SATU

154 8 1
                                    



Aku sedang berada di pelataran bandara sambil sesekali mengotak atik aplikasi sosial media yang berada di handponeku.andaikan dia bukan saudara kembarku,aku mungkin akan memutilasinya karena membuat seluruh tubuhku pegal seperti ini.batinku mengingat bahwa sudah dari tiga jam yang lalu aku masih setia menunggu kedatangannya.Dan...

"Aritha,how are you?." sapa seorang gadis yang kini sedang berjalan sambil melambaikan tangan ke arahku yang kurespon dengan melambaikan tangan pula ke arahnya.

"kau masih ingat rumah juga ternyata?."tukasku sinis ketika ia telah sampai dihadapanku.

"maafkan aku ,aku disibukkan dengan ribuan tugas di sana."

Aku kini menatapnya dengan tatapan seolah-olah sedang berpikir keras yang disambut dengan tatapan datarnya.yah,sepertinya Arikha masih belum berubah setelah menetap di negeri orang selama empat tahun,dia masih sedingin dan sejutek dulu.

"btw,dimana mom dan daddy?."

"mereka punya urusan bisnis di Singapura tapi kata Bi Yuna dia akan kembali malam nanti."jawabku kemudian mengajaknya ke parkiran dan bersiap menuju Mansion keluarga Robertho.

Sepanjang perjalanan,aku terus mencercoki Arikha dengan ribuan pertanyaan tentang kehidupannya di California selama empat tahun terakhir ini.Mulai dari kesehariannya di sekolah hingga masalah asmaranya.

"ayolah Arikha,ceritakan padaku apakah kau mempunyai sosok lelaki spesial di sana."

"aku belum dan tidak berminat untuk mengurusi masalah percintaan seperti yang kau tanyakan tadi.''jawabnya datar

"kalau begitu sudah berapa hati cowok yang telah kau patahkan karena sifat keras kepalamu itu?."tanyaku begitu tertarik dengan keseharian kembaranku ini.

"jangan menyuruhku untuk menghitungnya,Aritha."

"kenapa?."

''karena aku akan pusing menghitungnya secara manual."jawabnya yang kini membuat tawaku pecah seketika.

"apa kau membutuhkan kalkulator saudaraku?."sebuah tas bermerek alexander kini mendarat tepat di kepalaku.

MAWAR PUTIHWhere stories live. Discover now