9

2.5K 239 7
                                    

"Kemana satu orang lagi yang berjaga bersama kalian tadi malam?" Bentak Zuan.

Kedua murid tabib Chengnuo berpandangan takut. "Kami tidak melihatnya sejak kembali dari barak pengawal, tuan."

Zuan menarik pedangnya dari sarung. "Katakan yang sebenarnya!"

Kedua murid itu berlutut. "Ampun, tuan. Kami mengatakan yang sebenarnya."

"Bicara yang jujur atau kalian harus mengucapkan selamat tinggal pada kepala kalian."

"Ampun, tuan. Kami tidak berbohong."

Belum lagi Zuan menyarungkan pedangnya, satu prajurit istana menghampiri mereka.

"Kepala pengawal!"

"Ada apa?"

"Mari ikut saya."

Zuan menyarungkan pedangnya, dengan cepat mengikuti lari prajurit tadi. Mereka tiba dihalaman belakang dapur istana. Ada beberapa pokok mahoni menjulang tinggi dengan daun yang rimbun. Disalah satu batang pohon itu, sesosok manusia berpakaian tabib tergantung dengan mata melotot dan mulut terbuka lebar. Murid tabib Chengnuo.

***

Yixia memerintahkan agar istana memperketat penjagaan untuk Heye. Jika dia menjadi incaran, berarti pihak lawan menganggap Heye adalah ancaman bagi mereka dan Yixia harus mempertahankan pria itu. Ia meminta Sima mengawasi Heye dan memerintahkan pelayan lain bekerja untuknya sementara sampai kondisi Heye membaik.

Malam tadi menjadi malam yang sangat mencekam. Karena dia menyaksikan sendiri bagaimana mengerikannya efek racun bagi tubuh manusia. Yixia sendiri lebih memilih mati dengan pedang daripada dengan racun ketika melihat Heye berjuang melawan racun yang mulai menyebar ditubuhnya.

"Yang Mulia, Pangeran Ruyi meminta bertemu."

Yixia menganggukkan kepala. "Aku akan menemuinya dipendopo samping. Pastikan para pengawal berjaga dalam jarak aman agar pembicaraan kami tidak terdengar oleh siapa pun. Kau juga tidak boleh berada disana."

"Baik, Yang Mulia." Pelayan pengganti Sima mengangguk patuh dan pamit dari hadapan Yixia.

***

"Aku turut prihatin atas apa yang menimpamu dan pengawalmu, Yixia."

Pangeran Ruyi adalah anggota kerajaan yang paling tidak sopan. Dia selalu begitu. Menolak untuk memanggil Yixia dengan panggilan kerhormatan. Dan Yixia membiarkannya.

Ruyi berusia enambelas tahun saat ini, tiga tahun lebih muda dibanding Yixia. Sementara pangeran termuda, Muyun Zeyu, berusia empatbelas tahun. Mereka bertiga tumbuh bersama dan mendapatkan guru yang sama. Ratu Weian terdahulu, ibunda Yixia, sempat ingin menjadikan Pangeran Ruyi sebagai Putera Mahkota. Tapi rencana itu ditentang oleh mendiang Raja Weian sendiri.

"Ini tidak akan terjadi kalau saja kau bersedia memberikan bantuan yang kuminta, Muyun Ruyi."

Pangeran Ruyi tersenyum mengejek. "Lalu apa yang akan kudapatkan sebagai imbalannya? Tidak ada. Aku hanya akan menanggung penderitaan karena kalah berperang."

Yixia menyambut ucapan itu dengan senyum sinis.

"Raja Guihua memintaku menjadi menantunya. Dia melihat pasukan militer dan daerah yang kupegang sebagai aset untuk kerajaannya." Ruyi menangkupkan jemarinya diatas paha. "Bagaimana menurutmu?"

"Kau akan menikahi puterinya?"

"Tergantung." Ruyi mendengus. "Kalau dia cukup cantik, mungkin akan kupertimbangkan."

Yixia tertawa dibuat-buat. "Kau menolak membantuku tapi mempertimbangkan lamaran Raja Guihua. Hm... Sayang sekali ayahanda memberikan sebagian daerah dan armada militernya kepada orang yang salah."

"Muyun Yixia.... Menikahi puteri Raja Guihua akan memberikanku banyak keuntungan. Aku bisa saja diangkat menjadi Raja Muda atau minimal pejabat pemerintahan. Membantumu jelas merugikanku."

Yixia mendengus terang-terangan. "Pepatah bilang darah lebih kental daripada air. Tapi kenyataannya tidak seperti itu."

Ruyi terkekeh. "Apa yang kau harapkan dari mempertahankan kerajaan kecil ini, Yixia? TIDAK ADA!" Ruyi mengangkat cawan tehnya ke depan wajah. "Kau lihat cawan ini? Ini hanya dapat menampung sebagian kecil dari isi poci tehmu. Kau tahu apa artinya itu? Weian bukanlah apa-apa didunia yang luas ini."

9 Juni 2017

Queen Yixia' Man《Park Shinhye》Where stories live. Discover now