01 : Because I Was Able to Meet You

7 5 1
                                    

Kereta jurusan Jabodetabek terasa sesak karena jam pulang kantor. Suara announcer yang berkata "utamakan penumpang yang turun terlebih dahulu" seakan tidak asing lagi.

Namun entah mengapa kalimat itu tidak pernah bisa dipahami 100% oleh beberapa penumpang.

Seperti yang dialami mahasiswi itu. Ia hendak menangis saat tubuhnya yang hendak keluar terdorong masuk oleh penumpang yang naik. Tubuhnya yang tidak seberapa itu tergencet penumpang lain. Sakit dan sesak.

Tangannya yang menggapai pintu ditarik seseorang hingga tubuhnya tertarik keluar. Rasa sakit menjalar di pergelangan tangannya yang ditarik. Tapi ini tak mengapa dari pada tidak bisa keluar dan malah terbawa kereta hingga stasiun berikutnya.

Cewek itu mendongak, menatap sesosok cowok tampan yang telah membantunya keluar dari kereta.

"Lain kali kalau kayak gitu lagi, dorong aja penumpang yang lain. Lo gak akan bisa keluar kalau cuma pasrah didorong orang." Cowok itu langsung pergi setelah memberikan senyum indahnya.

Bahkan mahasiswi itu belum sempat berterimakasih. Ia malah terpaku terhadap apa yang baru dialaminya, stranger tampan telah membantunya.

○○○

Damar berjalan dengan terburu-buru meninggalkan pintu gedung fakultas. Hari ini Damar sudah berjanji dengan sahabatnya untuk berkumpul. Tapi sial, seniornya menahan Damar terlalu lama. Ia tidak bisa berbuat apa-apa selain mendengar ceramah seniornya itu karena sebagai mahasiswa baru, menjaga image baik itu diperlukan.

Bruk

Damar tidak bisa menghindar saat tubuhnya menabrak seseorang cewek karena terlalu terburu-buru. Cewek itu terjatuh begitupun Damar.

"Aduh!"

"Sorry, gak sengaja." Damar segera bangun dan hendak pergi. Kalau Damar telat, para sahabatnya tidak segan untuk mengeruk dompetnya sebagai hukuman.

"Eh mau kemana?! Kaki gue sakit!" Cewek itu menarik celana Damar. Ia masih dalam posisi terjatuh.

"Lepasin woy!"

Untung saja jalanan sepi. Kalau tidak maka Damar tidak tau harus menaruh wajahnya dimana. Kejadian ini memalukan apalagi adegan tarik-menarik celana.

"Tolongin dong! Kaki gue sakit."

"Iya, tapi lepasin tangan lo dulu. Celana gue kedodoran."

Akhirnya cewek itu melepaskan celana Damar. Matanya berkaca-kaca. Kakinya seolah mati rasa.

Damar berjongkok lalu memeriksa kaki kanan cewek itu.

"Kayaknya terkilir," ucap Damar.

"Terus gimana? Sakit banget, tolongin gue." Air mata mulai menuruni pipi cantiknya. Damar menjadi merasa bersalah.

"Gue obatin ya." Damar memijat pelan kaki itu seperti yang sudah ia pelajari dari tim basketnya saat ada yang cedera.

"Aduh. Kaki gue... kalau gue gak bisa jalan gimana? Gue gak bisa merasakan kaki gue. Aduh..." cewek itu meracau sambil menangis.

Lucu, pikir Damar.

"Kaki gue harus diamputasi kan? Gue gak mau punya satu kaki."

Ucapannya sontak membuat Damar tertawa. Terkilir memang rasanya sangat sakit. Tapi tidak harus diamputasi juga.

"Nggak kok, ini bisa diobatin," ucap Damar menenangkan.

"Gimana caranya?" tanya cewek itu. Tangisnya mulai berhenti.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 13, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

TrouvailleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang