanggilnya dari depan pintu. Tampak Kak Dion berdiri disana sambil melambaikan tangan pada Alena.
" Tuh mumpung ada orangnya... Lo bilang aja langsung." Kata Jeje menyuruh Alena menemui Dion.
" Eummm... Yaudah deh, gue kesana dulu ya." Kata Alena lalu berjalan meninggalkan Jeje. Jeje hanya mengangguk sambil memperhatikan sahabatnya itu keluar kelas.
" Hai, Al." Sapa Dion saat Alena sudah ada dihadapannya.
" Hai, Kak." Balas Alena sambil tersenyum.
" Ntar jangan lupa ya pulang sekolah kita ada rapat OSIS." kata Dion mengingatkan.
" Eummm..." Alena tampak ragu menjawabnya. Dion mengernyitkan dahinya melihat respon Alena itu.
" Al... Ada apa? " tanya Dion yg bisa membaca raut kebingungan di wajah Alena.
" Kak... Hmmm... Sebenarnya... Hmmm..." jawab Alena terbata-bata.
" Kenapa? " tanya Dion lagi.
" Sebenarnya nanti pulang sekolah aku ada urusan mendadak. Hmmm... Boleh gak kalo aku gak ikut rapat hari ini? " akhirnya kalimat itu keluar juga dari mulut Alena.
" Oh... Gitu ya. Kalo boleh tau kamu ada urusan apa ya? " tanya Dion ingin tahu.
" Hmmm... Ada urusan keluarga, Kak. Mau pergi sama Mama." Jawab Alena berbohong.
" Oh gitu... Yah, sayang banget. Padahal hari ini rapat kita mau bahas soal kegiatan selama camping nanti."
" Iya... Maaf ya, Kak, aku gak bisa ikut."
" Hmmm... Yaudah gak papa. Tapi nanti rapat berikutnya kamu harus hadir ya."
" Bener, Kak? Gak papa nih? "
" Iya. Kali ini aku izinin. Tapi lain kali kamu bener2 harus ikut ya."
" Iya, Kak. Inshaa Allah aku ikut rapat berikutnya. Makasih ya, Kak."
" Iya sama-sama. Yaudah kalo gitu aku balik ke kelas dulu ya. Bye, Al..."
" Bye, Kak."
Alena menatap kepergian Dion sambil tersenyum senang.
" Yeeessss... Akhirnya!!! " gumam Alena senang.
" Woiii... Napa lo senyum2 begitu? " tanya Jeje yg tiba-tiba datang.
" Gue diizinin gak ikut rapat hari, Je. Jadi gue bisa ke rumah sakit jumpain Mexi." Jawab Alena yg tidak bisa menyembunyikan kesenangannya.
" Tuh kan apa gue bilang, pasti diizininlah. Asal..."
" Asal apa? "
" Asal lo gak bilang mau jumpa sama Mexi. Yang ada Kak Dion malah menahan lo ikut rapat sampe sore. Hahaha..." kata Jeje sambil tertawa.
" Ih, jangan sampai ketauanlah. Lo kan tau Mexi sama Kak Dion itu kayak Tom and Jerry. Gak pernah bisa akur kalo ketemu."
" Embeerrr... Hahaha... Udah ah, masuk yuk."
" Yuk."
Alena dan Jeje pun masuk ke dalam kelas.

AlenaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang