Narend's Laundry

5.1K 999 60
                                    

Narend mengecek kamar Fazka berkali - kali, memeriksa suhu tubuh teman yang satu tahun lebih tua darinya itu, Fazka sakit, sudah 3 hari Fazka harus bed rest, dan selama 3 hari itu pula Narend  merawat Fazka.

"Abang masih hidup rend, kamu nggak usah tiap 5 menit sekali ngecek kamar abang." Fazka berucap dengan nada kesal namun terdengar sengau.

"Narend kan khawatir bang." Untuk kesekian kali nya, Narend masuk ke kamar Fazka dengan semangkuk bubur yang masih mengepul.

"Narend buatin bubur buat abang." Narend duduk ditepian ranjang sambil menyodorkan bubur yang dibuatnya.

Fazka mengernyit memperhatikan bubur polos itu.

"Udah Narend cobain kok, walaupun nggak seenak masakan abang, tapi masih layak dimakan." Narend seolah tahu pikiran Fazka pada makanannya.

Karena perasaan tidak enak pada Narend yang sudah susah payah membuatkan makanan akhirnya Fazka memasukan satu sendok suapan bubur ke mulutnya.

"Gimana ?" Narend menunggu komentar.

"Not bad."  Jawab Fazka.

Yah, setidaknya Fazka tidak memuntahkan makanannya, Narend sudah bersyukur.

"Yang lain kemana ?" tanya Fazka sambil memasukan satu suapan lagi.

"nggak ada,  pada pergi." Jawab Naren sambil menaikan selimut sebatas dada Fazka,  ekor matanya menangkap keranjang pakaian kotor di sudut ruangan. "Itu baju kotor abang?"

Fazka mengangguk,  "Belum sempat nyuci."

Narend beranjak ke pojokan,  mengambil keranjang kotor itu.  "Biar Narend yang nyuci, sekalian sama baju kotor punya yang lain."

Fazka mengernyit,  "Yakin?" Fazka sanksi,  pasalnya selama ini Narend tidak pernah mencuci pakaiannya sendiri,  lebih sering bajunya dicuci berbarengan dengan baju Mada,  karena itu Fazka tidak tahu Narend bisa mengoperasikan mesin cuci atau tidak,  meskipun Fazka tahu Narend tidak sebodoh itu.

"Iyalah,  kalau cuma masukin ke laundry sih bisa. Minta uangnya bang." Narend menampilkan cengirannya.

Ya,  mungkin ekspetasi Fazka tentang Narend mencuci pakaian hanya sebatas memasukan pakaian kotor ke laundry.  Dengan malas Fazka mengambil dompetnya menyerahkan beberapa lembar uang pada Narend.

"Makasih bang,  sekarang abang tidur dulu jangan khawatir semua cucian ini aman...  Dilaundry." Narend membawa keranjang kotor itu keluar,  membiarkan Fazka beristirahat.

***

Narend menjinjing 2 kantong plastik besar berwarna hitam berisi pakaian teman - temannya,  jarak antara rumahnya dengan laundry tidak terlalu jauh,  Narend berjalan pelan sambil bersiul - siul,  namun siulannya terhenti saat mendapati tulisan close pada pintu kaca laundry itu.

Narend menatap 2 kantung plastik hitam yang dipegangnya,  dengan setengah hati berjalan kembali ke rumah. 

"Gimana ya?" Narend menggaruk belakang kepalanya seraya melirik kantung plastik yang dia letakan di atas sofa. Dan tiba - tiba hal yang menurutnya gila terlintas dipikirannya.

Dia bisa mencuci baju itu sendiri dengan mesin cuci, meskipun dia tidak pernah mencuci bajunya sendiri tapi Narend tahu cara memakai mesin cuci, lagipula dia tidak tega melihat Fazka yang masih sakit, dan teman - temannya juga belum pulang, jadilah dengan semangat Narend membawa baju - baju kotor itu ke ruangan belakang tempat mencuci baju.

Narend mulai mengeluarkan baju - baju kotor itu dan memasukannya ke dalam mesin cuci, menuang air sampai batas yang ditentukan dan memasukan detergen, kemudian memutar pengatur waktu sampai 15 menit.

"Wah, kayaknya gue harus buka laundry nih." Narend berucap senang saat melihat mesin cuci itu bekerja tanpa hambatan, kagum dengan dirinya sendiri yang bisa melakukan itu tanpa bantuan.

Narend meninggalkan mesin itu bekerja sendiri, sementara dia merebahkan diri di sofa sambil bermain game,  namun akhirnya dia jatuh tertidur.

Fazka berjalan dengan langkah sedikit lemah keluar dari kamarnya, dia bosan selama 3 hari ini terus berada di dalam kamar, namun alisnya bertaut saat melihat Narend tertidur lelap di sofa.

"Rend." Fazka, dengan suara sengaunya berusaha membangunkan Narend.

"Rend, bangun." Lagi, Fazka berusaha membangunkan Narend.

"Nggg.." Narend menggeliat, "Eh, bang Fazka, ngapain keluar ?" Narend langsung bangun, "Ayo masuk ke kamar lagi, istirahat." Narend baru saja akan menggandeng Fazka saat pemuda berbahhu lebar itu menolak gandengan Narend.

"Katanya mau ke laundry."

"Enggak jadi, laundrynya tutup."

"Terus baju kotornya mana ?" Fazka bertanya karena tidak mendapati ada tanda - tanda baju kotor di sana.

"Ah, pasti mesinnya udah berenti." Narend baru sadar cuciannya yang masih ada dalam mesin cuci, kemudian buru -  buru pergi mengecek.

"Kamu - nyuci ?" Tanya Fazka terkejut saat melihat Narend menghampiri mesin cuci di belakang.

Narend mengangguk, "Kayaknya Narend mau buka toko laundry deh bang."

Namun senyum Narend hilang, kala melihat sesuatu yang mengerikan terjadi pada beberapa baju putih milik Mada yang warnanya sudah tak putih lagi.

"Kok- kok warnanya jadi gini ?" Narend panik sambil mengangkat baju Mada yang basah, baju yang tadinya berwarna putih bersih berubah jadi agak kebiruan.

"Astaga! kamu nggak pisahin yang luntur ?" tanya Fazka saat melihat kekacauan itu.

Narend menggeleng ngeri.

"Gimana dong bang ?" Narend panik bukan main, pasalnya itu baju kakaknya sendiri, dan Mada sangat tidak suka kalau ada noda sedikit saja di pakaiannya, apalagi ini warna birunya hampir memenuhi semua pakaian putih itu.

"Selamat nggak dapat jatah makan malam ya rend." Fazka menepuk bahu Narend simpatik sebelum berjalan pergi dari sana.

"Abang mau kemana?!"

"Ke kamar, istirahat."

Dan Narend mendengar suara pintu kamar tertutup.

Narend kembali menatap pakaian yang ada di tangannya, kemudian menghela nafas. "Selamat kelaparan Narendra."

Narend bergumam sendiri.


Our Path : Sibling  ✔Where stories live. Discover now