Part 23

2.9K 77 2
                                    

Amora sudah selesai menjalankan kemo. Sekarang dia kembali ke kamar inap untuk pemulihan. Dia menggenggam tangan Mexi sejak keluar dari ruang kemo tadi, seolah-olah tidak akan membiarkan Mexi pergi kemana pun. Waktu sudah menunjukkan pukul lima sore. Mexi memutuskan untuk pulang.
" Amora... Aku pulang dulu ya, udah sore." Kata Mexi yg duduk di samping tempat tidur Amora. Mexi sudah mengganti panggilan lo-gue menjadi aku-kamu saat berbicara dengan Amora.
" Oh... Kamu mau pulang? " Amora balik bertanya.
" Iya. Takutnya papa nyariin aku."
" Yaudah. Makasih ya kamu udah nemenin aku hari ini."
" Iya, sama-sama. Kamu cepat pulih ya, biar besok bisa masuk sekolah."
" Iya..."
" Tante, Om, aku pamit pulang dulu ya." Pamit Mexi pada kedua orang tua Amora yg duduk di sofa.
" Oh iya. Makasih ya, Mex, kamu udah mau nemenon Amora hari ini." Kata Tante Ratna sambil menempuk pundak Mexi.
" Iya sama-sama, Tante. Aku balik ya. Assalamualaikum."
" Walaikumsalam."
Mexi berjalan keluar kamar Amora menuju parkiran motor. Saat tiba di parkiran, tiba-tiba Mexi baru teringat dengan Alena. Dia lupa kalo dia meninggalkan Alena tanpa kabar di sekolah tadi. Mexi langsung merogoh saku celananya dan mengambil hp. Dia mencoba menghubungi Alena. Ternyata hp Alena tidak aktif. Dia mencoba menghubungi lagi. Tapi sama saja, pemberitahuannya hp Alena sedang tidak aktif.
" Apa dia marah ya sama gue? " gumam Mexi bingung. Akhirnya Mexi memutuskan untuk menyudahi panggilannya. Dia menyalakan motor dan bersiap untuk pulang. Urusan Alena besok akan dia selesaikan di sekolah.

***

Pagi ini seperti biasa Alena diantar oleh Pak Wardiman ke sekolah. Ini sudah masuk satu bulan dia pindah ke Jakarta. Alena berjalan memasuki koridor.
" Hai, Al..." sapa Bian tiba-tiba yg muncul dari belakang Alena. Alena sedikit kaget dengan kemunculan Bian.
" Hai." Jawab Alena singkat.
" Itu tadi siapa yg nganterin kamu? Om ya? " tanya Bian yg mengira Alena diantar oleh Papa nya.
" Oh, bukan. Supir aku." Jawab Alena lagi-lagi dengan singkatnya. Bersamaan dengan itu, Mexi yg baru datang muncul dengan motor sport nya. Saat memarkirkan motor, Mexi melihat Alena dan Bian sedang bersama dari kejauhan. Kontan saja Mexi langsung buru-buru menghampiri mereka.
" Al..." panggil Mexi saat tiba di dekat Alena. Alena dan Bian menoleh ke arah Mexi.
" Lo lagi, lo lagi... Bisa gak sih lo gak usah ganggu Alena? " tanya Mexi menatap sinis ke arah Bian.
" Eh, Alena nya aja gak keberatan gue ajak ngobrol. Kenapa jadi lo yang sewot?" Balas Bian terpancing emosi.
" Lo tuh ya..." kata Mexi bersiap maju.
" Eh, udah, udah... Masih pagi, jangan buat keributan disini." Cegah Alena menahan Mexi. Mexi pun menghentikan aksinya.
" Bi, mending kamu masuk kelas deh. Sana gih! " kata Alena menyuruh Bian masuk duluan. Bian yang masih kesal dengan Mexi akhirnya menurut. Dia pergi sambil terus memberikan tatapan sinis pada Mexi.
" Dan lo..." kata Alena sambil mengalihkan pandangannya pada Mexi setelah kepergian Bian.
" Lo kemana semalem? Katanya mau nungguin gue siap rapat? " tanya Alena yang masih kesal dengan Mexi karena menghilang tanpa kabar.
" Hmmm... Sorry, Al. Semalem gue ada urusan mendadak." Jawab Mexi merasa bersalah. Dia tahu Alena pasti akan marah karena dia menghilang tanpa kabar.
" Urusan apa? " tanya Alena ingin tahu.
" Eummm... Itu... Hmmm... Gue... Gue nemenin Amora ke rumah sakit." Jawab Mexi jujur dengan terbata-bata.
" Amora sakit? Dia sakit apa? " tanya Alena sedikit kaget mendengar Amora sakit. Bagaimana pun Amora adalah teman Alena. Jadi Alena juga merasa khawatir kalo Amora sakit.
" Hmmm..." Mexi tampak berpikir menjawab pertanyaan Alena itu.
" Gue gak mungkin bilang sama Alena kalo Amora sakit kanker tulang..." kata Mexi dalam hati. Dia tidak bisa mengatakan penyakit Amora pada Alena. Bagaimana pun, itu adalah privasi keluarga Amora.
" Mex, Amora sakit apa? " tanya Alena lagi.
" Oh... Enggak. Gak sakit yang parah kok. Dia cuma periksa darah aja kemarin. Soalnya udah beberapa hari ini dia demam. Jadi harus cek darah kata dokter." Jawab Mexi berbohong.
" Tapi Amora gak papa kan? "
" Enggak, enggak... Amora udah baikan kok."
" Oh... Syukur deh kalo gitu."
" Yaudah... Kalo gitu kita masuk kelas yuk." Ajak Mexi sambil menarik tangan Alena. Mexi tidak ingin Alena bertanya lebih jauh soal penyakit Amora.
" Eh..." kata Alena menahan Mexi. Mexi menoleh.
" Gak usah gandengan, gak enak dilihatin orang." Kata Alena sambil melepaskan genggaman tangan Mexi.
" Oh iya... Gue lupa. Hehehe..." kata Mexi sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Kemudian mereka berjalan beriringan menuju kelas.

AlenaWhere stories live. Discover now